" Bener Dek, yang penting kan kalau anaknya yakin ya tinggal di dukung aja, sama diarahkan dan dijagani biar dia tanggung jawab. Masalah duit atau rejeki kan pasti ada jalannya."
" Tapi biasa Mas, pemikiran kaya gitu dibilang terlalu idealis, nggak realistis. Akhirnya kan anak dihadapkan sama beberapa pilihan yang sulit, kabur kayak si Nada buat bener-bener hidup mandiri dan ngembangin kreativitasnya tapi ya dibilang durhaka, ikut orang tua tapi nggak sejalan, kadang-kadang malah akhirnya banyakan yang ngalah terus pola pikir idealisnya tergeser, dan akhirnya kreativitasnya lenyap oleh realitas mas. Eman banget.
Jono menyeruput es tehnya, memandang Ijem, kekasihnya yang kini wajahnya keruh.
" Ya tapi kadang ada juga Dek pemecahannya, kalau saja orang tua sama anak bisa berhadapan dan berbicara secara baik-baik dan memandang satu sama lain sebagai individu yang punya pola pikir dan pendapat yang perlu diperhitungakn dan dihargai. Pasti ada jalan keluar yang baik."
" Harusnya sih mas. Tapi nggak semudah itu."
" Hidup itu pilihan Dek."
" Lah kok?"
" Ya itu berarti pilihannya Nada buat hidup mandiri, pasti dia sudah mikir konsekensinya, kita mendukung saja sama njagani, baguslah dia bisa mengambil sikap."
" Nggak kayak kita ya mas, nrimo tapi nggak jelas."
Ijem menunduk sambil terus mengudak-udak es tehnya.