Mohon tunggu...
senopati pamungkas
senopati pamungkas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hubbul Wathan Minal Iman

"Bila akhirnya engkau tak bersama orang yang selalu kau sebut dalam do'amu, barangkali engkau akan bersama orang yang selalu menyebut namamu dalam do'anya."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dinamika Gender dalam Kehidupan Sehari-hari: Perspektif Etnografi

15 September 2024   02:21 Diperbarui: 15 September 2024   02:25 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi: sahabatsetara.id

Dinamika gender merupakan salah satu tema sentral dalam studi etnografi, terutama karena peran gender sangat mempengaruhi pola interaksi sosial, hubungan kekuasaan, dan struktur masyarakat. Di berbagai kebudayaan, konsep maskulinitas dan femininitas diatur oleh norma-norma sosial dan kultural yang mengatur perilaku individu berdasarkan jenis kelamin mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan gender sering kali terwujud dalam pembagian kerja, hak akses terhadap sumber daya, peran dalam keluarga, hingga partisipasi politik dan ekonomi.

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dinamika gender bekerja dalam kehidupan sehari-hari melalui perspektif etnografi. Dengan memfokuskan pada pengamatan langsung, interaksi, dan wawancara dalam masyarakat tertentu, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang peran gender dan dampaknya pada kehidupan individu, keluarga, dan komunitas.

Etnografi adalah metode penelitian yang memungkinkan peneliti untuk hidup bersama masyarakat tertentu dalam jangka waktu yang lama, guna memahami perspektif orang-orang dalam komunitas tersebut. Ini melibatkan pengamatan langsung terhadap interaksi sosial, wawancara mendalam, dan analisis deskriptif terhadap berbagai praktik budaya yang muncul. Dalam studi gender, etnografi sangat penting karena dapat menyingkap dinamika kekuasaan dan peran gender yang mungkin tidak terlihat dalam pendekatan penelitian kuantitatif atau survei.

Studi gender dari perspektif etnografi memungkinkan kita untuk melihat bagaimana peran dan harapan gender dipraktikkan, dinegosiasikan, dan diubah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami dinamika gender di tingkat lokal, kita dapat menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi identitas gender dan bagaimana hal tersebut berubah di bawah pengaruh modernisasi, globalisasi, dan perubahan sosial.

Salah satu aspek utama dalam dinamika gender adalah pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Dalam banyak masyarakat tradisional, terdapat pembagian yang jelas antara pekerjaan yang dianggap "maskulin" dan "feminin". Misalnya, dalam masyarakat agraris, laki-laki biasanya bertanggung jawab atas pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik seperti membajak sawah atau berburu, sementara perempuan lebih banyak mengurusi pekerjaan domestik seperti memasak, membersihkan rumah, dan merawat anak.

Namun, pembagian ini tidak selalu kaku. Dalam beberapa kasus, perempuan juga ikut bekerja di ladang atau berdagang untuk membantu perekonomian keluarga. Dalam penelitian etnografi yang dilakukan di beberapa komunitas pedesaan di Indonesia, misalnya, ditemukan bahwa perempuan berperan aktif dalam sektor pertanian, baik sebagai pengelola lahan maupun sebagai buruh tani. Meskipun mereka bekerja bersama laki-laki, peran mereka sering kali dianggap "sekunder" dan upah yang mereka terima lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Pembagian kerja yang berdasarkan gender ini sering kali ditentukan oleh norma-norma kultural yang diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, seiring berjalannya waktu dan pengaruh modernisasi, pembagian kerja tersebut mulai mengalami perubahan. Perempuan kini semakin banyak yang terlibat dalam sektor formal, seperti pendidikan, kesehatan, dan perdagangan. Di perkotaan, perempuan sering kali menjadi tulang punggung keluarga dalam hal ekonomi, sementara laki-laki kadang-kadang mengambil alih tugas-tugas domestik yang sebelumnya dianggap sebagai pekerjaan perempuan.

Peran gender dalam keluarga juga merupakan fokus utama dalam etnografi. Di banyak masyarakat, keluarga adalah unit sosial yang sangat penting, di mana peran-peran gender diajarkan, dipelajari, dan dipraktikkan. Tradisi dan budaya setempat sering kali mengharapkan laki-laki menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah utama, sementara perempuan diharapkan bertanggung jawab atas urusan rumah tangga dan pengasuhan anak.

Namun, penelitian etnografi menunjukkan bahwa dalam praktiknya, peran-peran ini tidak selalu sesuai dengan norma yang diharapkan. Misalnya, dalam beberapa komunitas di Asia Tenggara, perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam keputusan-keputusan ekonomi keluarga, terutama dalam hal pengelolaan keuangan. Perempuan sering kali menjadi pengambil keputusan utama dalam pengeluaran rumah tangga dan strategi keuangan keluarga, meskipun secara formal laki-laki dianggap sebagai kepala keluarga.

Selain itu, perubahan sosial dan ekonomi telah menciptakan pergeseran dalam peran gender di banyak masyarakat. Di banyak keluarga, terutama di perkotaan, perempuan kini lebih banyak berperan sebagai pencari nafkah, dan laki-laki mulai terlibat lebih aktif dalam pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga. Hal ini terjadi terutama karena meningkatnya partisipasi perempuan dalam dunia kerja dan munculnya kebutuhan untuk berbagi tanggung jawab rumah tangga di antara pasangan suami-istri.

Dinamika gender juga terkait erat dengan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Dalam banyak kebudayaan, laki-laki cenderung memiliki akses yang lebih besar terhadap kekuasaan politik dan sosial dibandingkan dengan perempuan. Misalnya, dalam banyak masyarakat patriarkal, laki-laki mendominasi posisi-posisi kekuasaan dalam struktur politik, ekonomi, dan agama, sementara perempuan cenderung diposisikan dalam peran-peran yang lebih subordinat.

Namun, tidak semua masyarakat bersifat patriarkal. Studi etnografi terhadap masyarakat matrilineal, seperti suku Minangkabau di Sumatera Barat, Indonesia, menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam distribusi kekuasaan dan kepemilikan harta. Dalam sistem matrilineal, garis keturunan dan kepemilikan tanah diwariskan melalui garis perempuan, dan perempuan memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan keluarga dan komunitas.

Dalam masyarakat yang lebih modern dan egaliter, kita mulai melihat peningkatan jumlah perempuan yang menduduki posisi kekuasaan, baik di sektor politik, ekonomi, maupun sosial. Di banyak negara, kampanye untuk kesetaraan gender telah mendorong munculnya kebijakan-kebijakan yang mendukung partisipasi perempuan dalam ruang publik, termasuk kuota perempuan dalam parlemen, perlindungan hukum terhadap diskriminasi gender, dan peningkatan akses perempuan terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Pendidikan merupakan salah satu faktor kunci dalam dinamika gender. Dalam banyak masyarakat tradisional, akses perempuan terhadap pendidikan sering kali terbatas dibandingkan dengan laki-laki, karena pendidikan dianggap lebih penting untuk laki-laki yang diharapkan menjadi pencari nafkah. Namun, perubahan sosial telah mendorong peningkatan akses perempuan terhadap pendidikan, yang pada gilirannya mempengaruhi peran mereka dalam keluarga, komunitas, dan masyarakat secara lebih luas.

Studi etnografi di berbagai komunitas menunjukkan bahwa pendidikan memiliki dampak yang signifikan terhadap persepsi gender. Perempuan yang mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki lebih banyak kebebasan dalam mengambil keputusan, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Mereka juga lebih mungkin untuk menunda pernikahan dan memiliki anak, karena mereka memprioritaskan karir dan pengembangan diri. Di sisi lain, laki-laki yang mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pandangan yang lebih egaliter tentang peran gender dan lebih bersedia untuk berbagi tanggung jawab domestik dengan pasangan mereka.

Agama juga memainkan peran penting dalam membentuk peran gender di banyak masyarakat. Dalam banyak tradisi agama, peran laki-laki dan perempuan diatur secara ketat, dengan laki-laki sering kali diberikan otoritas yang lebih besar dalam hal kepemimpinan spiritual dan sosial. Di beberapa masyarakat, perempuan dibatasi aksesnya terhadap posisi-posisi kekuasaan dalam hierarki agama dan sering kali diposisikan dalam peran-peran yang lebih subordinat.

Namun, dalam praktiknya, peran perempuan dalam kehidupan beragama sering kali lebih kompleks daripada yang terlihat. Studi etnografi menunjukkan bahwa meskipun perempuan mungkin tidak memiliki posisi formal dalam hierarki agama, mereka sering kali memainkan peran penting dalam kehidupan spiritual komunitas. Misalnya, perempuan sering kali menjadi penjaga tradisi keagamaan, pemimpin ritual-ritual rumah tangga, dan pendidik anak-anak dalam hal moral dan etika agama.

Selain itu, di beberapa komunitas, peran agama telah digunakan sebagai alat untuk memperjuangkan kesetaraan gender. Gerakan-gerakan feminis dalam Islam, misalnya, telah berusaha untuk menafsirkan ulang teks-teks agama dalam upaya untuk mempromosikan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

Dinamika gender dalam kehidupan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh norma-norma sosial, kultural, dan ekonomi yang berkembang di suatu masyarakat. Melalui studi etnografi, kita dapat memahami dengan lebih baik bagaimana peran-peran gender dipraktikkan dan dinegosiasikan dalam berbagai konteks, serta bagaimana perubahan sosial dan modernisasi mempengaruhi dinamika tersebut.

Meskipun norma-norma gender sering kali tampak kaku, praktik kehidupan sehari-hari menunjukkan adanya fleksibilitas dan adaptasi dalam peran-peran gender. Perempuan dan laki-laki sama-sama berperan aktif dalam membentuk, mengubah, dan menegosiasikan identitas gender mereka, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun dalam komunitas yang lebih luas. Dengan demikian, studi etnografi memberikan wawasan yang kaya tentang kompleksitas dan variasi dinamika gender dalam kehidupan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun