Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Iman Kemenangan Israel dan Joshua

26 Maret 2022   18:19 Diperbarui: 26 Maret 2022   18:22 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau Tuhan beserta kita maka kita tidak takut dalam menghadapi apapun karena ada Tuhan yang akan menolong dan melindungi kita. Ini sama seperti seorang bayi, kalau ada orang tuanya ia akan berani, ia tidak takut tetapi kalau tidak ada orang tuanya ia akan nangis.

Maka kitapun sama kalau kita tahu Tuhan beserta kita, kita tidak takut pada tantangan, ancaman, dan tidak takut pada badai kehidupan. Bahkan kita bisa jadi garam dan terang atau berkat yang luar biasa karena kita tahu Tuhan beserta kita.

Tetapi apa yang terjadi, hal-hal itu sepertinya tidak nampak, banyak orang yang masih takut pada tantangan, ancaman dan badai kehidupan, hidupnya sepertinya Tuhan tidak ada. Oleh karena itu apa yang harus lakukan kalau kita tahu Tuhan beserta kita  ??

Kalau kita melihat kondisi yang dialami oleh Musa, tentu ia sangat sedih pada waktu Tuhan sudah menetapkan bahwa dia tidak akan menyeberangi sungai Yordan. Karena jelas dia punya impian akan hal itu.

Dalam ulangan 3:25 Musa katakan : "Biarlah aku menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang sungai Yordan, tanah pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon. Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah mendengarkan permohonanku.

Jelas Musa sangat sedih karena dia punya impian dan bekerja keras dalam memimpin bangsa yang tegar tengkung ini tetapi Tuhan tidak menginjinkan dia untuk memasuki negeri tersebut. Memang daerah seberang sungai Yordan, tempat Musa berdiri sebenarnya sudah bagian dari tanah yang dijanjikan, tetapi bukan merupakan daerah kanaan yang sangat luas.

Jadi karena tidak diijinkan  memimpin bangsa Israel untuk menguasai daerah yang lebih luas maka Musa memberikan beberapa penguatan, bisa dikatakan penguatan-penguatan terakhir kepada mereka dalam ulangan 31.

Ayat 3 "TUHAN, Allahmu, Dialah yang akan menyeberang di depanmu; Dialah yang akan memunahkan bangsa-bangsa itu dari hadapanmu, sehingga engkau dapat memiliki negeri mereka;  Yosua, dialah yang akan menyeberang di depanmu, seperti yang difirmankan TUHAN...

Dari pernyataan ini bisa dikatakan bahwa Musa ingin mereka BERIMAN bahwa Tuhan yang akan memimpin mereka melalui Yosua dengan mengalahkan bangsa-bangsa yang berada di tanah Kanaan.

Mengapa harus terus beriman kepada Tuhan ? Karena untuk memiliki wilyah Kanaan bukanlah hal yang sangat gampang, karena mereka harus mengalahkan begitu banyak bangsa, menurut catatan dari Yosua 12, ada sekitar 31 bangsa yang dikalahkan mereka. Apalagi kalau kita baca dalam Yosua 10 ada lima raja yang bersatu untuk melawan mereka. Maka jelas kemenangan ini adalah tantangan yang berat, apalagi mereka adalah bangsa petualangan, oleh karena itu Musa meminta mereka agar terus beriman kepada Tuhan.

Dengan kata lain kalau mereka terus beriman kepada Tuhan maka Tuhan akan menolong mereka, tetapi kalau tidak beriman maka mereka akan berjalan dengan kekuatan sendiri maka bisa jadi ketakutan itu akan muncul.

Maka disinilah inti pergumulan mereka, dan juga pergumulan kita. Kita terkadang jatuh dalam kehidupan, tidak bisa hidup benar, tidak bisa menjadi garam dan terang karena tidak beriman kepada Tuhan. Kita melihat resiko jauh lebih besar dari pada Tuhan, maka ada ketakutan, kecemasan  padahal kalau kita beriman, kita dimampukan untuk bisa mengatasinya. Pada waktu terus beriman kepada Tuhan, kita tidak akan takut menghadapi semuanya itu, kita bisa hidup benar, bahkan bisa menjadi garam dan terang.

Kalau kita melihat selanjutnya, bangsa Israel ini tidak takut, bisa terus maju dan mampu mengalahkan bangsa-bangsa di wilayah kanaan karena terus beriman kepada Tuhan. Tetapi kalau tidak beriman kepada Tuhan maka mereka akan kalah, mereka akan lari bahkan mungkin tidak akan maju-maju untuk merebut tanah kanaan itu. Dan inilah juga yang di tunjukan tokoh-tokoh Alkitab, misalnya Elia.

Elia, mengapa dia berani menentang raja Ahab ? padahal ini bukan kondisi yang mudah. Mengapa ia berani menghadapi 450 nabi baal ? karena pada saat itu ia terus beriman kepada Tuhan.

