Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesalahan Sarah (Istri Abraham) yang Melahirkan Bangsa Barbar

13 Maret 2022   18:01 Diperbarui: 23 Maret 2022   07:05 3972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

m.kaskus.co.id

Sarah /Sarai  adalah wanita pilihan Allah yang tunduk dan hormat  kepada suaminya Abraham/Abram, ketundukan dan kehormatan itu dinyatakan dengan panggilan kepada Abram sebagai "tuanku" dan juga yang fenomenal adalah ketundukan dia pada waktu Abram meminta dia untuk mengaku sebagai adiknya karena takut di bunuh,  baik dihadapan Firaun maupun Abimelekh.

Tetapi ternyata dalam kehidupannya, Sarai pernah berbuat suatu kesalahan yang akhirnya memunculkan suatu suku bangsa bar-bar. Memang ini bukan hanya kesalahan Sarai ada juga peran Abram tetapi peran Sarai jauh lebih besar karena ia yang berinisiatif.

Peristiwa ini di catat dalam kejadian pasal 16, pada waktu Sarai mengambil kesimpulan bahwa Tuhan tidak memberikan ia seorang anak maka ia meminta Abram  untuk menghampir hambanya Hagar (budak) agar dia bisa memperoleh anak dari hambanya tersebut. 

Tetapi ternyata waktu Hagar tahu bahwa dia hamil maka ia memandang rendah akan tuannya Sarai, maka dari sinilah di mulainya permasalahan tersebut sehingga  lahirlah suatu keputusan  yang bisa jadi merugikan kondisi dunia sampai saat ini.

Memang sebagai seorang wanita, siapa yang tidak marah kalau seorang budak bisa memandang rendahnya apalagi konteks jaman dulu, maka dalam emosinya yang tidak terbendung, ia menyalahkan Abram, padahal dirinya yang memulai, ia menyalahkan Abram karena ia dalam kondisi terjepit karena bisa saja Abram membela Hagar karena ada anaknya dalam rahim dari pada Hagar, tetapi akhirnya Abram mendukung dia untuk menindas akan Hagar.

Di lihat dari segi budaya ini adalah tindakan yang sah-sah saja, apalagi status Hagar adalah seorang budak, tetapi jika dilihat dari segi firman Tuhan jelas ini adalah kesalahan yang terulang, yang hanya berdasarkan emosi semata.

Pada waktu mereka belum dikaruniai anak, karena penantian yang lama dan juga secara logika sangat sulit maka mereka tidak setia, Sarai berinisiatif meminta Abram  menghampiri Hagar, mereka berpikir bahwa Tuhan memberikan keturunan bisa saja melalui anak dari seorang budak, padahal sebelumnya Tuhan sudah katakan dengan jelas kepada Abram yang menjadi ahli warisnya adalah anak kandungmu, (kejadian 15:4) berarti jelas dari rahim Sarai bukan Hagar.

Karena mereka tidak taat maka mereka mendapatkan hal ini, tetapi sayang Sarai berinisitaif lagi dengan emosinya yang membara untuk menindas Hagar, maka jelas ini tindakan yang tidak tepat lagi.

Seharusnya dalam kondisi seperti itu mereka  kembali pada Tuhan, mereka harus melihat segala sesuatu yang telah mereka perbuat, bukankah dari awal mereka  tidak setia kepada Tuhan, maka seharusnya mereka minta ampun dan   kembali kepada Tuhan, mereka seharusnya siap menerima konsekuensi, terutama Sarai, dan minta Tuhan untuk memberikan  hikmat di dalam bertindak bukan kembali mengambil keputusan berdasarkan keinginan mereka sendiri, sangat sayang.

Karena penindasan itu sangat berat ditanggung oleh Hagar, maka ia lari meninggalkan akan tuannya dan dalam pelariannya ia bertemu dengan malaikat Tuhan. Apa yang di katakan malaikat Tuhan itu pada Hagar. "Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya"

Mungkin sebagai keturunan Abraham secara rohani kita bahagia karena mempunyai saudara-saudara yang banyak dari Abraham tetapi ternyata mereka bukanlah saudara-saudara yang memberikan damai sejahtera, tetapi yang menghancurkan seperti bar-bar.

Coba  lihat pernyataan selanjutnya dari malaikat tersebut : "Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya." Wah ini pernyataan yang berbahaya.

Jelas pernyataan ini bukan hanya di tujukan pada Isamel sendiri  tetapi juga kepada keuturunannya yang akan selalu berbuat masalah seperti ini, memang bisa jadi tidak keseluruhan tetapi ada saja keturunan Ismael yang berprilaku seperti perkataan Tuhan lewat malaikat ini.

Dalam kitab Yobel (bukan kitab yang diakui sebagi kanon dalam kalangan protestan) pasal 20:12-13 membicarakan tentang keturunan Ismael, di katakan :  Dan Ishmael dan anak-anaknya, dan anak-anak keturah dan anak-anak mereka, pergi bersama-sama dan berdiam mulai dari Paran hingga memasuki Babel, di semua negeri yang mengarah ke Timur, kearah padang gurun. Dan mereka ini bercampur-baur dengan yang lainnya, dan nama mereka disebut Arab, dan orang Ishmael.

Maka kalau mau di telusurui seperti yang  dikatakan dalam kitab Yobel, suku-suku bangsa mana dari daerah-daerah yang disebut di atas yang berprilaku bar-bar seperti ini, wah bisa jadi  banyak dan tentu ini adalah tindakan yang akan merusak kedamaian dunia, karena sesama saudara sendiri saja mereka berperang seperti dikatakan Alkitab.

Jadi kita melihat dimulai dari suatu keputusan yang emosional, tidak bertanya pada Tuhan dan tidak mau menerima konsekuensi yang ada maka akhirnya, dampaknya bisa  terasa sampai saat ini. Seandainya Sarai dan Abram melihat kondisi saat ini, dan waktu bisa diputar kembali apakah mereka akan melakukan tindakan yang sama kepada Hagar ?

Saya pernah memimpin Pendalaman Alkitab dengan seorang wanita yang menikah berbeda keyakinan dengan suaminya, saya tanya apakah menyenangkan, langsung ia katakan sangat sulit, dia sulit di terima keluarga besar suaminya  begitu pula suami pada keluarga besarnya karena masalah keyakinan yang berbeda, lalu dia mengatakan biarlah saya yang menanggung salib ini, dan saya tidak ingin saudara-saudari saya berbuat hal yang sama.

Jadi suatu keputusan yang tidak berdasarkan kemauan Tuhan, hanya emosi semata bisa menghancurkan , dan inilah yang kita pelajari dari keputusan Sarah. Semoga Tuhan menolong kita untuk mengambil keputusan yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun