Makanya dikatakan dalam ayat 20 : Pada waktu dia sudah sangat kaya, Tuhan katakan kepada dia : Â Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan di ambil dari padamu. Padahal dia merasa jiwanya akan aman dengan harta yang berlimpah tetapi ternyata Tuhan mengambil jiwanya.
Jadi pada saat mengantungkan hidup pada harta, maka kehilangan hidup atau dengan kata lain hidup tidak bisa di beli dengan harta. Walaupun kita punya asset miliyaran tetapi tidak bisa membeli nyawa kita, anak kita, nyawa istri/suami kita kalau Tuhan ingin mengambilnya. Kalau hidup tidak bisa di beli dengan harta maka gantungkanlah hidup pada Tuhan yang memilikinya  bukan pada harta.
Kalau mengantungkan hidup pada Tuhan, maka bekerja pun untuk memuliakan Tuhan bukan untuk mengumpulkan harta, karena Tuhanlah yang menentukan hidup kita bukan harta.
Kalau bekerja untuk harta maka  akan ada sifat serakah,  tidak ingin orang lain penghasilan lebih dari pada kita. Tetapi kalau bekerja untuk Tuhan akan bekerja dengan baik, tetapi juga tidak serakah dan juga tidak bermasalah kalau orang lain mendapatkan lebih dari pada kita karena kita bekerja untuk Tuhan.
Saya ingat Abraham pada waktu perselisihan antara gembalanya dan gembala Lot. Abraham mengatakan negeri ini sangat luas baiklah kita membagi negari ini. Seharusnya Abraham yang memilih duluan karena ia adalam om, dan ia yang memelihara Lot tetapi Ia meminta Lot yang memilih duluan. Dan Lot sangat tidak sopan karena ia memilih tempat yang sangat subur.
Tetapi tidak masalah bagi Abraham walaupun ia punya banyak ternak dan membutuhkan tempat yang subur, tetapi ia menghormati pilihan Lot karena ia bekerja bukan kekayaan, sehingga walaupun Lot lebih dari pada dia tidak ada masalah, tidak muncul keserakahan dan benci dalam dirinya walaupun seharusnya dia yang duluan memilih. Karena dia yakin terhadap pemeliharaan Tuhan
Jadi kalau orang bekerja untuk Tuhan maka dia bisa puas dengan apa yang dimiliki dan tidak serakah, dan tidak benci apabila ada orang lain lebih hebat dari dirinya.
Orang kaya  ini juga tentu setiap tahun sangat bergembira, karena dikatakan hasilnya melimpah-limpah bahkan sampai  ia tidak mempunyai tempat lagi untuk menyimpan hasilnya. Luar biasa bahagianya, tetapi disinilah dimulainya kejatuhan dia.
Harta berlimpah tidak masalah, tetapi harta berlimpah untuk dipakai menjadi berkat bagi orang lain, harta berlimpah dipakai untuk bisa menolong orang lain, bahkan seluruh kemampuan-kemampuan lebih yang Tuhan berikan kepada kita dipakai untuk menolong orang lain.
Tetapi orang ini tidak mau, maka dikatakan dia merombak lumbung dan membuat lumbung yang lebih besar lagi untuk meletakan hasil-hasilnya. Jadi dia melakukan semuanya itu hanya untuk dirinya sendiri.
Maka akhirnya Tuhan menghukum dia, dan dalam hukuman itu, Tuhan katakan : apa yang telah kau sediakan? Untuk siapakah itu nanti. Kalau dia sediakan untuk Tuhan maka dia harus membagi kekayaan itu untuk sesama, Tetapi karena ia mempersipakan semuanya itu untuk dirinya maka ia dikatakan orang bodoh dan dihukum oleh Tuhan.