Dalam kondisi seperti itu banyak yang nangis dan bertanya pada Tuhan, mengapa Tuhan ijinkan hal ini. Semua usaha mereka membangun gereja sia-sia bahkan sekarang mereka tidak bisa beribadah.
Tetapi tanpa mereka sadari pemerintah mendengar hal ini, dan pemerintah takut kalau hal ini sampai terdengar di dunia internasional maka di anggap pemerintah tidak menjamin kebebasan beragama.
Akhirnya apa yang pemerintah lakukan, pemerintah membangun gereja itu dan jauh lebih bagus dari perencaan mereka, menghimpun jemaat kembali dan pemerintah membangun pos polisi di sekitar situ untuk menjamin kebebasan beribadah mereka. Sampai warga yang membakar gentar karena merasa gereja ini punya koneksi dengan petinggi di pemerintahan.
Jadi terkadang kita tidak di bebeskan tetapi kita di ijinkan menghadapi hal yang sulit  maka tunduk saja, karena kita tahu rancangan Tuhan bagi kita bukan kecelakaan tetapi damai sejahtera.
Engkau boleh bergumul, engkau boleh meminta dan mencari jalan keluar tetapi engkau juga punya hati yang terus beriman bahwa hal burukpun diijinkan Tuhan untuk kita alami, maka kalau tidak ada jalan keluar, tunduklah karena itu jalan keluar yang Tuhan mau.
Juga selanjutnya pada waktu mereka menangkap Yesus, mereka membawa pedang dan pentung seperti menangkap seorang penjahat, maka Tuhan Yesus katakan kepada mereka : "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku?
Jadi Dia di samakan seperti penjahat padahal ia bukan penjahat, ia guru, pengajar taurat, dan Yesus menyatakan itu kepada mereka tetapi ia tetap tunduk karena Ia tahu itupun sudah di nubuatkan kepadaNya.
Makanya dalam ay 56 tertulis : Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi. Dan ini seperti di katakan oleh Nabi Yesaya : Â Ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Jadi dianggap sebagai penjahat atau pemberontak.
Jadi terkadang kita bisa di salah artikan kita bisa protes, kita bisa menyatakan itu tidak benar, tetapi kalau memang itu tidak merubah padangan orang itu terhadap kita jangan membuat kita kecewa dan marah pada Tuhan karena kita bukan hidup dalam penilaian mereka tetapi dalam penilaian Tuhan. Dan biarlah Tuhan yang menyatakan kebenaranNya, karena itulah maunya Tuhan dalam hidup kita.
Bukankah Yusuf pernah di fitnah sampai masuk penjara, mungkin pada saat itu dia katakan pada Potifar : Aku tidak bersalah aku di fitnah oleh ibu, aku tidak berani melakukan hal itu, tetapi tetap di jebloskan dalam penjara tetapi itulah cara Tuhan.
Sulit membayangkan perasaan yang berkecamuk dalam diri dari pada Yusuf tentang Allah Karena ia tidak salah tetapi di penjara. Ia berbuat benar tetapi di penjarakan. Wah kalau banyak orang mungkin akan marah, akan protes, Tuhan, Engkau tidak lagi sayang pada aku, Engkau sudah melupakan aku.