Alkisah di sebuah negeri nun jauh, pemilihan para pemimpin disayembarakan dengan cara beradu banyak berbohong.
Semakin banyak seseorang mengucap kebohongan dan dipercaya, semakin tinggi kemungkinan orang itu dilantik menjadi pemimpin.
Di negeri itu, koalisi penguasa yang dipimpin oleh Raja You Know Who (YKW) adalah pemegang tunggal kebenaran. Semua yang dikatakan penguasa haruslah benar, setidaknya mendekati kebenaran.
Jika kata penguasa dedaunan warnanya biru, rakyat tidak boleh marah. Apabila penguasa bikin pengumuman bahwa sebenarnya matahari terbit dari selatan, dari bawah pohon, dari podium istana, dari balik kantor hansip, atau cilukba di perempatan-perempatan, semua harus siap-siap mengubah agenda nonton sunset.
Kalau kata penguasa uang kuliah naik itu bagian dari paradigma pendidikan tersier, sebaiknya rakyat tidak usah mikir macam-macam.
Kalau kata penguasa syarat daftar ketua RW adalah berusia tepat seperti yang tertera di KTP anak raja, syarat daftar wakil camat adalah pernah menjabat jadi anak raja, rakyat jangan banyak cing cong.
Semua penyesuaian-penyesuaian aturan itu gampang saja disahkan di Mahkamah Kerajaan atau Mahkamah Anak-Anak, secepat membuat pengalihan isu kasus artis di negeri-negeri lain. Hukum dan aturan di negeri itu kan memang dibuat untuk mengatur kelancaran rejeki penguasa.
Meskipun demo tidak dilarang, tapi sebaiknya jangan sering-sering. Nanti bisa-bisa dituduh tidak mendukung visi Negeri Emas dua ribu empat lima.
Bukankah haha-hihi, menari, dan berjoget lebih nasionalis daripada sibuk-sibuk ngidealis?
Di negeri emas dua ribu empat lima, kernet dan kasir harus mau gajinya dipotong untuk ikut iuran beli rumah khayalan. Nama programnya: Tabungan Perumahan Raja. Semua adalah bagian dari niat baik penguasa untuk rakyatnya.
Semua itu didukung dengan pasukan anonim yang bergerak terstruktur, sistematis, masif menyuarakan "prestasi" kebohongan penguasa.