AI, memang bisa dimanfaatkan sebagai ladang uang terbaru, apalagi orang-orang yang bisa memanfaatkan keadaan dan juga sosial media. Tetapi, perlu diingat, AI juga bisa menjerumuskan orang sangat jauh, salah satu contohnya adalah penulis yang meniru semua kisah yang ia dapatkan menggunakan AI kemudian diterbitkan.
Para penerbit yang tahu kemudian melaporkan dan penulis itu pun mendapatkan sanksi, sampai akhirnya muncullah peraturan batas dan persentase AI yang boleh ikut campur dalam karya seperti tulisan, lukisan dan lain-lain.
Maka dari itu, mari kita masuk dalam pembahasan lainnya mengenai AI, sebab saya juga sudah pernah menuliskan pembahasan AI pada topik sebelumnya.
Kecemasan oleh AI
Oktober 2023 lalu, Pemerintah Inggris mempublikasikan laporan bahwa AI kedepannya dapat dimanfaatkan oleh para hacker untuk membuat kekacauan, baik dalam peretasan akun pemerintah, maupun penyebaran berita hoaks.
Mengenai aturan yang disinggung sebelumnya, beberapa negara yang bergabung dalam European Union, Inggris, Amerika Serikat, dan China telah menandatangani pernyataan tentang masa depan AI yang disebut dengan Deklarasi Bletchley, yang mengakui adanya risiko dari canggihnya AI dapat disalahgunakan, dan memastikan mereka akan bekerja sama agar AI dapat dipercaya dan aman digunakan.
Alasan mengapa adanya kata 'dapat dipercaya dan aman digunakan', adalah karena perkembangan AI yang sangat pesat, sampai akhirnya bisa memberikan visual 'nyata' terhadap gambar dari insiden Keluarga Clarke, bersamaan dengan kisah fiksi yang terasa asli. AI memanfaatkan foto-foto yang tersimpan abadi di internet, kemudian menggabungkannya menjadi karakter baru. Selain itu, insiden-insiden, dan kasus apa pun juga bisa dikumpulkan oleh AI untuk kemudian menjadi sebuah cerita baru.
Bayangkan, jika kita lengah sedikit saja, bisa saja kita terjebak dalam informasi hoaks, dan menyebarkannya melalui sosial media yang dimiliki, padahal tujuannya adalah sebagai peringatan, namun berakhir menjadi sebuah ancaman hanya karena ulah dari AI, atau orang yang menggunakan AI dengan tidak bertanggung jawab.
Bahkan, survei yang diadakan pada tahun 2023 lalu, para ahli AI menemukan sebanyak 36% orang takut dengan perkembangan AI dapat mengakibatkan "bencana tingkat nuklir" saking berbahayanya. Selain itu, ter data hampir 28.000 orang sudah menandatangani surat terbuka yang ditulis oleh Future of Life Institute, termasuk Elon Musk, Steve Qozniak, CEO beberapa perusahaan AI, serta banyak ahli teknologi terkemuka lainnya, yang menginginkan adanya jeda selama 6 bulan atau moratorium dalam pengembangan AI tingkat lanjut.
Sebelum menutup artikel ini, saya akan memberikan beberapa risiko terbesar dari AI, dilansir dari Forbes:
- Kurangnya Transparansi
- Bias dan Diskriminasi
- Masalah Privasi
- Dilema Etika
- Risiko Keamanan
- Ketergantungan terhadap AI
- Pergantian Kerja (manusia digantikan oleh AI)
- Ketimpangan Ekonomi
- Tantangan Hukum dan Peraturan
- Perlombaan Senjata AI
- Hilangnya Hubungan Kemanusiaan
- Misinformasi dan Manipulasi
- Konsekuensi yang Tidak Diinginkan
- Risiko Eksistensial
Tentu saja risiko ini tergolong banyak, mengingat AI baru saja berkembang beberapa tahun lalu. Tidak dapat terbayangkan risiko baru yang akan muncul jika tidak adanya tindakan pencegahan terhadap perkembangan AI, dan pembatasan pemanfaatan AI untuk kebutuhan pribadi maupun komersial.
Penutup
Perkembangan teknologi memang tidak bisa dihindari, namun kita bisa menyeimbangkan perkembangan tersebut dengan memahami manfaat teknologi tersebut agar bisa hidup berdampingan dengan damai, dan menyadari kerugian dan risiko apabila hidup terlalu bergantung, atau abai dengan hal tersebut.
Sumber:
- AI Image of Clarke Family Fools Internet Into Believing 'Cube' Mystery
- What is AI, how does it work and what can it be used for?
- Here's Why AI May Be Extremely Dangerous---Whether It's Conscious or Not
- The 15 Biggest Risks Of Artificial Intelligence