"Masya Allah De, terima kasih banyak ya, mudah-mudah si Ade dipanjangkan Umurnya, disehatkan badanya, dilancarkan rezekinya. Amiinn... " ujar ibu itu, sambil matanya berkaca-kaca.
"Aamiin. Terima kasih ya Bu."
"Ibu juga terima kasih banyak De, udah penglaris. Oh ya kalo ade mau, Ambil lagi aja telur asinnya atau lepetnya, buat tambahan, terserah ade mau berapa aja"Â
"ga usah Bu, ini juga udah cukup ko. Ya udah saya mau pamit dulu ya Bu, udah malam"
"ya de hati-hati ya dijalan"
"ya Bu, saya pamitnya!"
Aku pun pamit, terus melaju memecah suasana malam. Sorotan lampu batman, meliuk-liuk kesana kemari seolah turut merasa haru terhadap apa yang dirasakan ibu tua itu. Pikiranku pun masih terganggu dengan penjual telur asin tadi. Keadaanya sangat mengharukan. Hingga kini, kalo inget telur asin, pasti jadi teringet dengan keadaan pedagang telur asin seperti ibu tadi. Kadang kasihan kalo dagangan nya tidak ada yang membeli sama sekali.Â
Tanpa terasa. Aku sudah hampir sampai rumah. Aku coba hempaskan lamunanku tentang ibu tua tadi. Dan aku memarkirkan motor di serambi rumah.Â
Setiba dirumah, aku disambut keponakan. Aziz. Dia nampak senang sekali ketika aku datang. Dia langsung menanyakan telur asin yang dia pesan tadi. Lalu aku mengeluarkannya dan memberikan telur asin itu kepadanya. Dan aku menceritakan kisah aku dengan penjual telur asin tadi. Aziz pun jadi terharu mendengarnya.Â
Setelah kami selesai memakan telur yang aku beli tadi, kamipun bersiap-siap untuk istirahat. Namun lagi-lagi pikiranku masih teringat dengan penjual telur asin tadi. keadaan yang memprihatinkan, apalagi dengan anak kecil yang dipangku nya. Apakah mereka juga bisa beristirahat malam ini? Terlebih kalau melihat anak kecil itu. Ya Allah mudah-mudahan engkau memberikan keberkahan dan kebaikan bagi kami dan mereka. Aamiin. (17/Mar/2018. Abdul Muholik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H