Lalu dia bertanya mengapa kamu bisa seperti ini, ibu ini hanya katakan pada waktu anak-anakku sakit aku berdoa sungguh-sungguh agar Tuhan menolong mereka tetapi Tuhan menjawab hal yang berbeda, aku sedih karena aku merasa dalam masa tuaku anak-anak ku yang harusnya menopang hidupku, tetapi ternyata mereka tiada.
Tetapi aku merasa Tuhan menggerakan aku untuk tetap setia kepadaNya, dan sekarang aku melihat bahwa banyak orang yang seperti anak kandung membantu aku dalam masa tuaku. Maka tidak ada lagi yang aku cemaskan, aku terus melayani Tuhan, menolong orang lain dan hidup seperti apa yang Tuhan kehendaki.
Bahkan pernah suatu kali aku mengalami kecelakaan, seseorang mahasisiwa menolong aku, membawa aku ke rumah sakit bahkan menolong dalam pembiayaan rumah sakit karena bapaknya orang berada, dia menolong lebih dari anak kandung sendiri, maka apa yang harus aku kuatirkan lagi.
Jadi damai sejahtera itu bukan karena kita punya anak-anak, punya berkat-berkat lain yang bisa menunjang hidup kita, tetapi damai sejahtera itu karena ada Yesus dalam hidup kita.
Rasul Paulus pernah mengatakan : sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan, dan aku tahu apa itu kelimpahan. Kalaupun berkelimpahan dia bersyukur, tetapi kalaupun berkekurangan diapun bersyukur maka akhirnya dia katakan  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaKu". Jadi walaupun dia mengalami kondisi-kondisi yang sulit, dia dapat menanggungnya, ada kedamian karena dia bersama dengan Tuhan.
Jadi Allah pingin orang-orang yang dimana Allah sudah berkenan kepadaNya, maka diapun hidup berkenan kepada Allah  seperti dikatakan dalam teks ini, damai sejahtera dibumi bagi orang yang berkenan kepadaNya, jadi  orang hanya bisa berkenan kepada Allah karena Allah sudah mengasihi dirinya, dan diapun harus menunjukan keberadaan Allah itu dalam hidupnya.
Jadi kalau Allah sudah berkenan kepada kita maka hiduplah seperti yang Allah mau, hidup benar jangan hidup dalam kejahatan karena kitapun harus hidup berkenan kepada Allah.
Kalau mahasiswa nyontek, masih pelagiat, malas belajar, main game berjam-jam dan tidak ada rasa bersalah melakuakan semua itu maka bisa jadi Allah belum berkenan kepadanya maka diapun hidup tidak berkenan kepada Allah, wah itu hidup yang hancur.
Kalau dari mahasiswa suka nyontek, pelagiat pasti besok akan korupsi, tidak setia dalam hal-hal kecil maka tidak akan setia juga dalam hal-hal besar. Kalau dari mahasiswa malas maka besok lusa akan jadi benalu/parasit, walaupun sudah berkeluarga selalau merepotkan orang tua, keluarga, dll. Percuma saja hidup seperti itu.
Maka orang yang Allah sudah berkenan kepadanya maka hidupnya berbeda, terjadi perubahan karena dia akan  berusaha untuk hidup berkenan kepada Allah.
Ada seseorang yang ternama kaya, pada waktu masih muda hidup dengan gaya hidup borju, hedon dengan tidak memikirkan masa depannya, seluruh kehidupan yang dicari dunia sudah dinikmatinya, termasuk memuaskan hawa nafsu seks terus dilakukannya tetapi hidupnya hampa.