Rasul Petrus adalah salah satu tokoh terbaik yang dimiliki oleh gereja, Ia menobatkan begitu banyak orang, ia pernah berkhotbah dan tiga ribu orang bertobat, sangat hebat. Ia juga adalah pemimpin konsili di Yerusalem, dan di anggap sebagai Paus yang pertama dan mati martir dengan disalibkan secara terbalik, yang dilakukannya untuk kekristenan awal sangat besar maka wajar jika ia mendapat gelar "santo" atau orang kudus.
Tetapi seagung apapun rasul Petrus, ia juga adalah manusia yang punya kelemahan, dan kelemahan inilah yang di pakai oleh iblis untuk membuat dirinya menyangkal Yesus sebagai Tuhan dan gurunnya, sangat sayang padahal kelemahannya itu sudah di tegur oleh Tuhan Yesus dan kalau ia menyadari akan hal itu maka ia tidak jatuh sangat dalam seperti  itu.
Dalam Injil Matius mendekati kematianNya, Yesus berkata kepada seluruh muridNya termasuk rasul Petrus : Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai".
Berarti sebagai gembala, Yesus akan mati dan dimanapun domba tanpa gembala pasti akan tercerai berai. Tetapi Petrus katakan : Â walaupun mereka semua tergoncang imannya tetapi aku sekali-kali tidak, bahkan ia menambahkan ""Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau. Wah hebat sekali.
Pengakuan seperti ini sangat dirindukan oleh siapapun juga sebagai pemimpim/guru, tetapi pengakuan seperti ini tanpa menyadari bahwa dirinya adalah domba yang lemah yang butuh keberadaan gemabalanya, tanpa gembala domba itu akan tercerai-berai, dan rasul Petrus jatuh dalam hal ini.
Rasul petrus sangat mengandalkan dirinya padahal Tuhan tahu dia lemah, dia merasa kuat dan mampu padahal tanpa Tuhan ia akan jatuh, dan itu terbukti dalam tiga kali kesempatan secara beruntun ia menyangkal Yesus (bukan satu kali), maka disinilah ketepatan perkataan Yesus bahwa Petrus sangat lemah, sangat tidak mampu seperti pernyataan Tuhan padanya tetapi anehnya ia merasa mampu.
Sebelumnya juga Tuhan Yesus pernah berkata kepada rasul Petrus, "Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." Berarti Tuhan sudah tahu bahwa Petrus lemah dan iblis siap untuk menjatuhkan dia lewat penyangkalan terhadap Yesus, tetapi rasul Petrus menyepelekan akan hal ini dan terus "mengandalkan dirinya".
Bukankah orang yang mengandalkan dirinya dan tanpa Tuhan pasti akan jatuh. Kalau kita melihat contoh lain dalam Alkitab, ada seorang bernama Goliat, tinggi besar seperti raksasa sangat mengandalkan dirinya dengan menantang akan umat Tuhan, tetapi akhirnya Daud, masih muda tidak ada pengalaman bertempur mampu mengalahkannya. Daud berkata kepada Goliat. " engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan Allah, segala barisan Israel yang kau tantang itu"
Jadi tanpa Tuhan hanya mengandalkan diri pasti kita akan jatuh, tetapi sebaliknya dengan mengandalkan Tuhan walaupun kita lemah tetapi kita di mampukan dan bisa berhasil dan inilah yang di tunjukan Daud kepada kita.
Jadi inilah yang terjadi dalam diri dari pada Rasul Petrus, sangat mengandlkan diri tanpa mengadalkan Tuhan padahal kondisinya kritis. Yesus akan dibunuh itu kondisi yang kritis, seharusnya dalam kondisi seperti itu tidak bisa lagi mengandalakan diri, karena "Anak Allah" saja bisa dibunuh, maka siapakah kita yang bisa mengandalkan diri.
Jadi kalau kalau kita tidak mengandalkan Tuhan, hanya mengandalkan hal-hal yang ada dalam diri kita dan merasa mampu dengan semuanya itu maka tinggal tunggu waktunya untuk hancur. Rasul Petrus setelah menyangkal Tuhan Yesus  baru sadar bahwa ternyata pernyataan Tuhan Yesus benar, ia sadar, ia betul-betul sangat lemah sama seperti domba, seperti gandum. Dan ini membuatnya menyesal dan bersedih. Markus 14:72 mengambarkan kesedihannya : Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu menangislah ia tersedu-sedu.
Rasul Petrus menangis, dia baru sadar, ia terlalu mengandalkan dirinya, padahal Tuhan tahu dia lemah, harus bergantung pada Tuhan apalagi kondisinya sangat sulit, tetapi ia tetap bergantung pada kemampuannya. Â
Maka ini juga menjadi pelajaran yang berarti bagi kita agar terus mengandalkan Tuhan dalam hidup ini, walapaupun Tuhan memberikan hal-hal yang lebih dalam hidup kita melebihi orang lain tetapi teruslah mengandalkan Tuhan, jangan mengandalkan semuanya itu karena tanpa Tuhan kita akan hancur.
Ada seorang mahasiswi, puluhan tahun yang lalu, ia dilahirkan dengan sangat cantik. karena cantik temannya sulit dapat pacar ia dengan mudah dapat pacar, tetapi apa yang terjadi ? Hamil di luar nikah, malu luar biasa. Setelah punya anak, dan sekian lama menikah ternyata baru sadar bawa suaminya tidak mengasihi dia, suaminya hanya mengasihi kecantikannya dan sekarang banyak yang lebih cantik dari pada dia. Akhirnya setelah melewati masa-masa sulit, maka ia minta cerai dengan suaminya.
Sangat sayang sekali, kecantikan diberikan bukan untuk di andalkan tetapi untuk memuliakan Tuhan, dan inilah yang  terjadi. Jadi marilah kita semua dalam hidup ini hanya andalkan Tuhan, walaupun kita diberikan kelebihan-kelebihan tertentu, tetapi kelebihan-kelebihan itu diberikan untuk memuliakan Tuhan bukan menjadi sandaran bagi diri kita. Semoga kita terus mengandalkan Tuhan dalam hidup ini bukan mengandalkan diri. Tuhan memberkati kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H