Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diberkati untuk Memberkati

6 Mei 2022   20:31 Diperbarui: 6 Mei 2022   20:32 2099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di berkati untuk menjadi saluran berkat sebenarnya adalah motto dari pada orang Kristen, yang menunjukkan bahwa kita tidak hanya berpikir diri sendiri tetapi berpikir akan orang lain juga. Tetapi faktanya tidak banyak melakukan hal itu, sayang sekali padahal kita bisa melakukannya karena hidup kita sudah diberkati oleh Tuhan, dan Abraham memberikan contoh yang sangat baik bagi kita akan hal ini.  

Kalau kita melihat berkat yang di berikan Tuhan kepada Abraham antara lain di katakan Abraham menjadi bangsa yang besar, dan bangsa itu akan di berkati oleh Tuhan.

Dan itu terbukti. Secara fisik keturunan Abraham menjadi bangsa yang besar yaitu bangsa Israel, dan Tuhan memberkati bangsa itu sehingga banyak bangsa yang gentar terhadap Israel. Secara rohani keturunan Abaraham adalah seluruh orang percaya di dunia. Dan itu terlalu banyak dan tidak bisa di hitung.

Dan Tuhan juga katakan bahwa namanya menjadi masyur atau besar dan itu juga terbukti. Nama Abraham lebih termasyur dibanding Daud, Paulus, atau Petrus. Daud, Petrus, Paulus hanya di akui dalam kalangan Kristen tetapi Abraham juga di akui dalam kalangan yahudi dan muslim. Ini adalah agama-agama besar di dunia selain Kristen. Jadi  nama Abraham sangat rmasyur.

Juga di katakan Allah akan memberkati orang-orang yang memberkati Abraham dan mengutuk orang-orang yang mengutuki Abraham. Dan itu juga terbukti. Pada waktu Firaun dan Abimelekh ingin menghancurkan keluarga Abraham dengan mengambil Sarai sebagi istri maka Tuhan menulahi mereka dan setelah mereka memberkati Abraham maka Tuhanpun memberkati mereka, di katakan setelah Abraham berdoa maka Tuhan menolong bangsa itu sehingga mereka bisa melahirkan anak karena sebelumnya Tuhan menutup kandungan mereka.

Nah apa yang Abraham lakukan sehingga di berkati oleh Tuhan ? Dia hanya taat dan percaya. Taat dan percaya untuk keluar dari negerinya dan juga taat dan percaya pada waktu di berikan janji tentang keturunan. Jadi karena dia taat dan percaya maka Tuhan memberkati-Nya. Oleh karena itu kalau ingin di berkati Tuhan maka taat taat dan percaya, tidak ada lagi yang lain.

Maka bisa jadi selama ini kita tidak di berkati oleh Tuhan karena kita tidak taat dan percaya. Atau kita berhasil tetapi itu bukan berkat dari Tuhan tetapi hanya karena usaha diri kita sendiri. Karena yang namanya berkat itu syaratnya adalah taat dan percaya. 

Kalau hanya bekerja keras tanpa taat dan percaya maka itu bukan berkat Tuhan tetapi formula sukses.  Dan yang namanya berkat itu lebih hebat dari kesukseksan atau apa yang kita pikirkan, karena itu datang dari Tuhan

Kalau Abraham hanya berusaha saja, mungkin dia hanya memiliki puluhan hektar tanah di daerah kanaan, tetapi karena dia taat dan percaya maka ia memiliki seluruh tanah kanaan itu.

Kalau Abraham hanya berusaha saja mungkin keturunan terpecah dan tidak pernah membentuk suatu bangsa tetapi karena dia taat dan percaya maka keturunannya bisa bersatu menjadi satu bangsa.

Maka pada waktu kita taat dan percaya Tuhan betul-betul akan memberkati diri kita. Yusuf pada waktu taat dan percaya bisa menjadi penguasa dan menolong lebih dari satu bangsa sehingga tidak mati kelaparan.

Jadi Tuhan akan memberkati orang yang taat dan percaya. Daniel karena taat dan percaya bisa menjadi 10 X lebih cerdas dari orang-orang yang lain, menjadi penguasa. Jadi berkat hanya di berikan pada orang yang taat dan percaya, dan yang namanya berkat itu lebih dari pada apa yang kita pikirkan.

Pada waktu saya melihat akan diri saya, terlalu banyak berkat yang Tuhan berikan dalam keluarga saya hanya karena taat dan percaya. Dan itu melebihi dari pada apa yang kami pikirkan. Sangat luar biasa.

Saya juga bertemu dengan seorang tokoh yang hidupnya hanya bergantung pada Tuhan, ia tidak di berikan gaji tetap oleh salah satu lembaga tetapi mereka (suami/istri) selalu membuat event-event internasional untuk menolong banyak bangsa terutama di Indonesia, mereka tidak di gaji  tetapi mereka bisa hidup dengan  begitu baik dan suaminya bisa menyelesaikan Ph.D di Harvard, itu hanya berkat Tuhan.

Kalau kita tidak taat dan percaya maka Tuhan tidak akan memberkati hidup kita, dan kitapun tidak akan menjadi saluran berkat bagi orang lain. Jadi respon kita terhadap firman Tuhan akan menentukan apa yang Allah kerjakan dalam hidup kita. Allah mau bekerja/menolong kita apabila kita taat pada Firman Tuhan

Saya juga punya kakak rohani yang hidupnya betul-betul berdasarkan berkat dari Tuhan, Ia mungkin di gaji kurang dari 7 juta perbulan tetapi persembahan dia bisa sampai 100 juta setiap tahun.

Laptop dan mobilnya pun ia berikan sebagai persembahan bagi orang lain, dan Tuhan memberkati hidupnya dengan begitu luar biasa termasuk berkat-berkat jasmani. Betul-betul di luar dari pada apa yang mereka pikirkan. Jadi kalau mau di berkati, maka taat dan percaya.

Saya berpikir seandainya Tuhan meminta saya seperti Abraham:  Tuhan katakan : Senny pergilah dengan keluargamu, tinggalkan kupang, ke negeri yang akan ku tunjukan kepadamu. Waduh  saya akan sangat stress.

Mungkin saya akan katakan, Tuhan biarkanlah saya pergi duluan, setelah itu baru saya datang menjemput istri dan anak saya. Tetapi Tuhan katakan : tidak, kalian harus pergi bersama.

Maka saya akan lebih stress, dan mungkin saya akan katakan : Tuhan, minta pertimbangan : Engkau tahu, istri saya sudah PNS, sudah master lagi, saat ini juga hidup kami cukup mapan. Kalau kami semua meninggalkan pekerjaan bagaimana dengan hidup kami, bagaimana dengan susu anak kami ?

Maka mungkin Tuhan akan marah, dan berkata dengan keras : Senny, apakah kamu ragu akan pemeliharaan-Ku. Maka mungkin saya akan sulit menjawab tetapi hati saya akan berkata pada Tuhan, Ya Tuhan, saya ragu karena perintah itu terlalu berat buat saya.

Kalau seandainya Abraham ragu, karena merasa perintah Tuhan itu sangat berat maka ia tidak akan mengalami kondisi seperti saat ini, ia tidak akan menjadi bangsa yang besar, dan namanya tidak akan masyur. Tetapi karena ia taat dan percaya bahwa Tuhan mampu menolong dia maka berkat itu dinyatakan kepada diri-Nya dan keturunan-Nya.

Dan lebih luar biasanya  bahwa Abraham tidak memahami dengan baik tentang  Allah YHWH pada saat itu, karena sebelum ia dan leluhurnya adalah penyembah dewa-dewa yang ada

Joshua 24:2 "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan.

Maka kalau Abraham mau taat dan percaya terhadap panggilan Tuhan itu sangat luar biasa, karena ia belum memahami akan Allah, dan karena dia taat maka Tuhan memberkati dia. Oleh karena itu bagi kita semua yang sudah memahami Allah yang lebih baik dari pada Abraham, taatlah kalau ingin Tuhan menolong dan memberkati hidup kita, dan saya terus belajar untuk hal itu.

Selanjutnya tujuan kita di berkati adalah untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain. Tuhan katakan hal ini secara jelas kepada Abraham, engkau akan menjadi berkat dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Waduh luar biasa. Jadi karena Abraham di berkati maka diapun menjadi saluran berkat bagi orang lain.

Coba kita membandingkan peristiwa menara babel dengan Abraham. Pada menara Babel manusia ingin mencari nama untuk diri sendiri, tetapi tidak berhasil sedangkan pada Abraham Allahlah yang membuat namanya menjadi besar.

Pada peristiwa Babel, manusia ingin menyelamatkan dirinya, tetapi akhir gagal tetapi melalui Abraham semua bangsa di selamatkan, dan itu terjadi tidak ada satu bangsa di dunia inipun yang tidak ada orang percaya. Berarti Abraham menjadi berkat bagi semua bangsa. Seluruh orang percaya bersatu di dalam Kristus melalui Abraham.

Dan menjadi berkat itu  menyenangkan, karena kita menolong banyak orang tetapi itu hanya bisa terjadi pada saat kita terus bersandar pada Tuhan dan tidak berpikir kenyamanan diri sendiri. Dan Abraham pun pernah jatuh dalam masalah ini.

Bayangkan : Abraham sudah jalan begitu jauh, kira-kira 600 KM untuk taat pada kehendak Tuhan dengan kondisi jalan yang tidak seperti sekarang dan belum lagi ada bahaya dari para penyamun, eh ternyata baru tinggal di tanah kanaan, terjadi kelaparan yang sangat hebat.

Maka sebagai orang yang punya banyak ternak, Abraham langsung memutuskan untuk pindah ke Mesir yang sangat subur agar ternak-ternaknya tetap hidup. Jadi yang membuat Abraham meninggalkan tanah perjanjian adalah ketidaknyamanan dirinya, karena siapa yang ingin ternaknya mati dalam kondisi kelaparan walaupun tanah itu di janjikan Tuhan. Kalau Abaraham tidak pindah dan tetap bersandar pada Tuhan maka banyak orang katakan kepada dia orang aneh.

Karena pada saat itu yang ada dalam pemikiran Abraham bahwa yang bisa menolong dia adalah Tuhan dan ternak-ternaknya. Jadi kalau salah satunya hilang maka kenyamanannya pun terganggu. Sama juga dengan kita selama ini kita berpikir yang bisa menolong kita selain Tuhan, orang tua, atau gaji atau orang yang berkuasa.

Maka kalau salah satu hilang maka kenyamanan kita akan terganggu, kalau kenyamanan sudah terganggu maka kita tidak akan mau menjadi saluran berkat bagi orang lain. kalau kita mau menolong orang lain maka mungkin orang akan katakan kita orang gila.

Padahal jelas yang bisa menolong kita adalah Tuhan, bukan uang, studi, orang tua, materi dll. Mereka semua hanya alat di tangan Tuhan, maka jangan sejajarkan dengan Tuhan.

Hanya dengan bersandar pada Tuhan saja maka walaupun dalam kondisi apapun tetap bisa menjadi saluran berkat bagi sesama. Walaupun kita dalam kondisi yang sangat berkekuranganpun tetap bisa menjadi berkat, karena kita bersandar pada Tuhan.

Saya diingatkan tentang persembahan dari pada janda yang miskin sebesar dua peser. Itu adalah jumlah uang yang sangat kecil. Tetapi Tuhan katakan itu persembahan yang paling banyak karena ia memberi dari kekurangan.

Coba kita bayangkan : kalau janda itu tidak memberipun kebutuhan hidupnya tetap tidak terpenuhi karena ia sangat miskin, tetapi walaupun kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi tetapi ia tetap memberi, karena ia memberi bukan bersandar pada kebutuhannya tetapi pada Tuhan.

Jadi dengan bersandar pada Tuhan kita tetap bisa menjadi saluran berkat walaupun kondisi kita juga sangat berkekurangan.

Kalau kita menjadi saluran berkat dan kondisi kita berkelimpahan itu sangat wajar karena punya kelebihan tetapi kalau terus dalam kekuarangan dan tetap menjadi saluran berkat itu maka hal itu tidak wajar dan hal itu hanya bisa terjadi karena kita terus bergantung pada Tuhan.

Jadi dalam pandangan dunia walaupun kita berkekurangan, tetapi dalam pandangan Tuhan itulah berkat yang cukup bagi kita. Maka janda itu walaupun secara dunia berkekurangan tetapi tetap bisa menjadi berkat karena ia hidup berdasarkan pandangan Tuhan.

Inipun juga sama seperti Paulus, walaupun ia hidup berkurangan bahkan kerap kali ia puasa, karena tidak punya apa-apa,  ia kedinginan karena tidak punya jubah atau kain yang cukup tebal tetapi itu tidak menghalangi dia untuk terus mejadi salauran berkat bagi orang lain, hal itu tidak menghalangi dia untuk terus berkeliling melayani/memberkati orang lain.

Karena kalau kita hidup menurut pandangan dunia maka sampai kapanpun kita akan tetap berkekurangan, hidup kita tidak akan nyaman. Tetapi dalam pandangan Tuhan kita sadar bahwa itulah cukup buat diri kita, itulah berkat Tuhan sehingga kita bisa terus menjadi saluran berkat bagi orang lain.

Saya ingat ada seorang alumni yang baru selesai studi tetapi punya beban untuk menolong adek-ade SMP di Silu, camplong dan dia tahu beban itu datang dari Tuhan. Dan saudara-saudara tahu yang namanya gaji honor pada saat itu hanya 350 ribu/bulan itupun di berikan 3 bulan sekali, tetapi hal itu tidak membuat dia putus asa, dia lakukan privat untuk bisa hidup dan dengan uang dari privat tersebutlah ia terus mengajar di Silu selama 3 tahun.

Jadi kalau kita terus bersandar pada diri kita maka kita tidak akan menjadi saluran berkat karena kita terus berkekurangan, tetapi dengan bersandar pada Tuhan maka mungkin secara dunia berkurangan tapi Tuhan terus memenuhi kita untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain.

Oleh karena itu bagi bpk, ibu pembaca walaupun mungkin secara personal atau keluarga mungkin hidup berkekurangan tetapi itu tidak menghalangi untuk menjadi berkat lebih luas lagi. Dan memang sudah saatnya kita bukan hanya menjadi berkat bagi dirinya saja tetapi juga berkat bagi banyak orang, bukan juga hanya untuk keluarga tetapi lebih luas dari pada itu.

Sama seperti Abraham bukan hanya orang pilihan saja yang merasakan tetapi di luar kekristenanpun merasakan dampak berkat dari pada Abraham.

Akhirnya kalau kita ingin mejadi saluran berkat bagi orang lain maka harus diberkati terlebih dahulu, dan itu hanya bisa terjadi kalau kita taat dan percaya dan  tidak bersandar pada kenyamanan diri sehingga bisa menjadi saluran berkat yang efektif. Dan saya  yakin bapak, ibu bisa seperti itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun