Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Alkitab Berkata "Miskin Dihadapan Allah Berbahagia", Aneh Sekali

14 Maret 2022   18:06 Diperbarui: 14 Maret 2022   23:50 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi kita semua dari sudut pandang Tuhan jauh dari pada kesempurnaan, jauh dari pada kemurniaan, miskin secara rohani dan Tuhan ingin kita menyadari itu. Walaupun dari sudut pandangan manusia, kita kelihatan sangat baik tetapi tetap tidak sempurna.

Saya teringat cerita dalam Alkitab. Di katakan ada seorang yang berlari-lari mendapatkan Yesus dan sambil berlutut  Mengatakan : Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal. Kalau seandainya saya yang menjadi Tuhan Yesus, maka saya akan terkesima dengan orang muda ini.

Misalnya saya mengantikan Tuhan Yesus : Saya katakan jangan membunuh, orang muda tersebut mengatakan saya tidak pernah membunuh, lalu saya katakan jangan bersinah, ia pun menjawab itupun sudah saya taati, lalu saya katakan : jangan mencuri, ia katakan dari dulu saya tidak pernah mencuri. 

Tentu saya akan kaget, dan mengatakan hebat sekali anak muda ini. Lalu saya katakan lagi : jangan mengucapkan saksi dusta, dan ia menjawab saya tidak pernah bersaksi dusta, waduh saya tambah memuji anak muda ini. Lalu saya katakan : jangan mengurangi hak orang lain, dan ia katakan itupun saya tidak pernah melakukannya. Waduh kalau saya berikan penilaian maka anak muda ini akan saya berikan nilai A, sempurna. Terakhir saya katakan : homatilah orang tuamu, dan saya  kaget sampai pada klimaksnya karena ia katakan : semua yang dikatakan oleh saya sudah di lakukannya.

Orang ini betul-betul sempurna, saya tidak hanya akan berikan nilai A, tetapi A plus kalau nilai itu ada. Tetapi ternyata saya berbeda dengan Tuhan, dari sudut pandang saya orang itu sempurna, tetapi pada waktu Tuhan katakan : jualah hartamu dan berikanlah kepada orang miskin baru ketahuan bahwa selama ini ternyata ia lebih mencintai hartanya di banding Tuhan. Ternyata ia tidak sempurna, ternyata ia lebih mencintai berkat Tuhan dari pada Tuhan yang adalah sumber berkat tersebut.  Ternyata  ada juga dosa yang saya tidak ketahui dan Tuhan nyatakan akan hal itu. Maka dari sudut pandang Tuhan ia tidak masuk standarnya Tuhan.

Tetapi terkadang konsep kebaikan kita juga sama seperti anak muda ini. Kalau kita sudah mentaati kehendak Tuhan hanya empat/lima saja kita merasa sudah layak. Ternyata tidak. Kita sangat jauh dari pada kesempurnaan, dan celakanya banyak orang tidak menyadari hal itu.

Banyak orang kalau dia sering berdoa, pergi ke gereja, berikan perpuluhan, dia merasa sangat layak berdiri di hadapan Tuhan, apalagi kalau dia bandingkan dirinya dengan orang yang tidak pernah melakukan hal yang sama seperti dia, maka dia merasa berdiri di atas awan, kalau dia bandingkan dirinya dengan anak-anak yang suka minum di jalanan, dan tidak pernah ke gereja maka dia memandang rendah mereka, kalau membandingkan dirinya dengan orang yang pernah mencuri uang kantor, apalagi orang yang  bersinah maka dia merasa bahwa dirinya jauh lebih benar dari pada orang itu. Padahal selama ini dia memakai standar yang salah dan tetap merasa diri benar, ini kan kondisi yang sangat gila.

Ini sama seperti orang farisi dan pemungut cukai. Orang farisi dengan begitu sombongnya dia katakan pada Tuhan : Aku mengucap syukur, karena aku tidak sama seperti orang lain. Aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pesinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, memberikan persepuluhan. Tetapi ternyata Tuhan menolaknya mentah-mentah.  Karena standar yang di pakainya adalah salah. Bukan Firman Tuhan tetapi membandingkan dirinya dengan orang lain. 

Oleh karena itu pakailah perkataan Tuhan untuk menilai diri kita, dan pada saat kita menggunakan Firman Tuhan untuk menilai diri kita maka kita akan selalu menemukan diri kita jauh dari kesempurnaan, jauh dari kemurniaan dan pada saat itu adalah saat-saat yang terindah karena Tuhan mau mengampuni kita, membenarkan kita  dan bersama dengan kita.

Orang Farisi yang saya ceritakan tadi kehilangan saat yang terindah karena merasa diri benar padahal bobrok sedangkan pemungut cukai itu menemukan saat yang terindah. Alkitab mengambarkan dirinya seperti ini : Ia tidak berani memandang ke langit dan melainkan ia memukul dirinya dan berkata : Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Ia  sadar akan dirinya pada waktu membandingkan dirinya dengan Tuhan. Sangat berdosa, sangat bejat, tetapi pada saat itulah Tuhan membenarkan & bersama dengan dia, itulah saat yang terindah.

Maka jangan berusah membenarkan diri kalau Tuhan nyatakan kita bersalah terimalah itu dan bertobatlah, maka Tuhan akan membenarkan atau mengembalikan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun