kopi hitam, Â
kutemukan kenangan yang pahit, Â
aromanya menelusup lembut, Â
membawa rindu yang tak terkatakan.
Hangatnya meresap perlahan, Â
seperti bisikan rindu yang tersimpan, Â
tak pernah menguap, Â
meski waktu terus berputar.
Setiap teguknya mengingatkan, Â
pada pertemuan yang tak pernah tuntas, Â
kata-kata yang terhenti di ujung bibir, Â
dan tatapan yang diam-diam menunggu jawab.
Di dasar cangkir ini, Â
ada rindu yang terpendam, Â
tak larut oleh pahitnya kopi, Â
tetap pekat, tetap ada.
Aku menyesap waktu, Â
mengulur perjumpaan dalam diam, Â
karena hanya dalam secangkir kopi hitam, Â
rinduku bisa berbisik, Â
meski tak pernah sampai padamu.