Pendekatan Socrates ini juga relevan dalam dunia akademis, di mana pencarian kebenaran melalui metode ilmiah sering kali melibatkan proses kritik, revisi, dan pengakuan bahwa hipotesis yang ada mungkin salah. Dalam ilmu pengetahuan, kesalahan sering kali lebih berharga daripada "kebenaran" yang stagnan, karena kesalahan mendorong eksplorasi lebih lanjut dan pengembangan teori yang lebih baik. Seperti yang diyakini Socrates, ketidaktahuan bukanlah kelemahan, melainkan titik awal untuk perjalanan intelektual yang terus berlanjut.
Di luar dunia akademis, prinsip kerendahan hati intelektual ini juga sangat penting dalam kehidupan sosial dan politik. Banyak konflik yang terjadi di dunia modern dapat dilacak kembali ke keyakinan yang terlalu kuat pada kebenaran absolut. Ideologi ekstrem, baik itu politik, agama, atau sosial, sering kali tumbuh dari keyakinan bahwa seseorang atau kelompok memiliki monopoli atas kebenaran. Pandangan Socrates mengingatkan kita bahwa sikap dogmatis ini berbahaya, karena mengabaikan fakta bahwa kebenaran sering kali kompleks dan multifaset, dan bahwa kita harus selalu terbuka terhadap pandangan yang berbeda.
Warisan terbesar Socrates adalah dorongan untuk berpikir kritis dan menantang asumsi-asumsi yang kita miliki. Dengan bertanya dan mempertanyakan, dia membuka jalan bagi filsafat Barat untuk berkembang sebagai disiplin yang berfokus pada logika, etika, dan pengetahuan. Filsuf-filsuf setelah Socrates, seperti Plato dan Aristoteles, membangun pemikiran mereka di atas fondasi yang dia ciptakan.
Selain itu, gagasan Socrates tentang ketidaktahuan dan kerendahan hati intelektual telah memengaruhi berbagai aliran filsafat lainnya, termasuk skeptisisme, yang menekankan keraguan sebagai jalan menuju pengetahuan. Dalam tradisi ini, mempertanyakan apa yang kita anggap sebagai kebenaran bukanlah tanda kelemahan, tetapi justru tanda kebijaksanaan.
Socrates juga meninggalkan warisan dalam hal etika. Melalui pengakuan akan ketidaktahuannya, dia menunjukkan bahwa hidup yang baik tidak didasarkan pada klaim palsu tentang pengetahuan, melainkan pada pencarian terus-menerus akan kebenaran, keadilan, dan kebaikan. Filosofi ini menekankan pentingnya pengembangan diri melalui refleksi, dialog, dan kerendahan hati.
Pernyataan "Aku tahu bahwa aku tidak tahu" yang diucapkan oleh Socrates adalah salah satu pelajaran mendalam tentang kebijaksanaan, kerendahan hati, dan pencarian kebenaran. Meskipun terlihat sederhana, pernyataan ini menantang pandangan tradisional tentang pengetahuan dan kebijaksanaan, serta mendorong kita untuk mengakui batas-batas pemahaman kita.
Socrates mengajarkan bahwa kebijaksanaan sejati bukanlah tentang mengetahui segala sesuatu, tetapi tentang menyadari betapa sedikitnya yang kita ketahui dan terus berusaha untuk memahami dunia dengan cara yang lebih baik. Dalam dunia modern yang sering kali dipenuhi dengan kepastian mutlak dan keyakinan yang kuat, ajaran ini menjadi pengingat bahwa pencarian pengetahuan adalah perjalanan yang tidak pernah berakhir---dan bahwa di dalam ketidaktahuan, kita menemukan kunci untuk kebijaksanaan sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H