Mohon tunggu...
Almira Yulia
Almira Yulia Mohon Tunggu... -

Belajar dari "0" dan berusaha menjadi "1"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puzzle Kehidupan adalah Program Masa Depan

10 September 2012   13:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:40 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lalu mamah melanjutkan ceritanya di masa lalu, mengikis kenangan yang dirajut bersama dengan Ayah ku.

Tahun pertama pernikahan dengan uang yang tidak terlalu banyak, ya maklum orang pertama kali berumah tangga memang seperti itu adanya, menjadi pegawai baru dan uang tabungan pun belum banyak terkumpul. Taukah apa yang ayah bilang ke mamah?? penghasilan dari gaji itu besar atau kecil sama saja, dalam artian kalo gaji sebesar apapun kalo ga bisa memanajemen uang dengan baik ya tentunya ga akan jadi apa-apa tapi jika uang sedikit kalo itu di manajemen dengan benar maka akan menjadi sesuatu yang luar biasa ke depannya. Dari situ lah ibu ku mulai melakukan kesepakatan dengan ayah. kata mamah: kalo gitu biar gaji pian, pian tabung aja, gaji ulun biar gasan kebutuhan makan lawan keperluan rumah lain ( kalo gitu biar gaji mas, mas tabung aja, gaji saya biar buat kebutuhan makan dan keperluan rumah lain ). Dari situlah gaji setiap bulan ayah selalu ditabung dan selama ini hanya gaji mamah saja yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup semuanya.

Padahal kata mamah menurut Islam, duit dari hasil gaji istri itu merupakan hak dari istri sendiri. Sedangkan gaji suami itu wajib hukumnya untuk memenuhi kebutuhan semua keperluan istri dan anak-anaknya. Sebenarnya tidak ada kewajiban istri itu bekerja, soalnya yang wajib mencari nafkah untuk hidup adalah suami bukan istri. Istri tugasnya hanya mendidik anak dan mengurus suami. Tapi kata mamah lagi, jika sang istri mengikhlaskan semua gajinya untuk keperluan rumah tangga, maka surga balasannya. Subhanallah...

Dari situlah mamah ga pernah merasakan gaji dari ayah, uang ayah selalu ditabung di bank. Tapi mamah percaya sama ayah. Kata mamah bisa aja ayah berpikiran dengan uang tabungannya nyari istri lain tapi itu "ga pernah" ga pernah terlintas dipikiran ayah buat selingkuh atau apalah itu. Uang itu tetap ada di bank dan ayah sesekali memperlihatkannya ke mamah. Dan baru waktu aku kuliah (3 tahun yang lalu), ayah ngasih uang gaji ayah ke mamah. Air mata berlinang waktu mamah menerima, sudah 20 tahun lebih mamah ga merasakan uang gaji suami. Uang itu lah yang digunakan ayah untuk investasi masa depan ku. Mamah percaya ayah...

Waktu aku masih di perut mamah, mamah bilang ke ayah. Yah, mumpung anak kita bentar lagi lahiran, mending kita nyari tanah sekarang. Dari situlah ayah nyari tanah (sekarang jadi rumah kami). Tanah sudah didapat tapi kendalanya adalah Ayah mau kuliah dulu atau membangun rumah dulu. Kata Ayah bangun aja rumah dulu, kuliah nanti bisa lanjutkan lagi. Rencana ke depan disusun kembali, langkah awal membangun rumah membeli barang-barang yang umurnya bisa tahan lama, seperti kayu. Bahan sudah terkumpul, perlahan-lahan uang sudah mulai terkumpul kembali supaya ke depannya cukup menggaji tukang. Uang buat tukang sudah terkumpul, baru saatnya membangun rumah, tahap demi tahap rumah pun sudah mulai terbentuk sampai atapnya. Sampai disitu rumah sudah cukup aman, dan untuk sementara berhenti, waktunya menabung lagi. Terus begitu sampai akhirnya rumah indah kami jadi (hasil jerih payah Ayah dan mamah).

________

Apa cukup dengan punya rumah saja semua sudah beres? ternyata rencana mamah dan ayah jauh melesat ke depan untuk masa depan anaknya. Kebetulan waktu itu ada teman dekat ayah mau meneruskan S2 dan butuh uang, tanah yang hampir berdekatan dengan rumah kami (milik teman ayah tadi) dijual. Dan ayah bilang: beli aja tanah itu, kita jadikan kos-kosan buat modal kuliah anak kita nanti. Subhanallah, pemikiran yang jauh ke depan. Padahal waktu itu aku ingat sekali, waktu ayah membangun kos-kosn itu aku masih sangat kecil, entah aku lupa tepatnya usia ku berapa, mungkin sekitar 5 tahun. Bertahap demi tahap dengan uang gaji yang disisihkan, kos-kosan itu sudah berbentuk dengan kokohnya. Aku ingat sekali waktu zaman itu, baru sedikit kos-kosan disekitar sini. Alhamdulillah sampai sekarang kos-kosan itu masih ramai.

___________

Aku ingat aku waktu itu aku baru kelas 2 SD. Ibu dan Ayahku berangkat haji. Sedih banget aku, usia ku yang masih anak-anak, yang masih ingin ikut induknya kemana pun dia pergi. Selalu menangis dan setiap malam mengambil baju ibu ku di lemari dan menciumnya setiap aku mau tidur. Aku ga bisa tidur setiap malam sebelum mencium baju ibu ku, hanya itu yang membuat hati ku tenang, hanya itu yang bisa ku buat, hanya itu obat rinduku kepada ibuku. Padahal hanya sebentar ibuku berangkat haji tapi entah mengapa bagi ku itu sangat lama, lama sekali. Aku rindu mamah dan ayah Cepat pulanggg....

Mungkin itu waktu yang tepat bagi ayah dan ibu ku berangkat haji. Aku yakin mereka juga ga tega meninggalkan anaknya yang masih kecil di rumah bersama mbah nya. Tapi itu lah waktu yang tepat, anak masih kecil dan uang ditabungan masih cukup buat menunaikan ibadah haji. Bukankah haji diperuntukkan bagi orang yang sudah mampu, mungkin itu yang membuat mamah dan ayah pengen berangkat haji. Kalo aku sudah besar tentu banyak biaya lagi yang harus dipersiapkan bukan!

________

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun