Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemimpin yang Melayani Bukan Memerintah

4 April 2022   20:53 Diperbarui: 4 April 2022   21:38 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hidup ini sangat menyenangkan apabila kita punya kuasa untuk memerintah. Maka mungkin kita akan katakan : Kamu kesini tolong buat ini, kamu tolong bersihkan ini,  kalau dia melawan kita akan katakan : kalau kamu tidak suka, tidak apa-apa keluar saja dari sini. Wah menyenangkan sekali.

Kita adalah bos yang harus di hormati, di turuti dan bisa mengatur sekehendak hati kita, dan banyak orang pingin seperti itu. Banyak orang  ingin jadi bos karena bos punya kuasa, dia bisa memerintah dan orang harus tunduk kepada dia. Dia bisa marah-marah, suruh ini, suruh itu  dan selalu dihormati, dan dilayani.

Tetapi ternyata dalam Alkitab, Yesus memberikan suatu pemahaman yang sangat berbeda kepada murid-muridNya tentang memerintah. Tuhan panggil mereka, lalu katakan : Kalian tahu pemerintah-pemerintah memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.

Tentu murid-murid kaget, karena selama ini mereka berpikir punya kedudukan  itu enak, menyenangkan,  bisa memerintah, bisa marah semaunya tetapi ternyata punya kedudukan  berat sekali karena harus melayani, harus jadi hamba, jadi pelayan. Wah siapa yang mau ? Tuntutan Tuhan ini sangat sulit.

Petrus mungkin berpikir waduh Tuhan ini berat sekali, kalau begini siapa yang mau punya kedudukan yang tinggi. Karena walaupun kita punya kedudukan yang tinggi (bos) tetapi fungsinya rendah yaitu melayani bukan  dilayani.

Pada waktu saya berpikir akan hal ini, saya merasa orang yang mau melayani itu, punya kualitas yang lebih hebat dari pada orang yang statusnya pembantu, sangat hebat, karena ini menyangkut sikap hati.

Kalau pembantu belum tentu dia punya sikap hati pelayan, dia bekerja karena itulah kedudukannya tetapi kalau seorang yang punya sikap hati melayani maka dia jadi bos atau tidak jadi bos tetap melayani karena itulah sikap hatinya.

Saya ingat ada seorang dosen di seminari kami namanya pak Yohanes Marsono. Suatu waktu kami mendengar bahwa beliau akan mengudurkan diri dari kampus kami.  Banyak mahasiwa yang sulit  menerima karena beliau bagus sekali. Akhirnya angkatan kami memutuskan untuk bertemu dengan beliau.

Pada saat itu saya mengatakan bahwa pak Yo (kami biasa memanggilnya) adalah motor penggerak dikampus kami. Pak Yo selalu berusaha untuk memajukan kampus kami, dan saya katakan pak bukan alumnus dari seminari ini tetapi hati bapak untuk seminari ini melebihi alumni yang ada.

Juga yang membuat saya kaget ada seorang supir di kampus, dia seorang muslim tetapi pada waktu mendengar pak Yo akan keluar, ia katakan kepada saya waduh sayang, pak Yo itu seperti seorang malaikat. Ia menolong kami dan memperlakukan kami dengan baik, seperti saudaranya sendiri.

Jadi orang yang bekerja dengan sikap melayani maka kewibawaan dia bukan terletak pada jabatannya tetapi pada sikapnya sehingga banyak orang merasa sayang pada waktu ia tidak lagi bekerja.

Sebenarnya dari teks ini Tuhan Yesus ingin mengatakan kalau kamu ingin jadi "terbesar", ingin jadi "terkemuka" jangan memerintah dengan tangan besi atau kekerasan, karena kalau kamu memerintah dengan tangan besi atau kekerasan berarti kamu hanya ingin menunjukan bahwa kamu berkuasa.

Jadi inilah yang membedakan antara seorang murid Tuhan dan yang bukan murid. Kalau yang bukan murid biasanya bersikap bos, bertangan besi, kasar, menunjukan bahwa dia berkuasa tetapi kalau murid Tuhan jadi hamba, mau menolong bukan memerintah, menunjukkan sikap pelayan.

Dengan kata lain, Tuhan katakan : Hai Petrus, Yakobus, Yohanes kalian ini memang murid-Ku, kalian ini di sebut sebagai pelayan, tetapi apakah kalian sudah menjalankan peran tersebut, atau yang kalian lakukan sama saja seperti orang yang bukan murid.

Tentu ini sangat memukul Petrus, Yakobus, Yohanes dan murid yang lainnya karena mereka ingat sebelumnya mereka ingin berebut jabatan, ingin duduk di samping kanan dan kiri dari Tuhan Yesus, ingin memerintah bukan melayani. Mereka punya ambisi yang sama dengan orang lain yang bukan murid.

Petrus dan kawan-kawan tentu malu, selama ini di bina sebagai pelayan, tetapi ternyata belum punya hati melayani. Oleh karena itu miliki sikap hati yang melayani.

Saya juga ingat ada sinode gereja besar di kota Bandung. Biasanya setiap minggu diadakan evaluasi terhadap seluruh pelayanan yang di kerjakan dan diakhir evaluasi  selalu ada perjamuan kasih, dan ada seorang pendeta dalam perjamuan kasih tersebut  pasti selalu makan yang paling terakhir.

Bapak, ibu tentu tahu kalau sopnya enak maka orang yang duluan akan ambil isi dan kuahnya, dan yang paling belakang  hanya dapat kuahnya saja. Banyak orang tidak memperhatikan sikap pendeta ini tetapi senior pastor di gereja itu selalu memperhatikan  dan akhirnya dia memberitahukan kepada seluruh pendata tetang sikap dari pendeta tersebut dan banyak orang kagum.

Dalam hal makan saja dia mengambil sikap sebagai seorang hamba atau pelayan, wah hebat sekali.

Kalau orang dunia berebutan jadi  "bos" karena "bos" punya kedudukan dan kuasa makanya orang sikut-sikutan tetapi pelayan dan hamba tidak punya kuasa atau  kedudukan, dan tidak pernah ada orang yang bangga menjadi pelayan atau hamba, tetapi mengapa dialah yang terbesar ?

Karena hamba itu memberikan dirinya untuk melayani kehendak orang lain. Berarti yang mau melayani sesamalah dalam pandangan Tuhan dialah yang terbesar. 

Maka kalau bapak/ibu tidak mau melayani tidak berhak menjadi pemimpin, coba kita lihat dalam Alkitab : Allah tidak pernah menyebut Musa, pemimpin-Ku tetapi "Musa, hamba-Ku". Berarti dalam konsep Alkitab seorang pemimpin di berikan kuasa melayani bukan memerintah, makanya   Tuhan Yesus katakan : Aku datang bukan untuk di layani tetapi untuk melayani.

Dan itu di lakukanNya, Tuhan Yesus melayani begitu banyak orang dan kebanyakan dari pada mereka adalah orang-orang miskin, seperti para nelayan dan janda. Yesus melayani dari suatu kota ke kota yang lain bahkan diusir dalam bait Allah tetapi terus setia melayani.

Dia bukan menunggu orang seperti para pembesar tetapi pergi mencari orang, bahkan Dia melayani sampai titik darah penghabisan yaitu memberikan nyawaNya. Karena Dia pelayan maka Dia mau memberikan nyawaNya bagi orang yang di layaninya tetapi kalu bos tidak  mau memberikan nyawa bagi anak buahnya. Bos pingin orang lain bekerja mati-matian untuknya tetapi terkadang nasib anak buahnya kurang di perhatikan.

Maka kalau bapak/ibu tidak mau melayani tidak berhak menjadi pemimpin, karena dalam pandangan Tuhan kebesaran seorang pemimpin terletak pada kesediaannya melayani. Dan itulah yang  dikatakan dan di contohi oleh Tuhan Yesus.

Jadi gaya kepemimpinan seperti ini kontras dengan gaya kepemimpinan yang ngebos. Kalau ngebos ingin menyenangkan diri maka gaya kepemimpinan melayani adalah berkorban bagi orang lain. Dan itu akan terus kelihatan sampai kapanpun.

Sehingga suatu kali kelak kalau bapak, ibu tidak lagi punya kedudukan bisa tetap melayani karena panggilan bapak ibu bukan untuk memerintah, bukan untuk kedudukan tetapi sebagai hamba/melayani maka walaupun tidak dapat kedudukan tetap melayani, semangatnya tidak berubah.

Sama seperti seseorang yang saya kenal. Pada waktu ia menjadi pemimpin, dia bekerja keras untuk memajukan institusi yang dia pimpin, dia berkorban, melayani dengan baik, tetapi setelah dia tidak menjadi pimpinan ternyata pekerjaan / pelayanannya tidak pernah berubah.

Dia juga terus bekorban bahkan saat ini sudah pensiunpun dia tetap bekerja, menolong orang lain walaupun tidak di gaji, dia betul-betul menunjukkan hati sebagai hamba, tidak pernah berubah.

Memang gaya kepemimpinan melayani seperti ini bisa di pandang rendah, bisa di manfaatkan tetapi ingat, dia bisa marah, bisa mendisiplinkan orang  tetapi marah dan disiplin yang di berikan sebagai bagian dari melayani bukan agar orang takut kepadanya. Yesus pada waktu melakukan hal ini konteksnya bukan agar orang takut kepadaNya tetapi untuk mendidik, untuk melayani.

Kalau kita nonton film, maka anak buah/pengawal presiden siap memberikan nyawa bagi seorang presiden, presiden itu sangat berharga maka mereka siap mati. Kalau kita melihat di kantor-kantor maka anak buah siap untuk menyediakan segala sesuatu untuk kebutuhan dari atasannya. Tetapi Tuhan kita, bos di atas segala bos, bukan ingin di layani tetapi memperhatikan orang-orang yang di layaninya sampai mau memberikan nyawa bagi mereka.  

Mungkin dalam bekerja kita tidak melayani sampai seperti itu, tetapi saya berpikir hanya orang yang punya hati melayani saja  yang bisa melakukan seperti apa yang Tuhan lakukan, kalau dia tidak punya hati melayani, pingin jadi bos, pingin memerintah dia tidak akan bisa melakukan seperti apa yang Tuhan lakukan.

Kalau saudara punya hati melayani, saudara tidak mendapat pujianpun tidak apa-apa, saudara tidak jadi bos atau tidak apa, saudara akan tetap melayani, pelayanan saudara bukan tergantung pada pujian, bukan tergantung pada jabatan tetapi saudara melayani karena saudara adalah murid Tuhan, dan sampai kapapun kita adalah murid Tuhan, maka sampai kapanpun kita tetap melayani.

Teruslah melayani. Tuhan Memberkati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun