Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Mau Ditolong, Bersandar dan Setia Padanya

19 Juli 2023   12:31 Diperbarui: 19 Juli 2023   12:40 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap anak-anak Tuhan sangat berharap Tuhan bisa menolong akan dirinya. Apalagi jika  kita dalam kesulitan, dalam keadaan terjepit, maka kita ingin Tuhan bisa menolong kita, memulihkan kita. Kalau bisa, Tuhan menolong secepat dan yang seperti kita minta.

Kalau semuanya seperti itu tolong bertanya kepada diri kita, siapa yang Tuhan dan siapa yang hamba ?  Kalau Tuhan adalah Tuhan berarti kita ikut apa yang Tuhan mau bukan apa yang kita mau. Oleh karena itu pada hari ini kita akan belajar apa yang dilakukan Tuhan pada anak-anakNya  berdasarkan maunya Tuhan.

Kejadian dalam teks ini maz 126, adalah suatu nubuatan tentang kondisi bangsa Israel/Yehuda, kalau suatu nubuatan berarti belum terjadi tapi pasti akan terjadi. Kalau kita membaca ayat ke-4 maka kita bisa melihat pengambaran dari pada nubuatan ini sangat tragis.

Dikatakan "Pulihkanlah keadaan kami, ya Tuhan seperti memulihkan batang air kering di tanah Negeb". Negev (ibrani) artinya kering, yang menggambarkan kondisi dari pada daerah tersebut, maka jelas daerah ini butuh air/aliran sungai.

Seperti tanah kering berarti menggambarkan kondisi orang-orang Israel yang betul-betul sangat parah. Kondisi mereka seperti orang-orang yang tidak bisa hidup, hampir mati, seperti tanah kering maka mereka butuh air. Dengan kata lain mereka butuh dipulihkan oleh Tuhan, karena kalau Tuhan tidak pulihkan mereka  akan mati.

Sebenarnya kondisi seperti apa yang dialami ? Ay 1 terjemahan lebih tepatnya "ketika Tuhan membawa kembali orang-orang tawanan ke Sion. Berarti suatu nubuatan bahwa mereka akan menjadi tawanan di daerah lain dan Tuhan akan kembalikan mereka lagi  ke Sion.

Kalau ditawan berarti kondisi mereka sangat tidak menyenangkan, kalau ditawan berarti kebebasan mereka hilang, kalau ditawan mereka harus hidup bukan menurut peraturan-peraturan hukum taurat mereka tetapi berdasarkan hukum penguasa. Dan ditawan di daerah lain berarti mereka harus meninggalkan daerah mereka dengan tidak ada kepastian saya akan kembali ke daerah saya lagi atau tidak.

Maka jelas ini suatu kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Kalau sampai di tawan berarti mereka sudah kalah secara fisik, karena kalah makanya di tawan.

Kalau tidak punya kekuatan untuk melawan secara fisik, lalu bagaimana mereka bisa kembali ke daerah mereka ? Bagaimana mereka bisa hidup dengan mengatur bangsanya sendiri?  Maka yang mereka lakukan adalah "berseru kepada Tuhan".

Ay 4 "Pulihkanlah kami ya Tuhan" Karena secara fisik tidak mungkin lagi bisa menang. Dengan kata lain tidak ada jalan lain lagi untuk bisa mengembalikan mereka kembali ke Sion, hanya kalau Tuhan menolong.

Oleh karena itu kalau sampai Tuhan memulihkan mereka kembali seperti dikatakan dalam ayat satu maka itu sama seperti orang-orang yang bermimpi. Koq bisa ya kita kembali ke Sion. Karena secara kekuatan perang tidak mungkin, kami sudah kalah. Karena itu bisa dikatakan hanya karena Tuhanlah maka mereka bisa kembali. Hanya karena Tuhan, maka kondisi mereka bisa dipulihkan.

Tetapi sangat sayang banyak orang tidak pernah menyadari bahwa Tuhan mampu menolong akan hidupnya. Tuhan mampu memulihkan kondisi ekonomi keluarganya yang berantakan, Tuhan mampu memulihkan kehidupan rumah tangganya. Tuhan mampu menolong dia dari berbagai kesulitan-kesulitan yang di alami.

Karena fakta menunjukkan pada waktu menghadapi kesulitan ekonomi mereka tidak bergantung pada Tuhan, tetapi langsung pinjam sana, pinjam sini, sepertinya yang bisa menolong mereka adalah orang lain bukan Tuhan.

Pada waktu menghadapi kondisi suami/istri yang tidak beres dan itu terjadi terus-menerus langsung berpikir saya harus menceraikan dia, tidak yakin bahwa Tuhan bisa menolong suami/istrinya. Pada waktu  menghadapi tekanan/stress yang berat maka mereka begitu gampang memarahi istri/suami/anak-anak mereka, tidak mau datang secara sungguh untuk berdoa kepada Tuhan agar Tuhan menolong dari kondisi yang di alaminya.

Dalam perjalanan pelayanan Perkantas, saya semakin sadar kita harus bergantung pada Tuhan secara mutlak karena Ia mampu menolong kita. Para donatur bisa melupakan walaupun mereka alumni binaan, itu hal yang wajar tetapi Tuhan bisa menggerakan siapa saja untuk menolong pelayanan ini.

Sehingga jangan sampai ada orang yang mengatakan PERKANTAS hidup karena saya, karena kita bergantung pada mereka, tetapi kalau kita bergantung pada Tuhan, maka Tuhan bisa menolong kita walaupun orang itu tidak membantu.

Tuhan sangat bisa menolong hidup kita, walaupun kondisi hidup kita sangat hancur-hancuran tetapi Ia bisa memulihkan, Ia bisa memulihkan kondisi Israel yang tidak berdaya ini sampai  mereka katakan seperti mimpi, walaupun hidup mereka hancur-hancuran, Ia tetap bisa memulihkan-Nya.

Suatu keluarga hampir bercerai karena terjadi KDRT, suaminya  sering memukul istrinya, istrinya beberapa kali masuk rumah sakit karena KDRT, anaknya sampai stress, setiap hari selalu pergi ke gereja untuk berdoa bagi orang tuanya, tetap papanya tidak berubah, kalau sudah mabuk (dan itu sering) berarti istrinya jadi sasaran.

Akhirnya suatu waktu istri dan keluarganya bersepakat untuk cerai, suaminya diadukan ke polisi dan masuk sel, tetapi tidak ada tanda-tanda suaminya berubah, anaknya sampai katakan aku mati saja, karena tidak bisa melihat dan menanggung kondisi yang sering dilihatnya.

Semua jalan sepertinya tertutup, pendetapun tidak di dengar oleh suaminya, berbagi nasihat dan mediasi tidak pernah bisa menolong, tetapi dalam kondisi seperti itu istri, anaknya dan orang-orang yang mencintai mereka tidak pernah lupa berdoa.

Suatu waktu suaminya sakit, semakin parah, anaknya datang dan dia mengatakan suatu kalimat diluar dugaan semua orang yang menjenguk papanya, ia katakan aku tidak ingin papa sembuh, karena kalau papa sembuh maka mama akan selalu jadi korban.

Kalimat itu membuat mamanya nangis, dan papa sangat tersakiti dengan kalimat itu, tetapi luar biasa Roh Kudus terus bekerja dalam hati papanya, walaupun papanya tidak pernah mengeluarkan kata minta maaf karena egonya, sikapnya mulai berubah perlahan tapi pasti semakin baik.

Ia menyadari apa yang ditaburnya, itulah yang dituai. Dia tahu anaknya dari dulu sangat mencintainya, tetapi anaknya harus memilih untuk mengatakan itu karena sikapnya selama ini, dan dia pingin berubah.

Secara manusia tidak mungkin, tetapi kalau Tuhan kehendaki untuk memulihkan hubungan suatu keluarga maka Ia bisa melakukanNya.

Bangsa Israel pun sama kalau melihat kepada manusia sudah putus asa karena mereka sudah tidak punya lagi kekuatan untuk melawan/memberontak, tidak punya lagi kekuatan untuk bisa kembali ke tanah kanaan, tetapi karena memandang pada Tuhan maka bersukacita karena Tuhan bisa pulihkan kondisi mereka dengan caranya Tuhan.

Tuhan memulihkan kondisi bangsa Israel bukan melalui perang (mengangkat seorang pemimpin lalu mengadakan revolusi) tetapi Tuhan memulihkan kondisi mereka melalui hati para raja yang berkuasa antara lain Koresh dan Artahsasta yang menginjinkan mereka untuk pulang. Akhirnya mereka bisa sukacita, sorak-sorai, bersyukur atas apa yang sudah Tuhan perbuat bagi mereka.

Tuhanpun bisa memulihkan kondisi kita dari keterpurukan yang ada, dan Dia ingin ada suatu sandaran yang mutlak kepada-Nya. Maka teruslah besandar padaNya,  karena pertolonganNya sangat ajaib.

Selanjutnya kalau Tuhan  menolong kita, lalu apa yang harus dilakukan orang-orang percaya. Dalam ay 5-6 maka yang diminta kepada umat Yehuda adalah setia pada Tuhan.  Memang secara kekuatan fisik mereka tidak bisa melawan penguasa tetapi Tuhan hanya menolong  apabila mereka setia pada Tuhan.

Disitu terdapat dua perbandingan yang dipakai, yang menabur akan menuai kemudian yang mencucurkan air mata maka akan bersorak-sorai. Bercucuran air mata berarti menabur dengan sungguh-sungguh.

Dengan kata lain menurut mazmur ini Tuhan hanya memulihkan/menolong orang yang menabur dengan sungguh-sungguh (setia). Berarti bukan hasil yang dilihat Tuhan tetapi kesetiaan.

Karena jaman ini orang menyangka keberhasilan hidup apabila ada hasil yang bisa dilihat, kalau dia punya pekerjaan yang bagus, dia punya kedudukan yang tinggi, dia punya tabungan yang banyak, dia punya rumah  dan mobil yang bagus, jelas itu adalah suatu keberhasilan tetapi keberhasilan menurut pandangan dunia, dalam pandangan Tuhan keberhasilan adalah kesetiaan bukan hasilnya.

Ini seperti yang dialami nabi Yeremia. Dia adalah seorang nabi yang dipakai Tuhan begitu luar biasa, tetapi coba apa yang terjadi dalam pelayanannya  pada waktu ia minta orang-orang Israel untuk kembali pada Tuhan dan taat kepada hukuman/kehendak Tuhan ternyata tidak ada satu orangpun yang mau bergabung dengan dia.

Padahal Yeremia begitu setia, tetapi tidak ada satu orangpun yang berbalik kepada Tuhan. Itu bukan menunjukkan Yeremia gagal karena hasil itu urusan Tuhan, yang Tuhan tuntun untuk kita lakukan adalah setia bukan mengejar hasil.

Inipun sama yang terjadi dengan Yesus Kristus Tuhan kita, secara manusia dia gagal. Coba bayangkan selama 3,5 tahun dia hanya membina 12 orang murid yang secara konsisten. Kalau seorang guru, 1 tahun saja mungkin lebih dari pada 20 murid apalagi sampai 3 tahun.

Dan yang membuat Kristus lebih gagal,  dari 12 murid yang seorang menyangkal dia, seorang murid lagi menjual dia, dan tidak ada satu muridpun yang berani membela guruNya pada waktu menghadapi tuduhan-tuduhan palsu.

Bukankah ini guru yang gagal ? Tetapi apa yang terjadi kemudian, kalau kita baca dalam Fil 2:8-9 "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama diatas segala nama".

Jadi mengapa Allah sangat meninggikan Tuhan Yesus karena Dia taat/setia bukan karena hasil pelayananNya. 

Jadi yang Tuhan tuntun pada kita adalah setia padaNya, bukan hasilnya. Tetapi ada juga  orang yang menyangka hasil hidupnya akan baik jika dia semakin panjang umur, jadi semakin panjang umur dia bahagia padahal semakin panjang umur seharusnya dia gentar karena harus  setia pada Tuhan.

Maka kesetiaan itu bukan tergantung dari pada umur seseorang yang semakin dewasa, tetapi tergantung kepada ketaatan dia. Karena bisa jadi anak usia 15 tahun lebih setia dari pada orang tuanya yang berumur 40 tahun. Bisa jadi anak umur 25 tahun lebih setia pada Tuhan dari pada orang tuanya yang berumur 50 tahun.

Perlu diingat juga, kita semua lagi berderet menuju kematian dan kita tidak tahu siapa yang saat ini berada di depan, tetapi pada waktu Tuhan memanggil kita apakah kita sudah setia pada Tuhan atau tidak ? Jangan sampai hidup sampai 100 tahun tetapi ternyata tidak setia.

Jadi kalau didunia ini orang hanya mengejar harta maka pasti tidak akan setia pada Tuhan, karena Tuhan akan ditinggalkan demi harta, walaupun berbuat dosapun tidak apa-apa yang penting dapatkan uang yang banyak.

Jika didunia ini orang hanya mengejar kedudukan dan harga diri maka pasti tidak akan setia pada Tuhan. Maka kalau mereka tidak setia pada Tuhan maka Tuhanpun  tidak akan memulihkan hidupnya. Tetapi orang yang setia pada Tuhan maka Tuhan akan memulihkan hidup dia.

Saya pernah mendengar cerita : Ada sepasang misionaris (suami-istri) yang baru pulang pelayanan dari suatu negera selama bertahun-tahun, mereka naik kapal dan bertepatan diatas kapal itu ada seorang jendral yang baru pulang dari medan perang. Pada waktu sampai dipelabuhan jendaral ini disambut dengan antusias oleh begitu banyak masyarakat yang ada.

Suami ini berkata kepada istrinya : Jendral itu luar biasa bahagianya. Dia mungkin hanya pergi beberapa minggu saja tetapi pada waktu pulang disambut dengan begitu antusias. Kita sudah pergi melayani Tuhan bertahun-tahun tetapi ternyata pada waktu pulang tidak ada satu orangpun yang menyambut kita.

Istrinya melihat raut kesediihan di wajah suaminya, lalu dia berbisik, papa jangan bersedih, kita pasti juga disambut dengan begitu luar biasa tetapi bukan disini, bukan sekarang tapi nanti pada waktu kita mati kita akan disambut dengan begitu luar biasa oleh Tuhan dan para malaikat-malaikatnya di surga. Jadi yang setia pada Tuhan pada waktu dia mati Tuhan dan para malaikat akan menyambut dia dengan begitu antusias. Tuhan akan memulihkan mereka.

Bangsa Israel sangat senang, gembira pada waktu-Nya Tuhan memulihkan kondisi mereka, tetapi mereka juga sadar hal itu hanya terjadi karena mereka sudah setia pada Tuhan. Oleh karena itu jangan gantikan Tuhan dengan harta, jangan gantikan Tuhan denga kedudukan yang tinggi. Kalu mau setia, Tuhan tetap yang utama. Lakukanlah itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun