Juga yang membuat saya kaget ada seorang supir di kampus, dia seorang muslim tetapi pada waktu mendengar pak Yo akan keluar, ia katakan kepada saya waduh sayang, pak Yo itu seperti seorang malaikat. Ia menolong kami dan memperlakukan kami dengan baik, seperti saudaranya sendiri.
Jadi orang yang bekerja dengan sikap melayani maka kewibawaan dia bukan terletak pada jabatannya tetapi pada sikapnya sehingga banyak orang merasa sayang pada waktu ia tidak lagi bekerja.
Sebenarnya dari teks ini Tuhan Yesus ingin mengatakan kalau kamu ingin jadi "terbesar", ingin jadi "terkemuka" jangan memerintah dengan tangan besi atau kekerasan, karena kalau kamu memerintah dengan tangan besi atau kekerasan berarti kamu hanya ingin menunjukan bahwa kamu berkuasa.
Jadi inilah yang membedakan antara seorang murid Tuhan dan yang bukan murid. Kalau yang bukan murid biasanya bersikap bos, bertangan besi, kasar, menunjukan bahwa dia berkuasa tetapi kalau murid Tuhan jadi hamba, mau menolong bukan memerintah, menunjukkan sikap pelayan.
Dengan kata lain, Tuhan katakan : Hai Petrus, Yakobus, Yohanes kalian ini memang murid-Ku, kalian ini di sebut sebagai pelayan, tetapi apakah kalian sudah menjalankan peran tersebut, atau yang kalian lakukan sama saja seperti orang yang bukan murid.
Tentu ini sangat memukul Petrus, Yakobus, Yohanes dan murid yang lainnya karena mereka ingat sebelumnya mereka ingin berebut jabatan, ingin duduk di samping kanan dan kiri dari Tuhan Yesus, ingin memerintah bukan melayani. Mereka punya ambisi yang sama dengan orang lain yang bukan murid.
Petrus dan kawan-kawan tentu malu, selama ini di bina sebagai pelayan, tetapi ternyata belum punya hati melayani. Oleh karena itu miliki sikap hati yang melayani.
Saya juga ingat ada sinode gereja besar di kota Bandung. Biasanya setiap minggu diadakan evaluasi terhadap seluruh pelayanan yang di kerjakan dan diakhir evaluasi  selalu ada perjamuan kasih, dan ada seorang pendeta dalam perjamuan kasih tersebut  pasti selalu makan yang paling terakhir.
Bapak, ibu tentu tahu kalau sopnya enak maka orang yang duluan akan ambil isi dan kuahnya, dan yang paling belakang  hanya dapat kuahnya saja. Banyak orang tidak memperhatikan sikap pendeta ini tetapi senior pastor di gereja itu selalu memperhatikan  dan akhirnya dia memberitahukan kepada seluruh pendata tetang sikap dari pendeta tersebut dan banyak orang kagum.
Dalam hal makan saja dia mengambil sikap sebagai seorang hamba atau pelayan, wah hebat sekali.
Kalau orang dunia berebutan jadi  "bos" karena "bos" punya kedudukan dan kuasa makanya orang sikut-sikutan tetapi pelayan dan hamba tidak punya kuasa atau  kedudukan, dan tidak pernah ada orang yang bangga menjadi pelayan atau hamba, tetapi mengapa dialah yang terbesar ?