Mohon tunggu...
Nikita Ariestya
Nikita Ariestya Mohon Tunggu... -

An 18 years old girl who lived in her own world. She is so nerd and complicated, but she loves herself.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

The Muljono and Martijem: Realitas Mematikan Kreativitas?

13 Juli 2011   16:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:42 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ijem melangkah gontai ke arah sebuah kursi di pojok warteg. Di sana Jono sudah menunggu seperti biasa. Dua gelas es teh sudah terhidang di meja. Ijem lalu duduk. Jono memandang wajahnya yang ayu namun lesu itu.

" Maaf ya, Mas, rada lama. Tadi aku bantuin temenku dulu si Nada. Masih inget Nada kan ,Mas?"

Jono memandang keluar sejenak, mencari-cari di folder otaknya tentang Perempuan bernama Nada. Setelah menemukan titik terang, ia menoleh ke arah Ijem. Tersenyum sembari mengangguk.

" Iya, itu Mas, si Nada yang nyentrik abis tapi cerdas, yang dulu ikut kita pas nonton Mocca manggung."

" Kenapa dengan dia Dek?"

" Ya itulah, dia kabur dari rumah mas. Trus sekarang numpang di kostku." Kata Ijem dengan ekspresi datar. Ia mengaduk-aduk es tehnya sambil membuang pandangannya ke arah jalanan yang ramai.

" Kenapa dia kabur Dek?"

" Hmmm, masalah kuliah Mas, perbedaan pendapat dia nggak mau dipaksa, nah dia milih buat kabur Mas, sekarang kerja jadi cleaning service, sambil nyari beasiswa."

Jono ingat, Nada yang suka menggambar itu, yang suka design ini-itu. Yang cerdas kalo suruh ngerjain perihal seni rupa. Perempuan yang berbakat, penuh kejutan dan kreativitas. Lalu kenapa otang tuanya malah melarangnya untuk mengembangkan potensinya itu?

" Hmmmm, aku ngerti kok dek permasalahannya, selalu begitu, yang penuh kreativitas malah sering terpinggirkan."

" Iya Mas, alasannya ya simple, kata ortunya besok mau kerja apa, dapet duit dari mana, gimana bisa bahagia, padahal kan konsep bahagia dan kecukupan materi tiap orang beda Mas. Ada yang duitnya ya cuma seadanya kayak mas biasa aja, malah happy-happy aja."

" Bener Dek, yang penting kan kalau anaknya yakin ya tinggal di dukung aja, sama diarahkan dan dijagani biar dia tanggung jawab. Masalah duit atau rejeki kan pasti ada jalannya."

" Tapi biasa Mas, pemikiran kaya gitu dibilang terlalu idealis, nggak realistis. Akhirnya kan anak dihadapkan sama beberapa pilihan yang sulit, kabur kayak si Nada buat bener-bener hidup mandiri dan ngembangin kreativitasnya tapi ya dibilang durhaka, ikut orang tua tapi nggak sejalan, kadang-kadang malah akhirnya banyakan yang ngalah terus pola pikir idealisnya tergeser, dan akhirnya kreativitasnya lenyap oleh realitas mas. Eman banget.

Jono menyeruput es tehnya, memandang Ijem, kekasihnya yang kini wajahnya keruh.

" Ya tapi kadang ada juga Dek pemecahannya, kalau saja orang tua sama anak bisa berhadapan dan berbicara secara baik-baik dan memandang satu sama lain sebagai individu yang punya pola pikir dan pendapat yang perlu diperhitungakn dan dihargai. Pasti ada jalan keluar yang baik."

" Harusnya sih mas. Tapi nggak semudah itu."

" Hidup itu pilihan Dek."

" Lah kok?"

" Ya itu berarti pilihannya Nada buat hidup mandiri, pasti dia sudah mikir konsekensinya, kita mendukung saja sama njagani, baguslah dia bisa mengambil sikap."

" Nggak kayak kita ya mas, nrimo tapi nggak jelas."

Ijem menunduk sambil terus mengudak-udak es tehnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun