"iya Mang, Aziz pengen dibeliin  telur asin, Mang. Dari kemarin kepingin banget makan telur asin hehe"
"Oh telur asin." Malem-malem gini pengen telur asin? Ada ada aja, ujar ku dalam hati. "Pesen  berapa butir?" tanya aku memastikan, sambil berfikir di mana tempat yang jual telur asin malam-malam gini.
"Terserah Mamang aja, Aziz mah satu juga cukup. Hehehee"
"oke deh kalo gitu. Tunggu ya, nanti mamang belikan."
"oke terima kasih Mang Asep!"
"ya sama-sama"
    Aku menutup telepon dan kembali memasukkan nya kedalam saku celana, lalu menghidupkan kembali motorku.Â
Aku terus melaju sambil berfikir dan mencari-cari tempat atau toko Sembako makanan ataupun warteg yang masih buka tengah malam gini. Tiba-tiba aku  teringat tentang lampu batman tadi, tempat yang ada hiburan. Biasanya di sekitar tempat hiburan suka ada yang jual telur asin.  Aku segera melaju kesana, mengikuti arah sumber lampu batman itu berada. Kebetulan searah dengan arah pulang kerumah.Â
Ternyata benar. Disepanjang jalan menuju lokasi lampu batman, sudah banyak pedagang telur asin yang berjualan di pinggir jalan. Jarak antara pedagang satu dengan yang lainnya berkisar 5 sampai 10 meter. Dagangan yang mereka jual tidak hanya telur asin saja, tetapi juga kacang tanah rebus, lepet, ubi rebus, dan lain-lain.  Semua dagangannya diletakkan diatas nampan kecil dengan menggunakan bakul untuk menyanggahnya. Lalu ditengah-tengah atau di pinggirnya, diletakkan pelita atau lampu minyak tanah yang biasa ditempel di tembok rumah. Biasanya yang berjualan ini para ibu-ibu atau bapak-bapak, ada yang sambil mengasuh anaknya  bahkan ada juga yang sudah sepuh atau  kakek-nenek.
 Aku mampir ke salah satu dari mereka,  yaitu pedagang ibu-ibu tua renta yang sambil mengendong dan mengasuh anak kecil  yang tertidur pulas dipangkuannya, sambil sesekali mengibaskan kain untuk mengusir nyamuk. Mungkin itu cucunya. Ku perhatikan keadaan mereka. Sangat memprihatinkan. Telur-telur asin yang jumlahnya banyak, masih tertata rapih di atas nampan kecilnya. Nampaknya ia baru saja buka. Sinar kuning pelita itu memancarkan cahaya kesederhanaan. Kulihat wajahnya tersenyum ketika aku mendekatinya.
"Mau beli telur asinnya, De?" tanya ibu itu, sambil terus mengibaskan kain di atas badan anak kecil yang ada dipangkuannya. Ibu ini tau aja kalo aku lagi cari telur asin.