rintik air yang turun dari langit bagai cambuk yang mencabik
meringkik kesakitan berbenturan dengan seng-seng berkarat atap rumah
malam semakin larut meninggalkan senja termangu digilas waktu
berlalu bagai gendang bertalu
dikaki bukit ku semayamkan diri, menghindari kebisingan kota yang menderu seolah selalu terjaga
termangu aku menatap kelam malam, tanpa bintang tanpa bulan, gelap. hanya sedikit terang dari kejauhan.
ragu...
apakah masa depanku begitu...?
setelah beribu-ribu waktu berlalu tak kutemui juga asa tuk berlabuh
bagai pengembara tak tau arah.
diam ku termangu, hanya berserah pada Tuhanku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!