Tetapi coba lihat pada waktu ia tidak beriman kepada Tuhan dan melihat pada bahaya yang dihadapi maka ia lari menyelematkan diri, ia lari dari Izebel. Karena bagi Elia, Izebel lebih berbahaya dari pada Ahab. Izebel adalah penyembah baal dan dan Izebel pernah membunuh para nabi Tuhan, maka inilah yang membuat Elia takut karena sebentar lagi giliran dia yang akan dibunuh oleh Izebel.

Oleh karena itu kita hanya bisa bertahan dalam kehidupan ini walaupun tantangan sebesar apapun hanya dengan terus beriman kepada Tuhan. Tantangan dalam keluarga, tantangan dalam dunia kerja dan tantangan dalam kehidupan, kita bisa mengatasinya kalau terus beriman kepada Tuhan.

Karena hidup kita yang benar, ini pasti ada yang tidak di suka. Di gereja saja kadang orang tidak suka kalau kita hidup benar, apalagi di kantor lebih banyak lagi yang tidak suka. Itu adalah hal yang wajar karena kita masih didunia bukan disurga. Itulah tantangan yang harus kita hadapi, oleh karena itu yang bisa membuat kita bertahan hanyalah kalau terus beriman kepada Tuhan.

Makanya dalam ayat 6 Musa katakan kepada bangsa Israel "Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan janganlah gemetar karena mereka, sebab Tuhan Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau ; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau".

Dengan kata lain Musa sadar suatu kali mungkin mereka akan takut, mereka akan gentar tetapi kalau terus berada dalam Tuhan, maka yakinlah Tuhan akan menyertai dan Tuhan bisa mengatasi semuanya itu. Kitapun sama janganlah tinggalkan Tuhan.

Tapi memang dari dulu yang namanya teori dan praktek itu selalu sulit. Kita tahu Tuhan menyertai kita, tetapi pada waktu menghadapi masalah hidup dan mati kita sulit beriman kepada Tuhan.

Seorang yang bekerja sebagai kontrakator pernah ingin sharing dengan kakak rohaninya tentang pekerjaannya, tetapi ia tahu  kakak rohaninya pasti akan katakan : Kalau kamu tidak bisa bekerja dengan benar, maka lebih baik tinggalkan pekerjaan itu dan cari usaha lain. Kalau tinggalkan pekerjaan siapa yang akan kasih makan, sedangkan dia punya istri dan anak-anak yang masih kecil. Jadi sulit untuk beriman karena ini masalah hidup dan mati.

Inipun sama dengan masalah yang dihadapi oleh bangsa Israel dalam perjalanan mereka. Mereka tahu Tuhan akan menyertai dan itu terjadi dalam pengalaman hidup mereka tetapi  sulit beriman pada waktu menghapi masalah hidup dan mati.

Pada waktu akan masuk ke tanah kanaan mereka mengirim 12 pengintai dan kedua belas pengintai ini melihat bangsa yang besar-besar / raksasa. Mereka takut menghadapi bangsa-bangsa tersebut, padahal mereka tahu Tuhan beserta mereka tetapi sulit beriman karena ini masalah hidup dan mati. 

Di Meribapun sama, tidak ada air, tahu Tuhan ada tetapi sulit beriman karena ini masalah hidup dan mati. Oleh karena itu saya sadar iman itu berarti siap mati untuk Tuhan. Kalau kita siap mati untuk Tuhan, bukan hanya siap dikelurakan dari pekerjaan maka kita mampu menghadapi masalah dalam tantangan dunia kerja, tetapi kalau tidak siap mati maka pasti akan menyerah karena akan selalu lihat pada diri kita. Siap mati untuk Tuhan itulah iman.

Karena itu dalam hidup ini jangan hanya mencari zona aman, pada waktu kita berusaha mencari zona aman maka tanpa sadar iblislah yang menjadi bapa kita. Banyak orang yang tidak mau bicara, tidak mau kritik, walaupun terjadi begitu banyak penyimpangan di depan matanya, maka  kemungkinan hidupnya akan aman.

Jadi sebenarnya dia bekerja hanya untuk dirinya, hanya agar dirinya aman  bukan untuk Tuhan. Tetapi kalau kita bekerja untuk Tuhan maka yakinkanlah diri kita bahwa kita tidak akan aman, tetapi dalam ketidakamanan itu Tuhan pelihara, ada damai sejahtera.

Teolog Deitrich Bonhoeffer seperti itu. Pada waktu paham Hitler berkembang di Jerman, dia sadar paham itu hanya berpusat pada manusia, tidak ada Allah dalam paham tersebut.

Maka walaupun dia sudah mengembalakan jemaat di London, hidupnya sudah aman tetapi ia merasa harus kembali ke Jerman dan membuat gerakan bawah tanah untuk menyadarkan orang-orang bahaya dari paham hitler  tersebut. Dan akhirnya di tangkap tetapi diselamatkan oleh kawan-kawannya dan di bawah ke Amerika.

Sampai Amerikapun sama, walaupun sudah melayani tetapi hatinya tetap terusik untuk kembali ke Jerman dan terus menjadi oposisi melalui gerakan bawah tanah. Akhirnya di tangkap, dipindahkan dari satu kamp konsentrasi ke kamp konsentrasi yang lain tetapi tetap melayani orang-orang di penjara termasuk para sipir penjara, sehingga banyak yang bertobat dan hidup benar. Bahkan dikatakan para sipir sampai perlu minta maaf pada waktu menutup pintu selnya, dan akhirnya ia harus mati martir karena terus menjadi garam dan terang.

Oleh karena itu kalau bekerja untuk Tuhan maka hati akan terusik pada waktu melihat adanya ketidak benaran tetapi kalau sampai hati tidak terusik lagi maka bisa jadi kita Anak Tuhan yang sudah menjadi milik iblis sehingga hanya ingin dirinya aman, bukan untuk memuliakan Tuhan lagi.

Dalam ayat 7-8 Musa secara pribadi memanggil Yosua dan berbicara kepada dia dan intinya meminta agar ia tetap kuat dan bersemangat : "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama-sama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya.

Mengapa Musa meminta Yosua agar tetap kuat dan bersemangat ? Karena Yosua inilah yang memimpin mereka, kalau pemimpinnya tidak kuat dan bersemangat maka pasti kepemimpinannya gagal.  Karena di manapun yang namanya pembaharuan butuh kekuatan dan semangat untuk mengerjakannya.

Ada orang yang punya idealisme yang tinggi untuk bekerja tetapi pada waktu ia kerja dan bertemu dengan teman-teman yang tidak punya idealisme dan semangat seperti dia akhirnya idelisme dan semangatnya pun pudar.

Itu yang terjadi pada teman saya, Ia mengatakan saya selalu berusaha datang kantor jam 7.15 tetapi pada waktu datang hanya saya sendiri, semuanya termasuk pimpinanpun masuknya  jam 08.30 akhirnya ia terbawa arus untuk masuk tidak tepat waktu tetapi absennya tetap jam 7.15. Jadi butuh semangat dan kekuatan untuk mengerjakannya.

Kalau Yosua tidak kuat dan bersemangat untuk mengerjakan apa yang Tuhan kehendaki maka pasti ia akan gagal dalam kepemimpinannya. Kitapun sama butuh kekuatan dan semangat. Dan kekuatan dan semangat itu bukan tergantung pada kondisi di sekitar kita tetapi dari diri kita yang diberikan kekuatan dari Tuhan.

Jadi walaupun kondisi di sekitar kita tidak hidup benar, semuanya kacau balau, tetapi kita bisa hidup benar karena berelasi dan terus berimana kepada Tuhan. Sehingga kita yakin Dia selalu bersama kita, Dia selalau menyertai kita.

Seperti yang di katakan Musa dalam ayat 8 : "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." Berarti walaupun kondisi tidak mendukung, sistimpun tidak mendukung, tidak ada teman-teman yang menopang kita tetapi harus tetap kuat dan bersemangat karena Tuhan menyertai kita.

Ini sama seperti Nehemia. Punya visi membangun kembali tembok Yerusalem tetapi ada Sanbalat, Tobia, orang Amon, orang Asdod yang berusaha menghalangi mereka, bahkan mereka pun ingin memubunuh dia tetapi tidak menyurutkan semangatnya untuk terus membangun tembok tersebut.

Nehemia tidak takut karena Tuhan beserta dia. Nehemia katakan "jangan takut kepada mereka, ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu. 

Sama seperti Daniel, system tidak mendukung karena "Gua singa", teman-teman ingin menjatuhkan dia, tetapi bisa hidup benar dan kerja benar, karena Tuhan beserta dengan dia. Jadi Tuhanlah yang menguatkan dia   untuk tetap   untuk hidup benar.

Kita pun sama tetap bersemangat untuk hidup benar,  menjadi garam dan terang tidak boleh takut menghadapi tantangan yang ada karena Tuhan beserta kita. Karena kalau kita tunggu sistim yang berubah sulit terjadi, menunggu pemimpin yang mengambil kebijakan untuk bisa terjadi good and clean government sangat sulit terjadi, maka mulailah dari diri kita. Kalau kita tidak pernah memulai sampai kapanpun tidak akan pernah terjadi good dan clean government walaupun dalam skop yang sangat kecil.

 Oleh karena itu berjuanglah dan teruslah berada di dalam Tuhan sehingga semangat dan kekuatan itu tidak  akan pudar, sehingga Tuhan bisa memakai kita untuk suatu pembaharuan yang berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun