Mohon tunggu...
senopati pamungkas
senopati pamungkas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hubbul Wathan Minal Iman

"Bila akhirnya engkau tak bersama orang yang selalu kau sebut dalam do'amu, barangkali engkau akan bersama orang yang selalu menyebut namamu dalam do'anya."

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kopi Hitam dan Rindu yang Terpendam

5 September 2024   17:23 Diperbarui: 5 September 2024   17:30 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam secangkir kopi hitam,  
kutemukan kenangan yang pahit,  
aromanya menelusup lembut,  
membawa rindu yang tak terkatakan.

Hangatnya meresap perlahan,  
seperti bisikan rindu yang tersimpan,  
tak pernah menguap,  
meski waktu terus berputar.

Setiap teguknya mengingatkan,  
pada pertemuan yang tak pernah tuntas,  
kata-kata yang terhenti di ujung bibir,  
dan tatapan yang diam-diam menunggu jawab.

Di dasar cangkir ini,  
ada rindu yang terpendam,  
tak larut oleh pahitnya kopi,  
tetap pekat, tetap ada.

Aku menyesap waktu,  
mengulur perjumpaan dalam diam,  
karena hanya dalam secangkir kopi hitam,  
rinduku bisa berbisik,  
meski tak pernah sampai padamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun