Dibawakan dari Anyer...
Layaknya dendam yang telah dihamili oleh hujan
Nafas yang berderu di atas langit pun ikut merintih merasakannya
Bagaikan kata cinta yang menjelma menjadi kecewa
Adakah satu kata yang ingin kau sampaikan, duhai masa lalu?
Mampukah kau meluruhkan segala dosa-dosa dalam janji yang tak kau tepati?
Katanya diriku sebuah jalan pulang
Lalu, mengapa kau memilih jalan lain yang membawamu meninggalkan semua janji
Inikah balasan dari selembar surat yang kau kirimkan tempo hari?
Puisi ini penuh tanda tanya
Seperti kepergianmu yang menampung semua luka yang menganga
Katanya diriku jalan pulang
Nyatanya kau lupa arah masuk ke dalam palung
Katanya diriku jalan pulang
Kau malah berbalik arah menuju jalan lain seperti aji mumpung
Katanya diriku jalan pulang
Tapi, lagi-lagi kau lupa akulah yang dipeluk saat terpasung
Sudah yang terakhir, katanya diriku jalan pulang
Tapi kau malah menusuk sampai hati memahir
Kau ingat sebuah pertanyaan bodoh yang pernah kita khawatirkan
Tentang bagaimana kita setelah berpisah
Tentang pertanyaan akankah kau mencari pengganti
Kau jawab “Tidak sayang, saya mencintaimu seperti rindunya Adam kepada Hawa”
Aku tersihir oleh perkataan pria yang sedang jatuh cinta
Pertarungan sengit, hujan, hingga kemarau
Semua dilalui dengan apik, pelik, dan peluk
Tak ada kata yang lebih indah dari seseorang yang sedang jatuh cinta
Dijadikannya sandaran hingga impian belaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H