Mohon tunggu...
Gema AisyiyahMasruri
Gema AisyiyahMasruri Mohon Tunggu... Lainnya - Alumni Mahasiswa

Penulis yang menyukai aroma hujan.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Keluarga Clarke yang Viral, dan Penyalahgunaan AI

28 Maret 2024   12:24 Diperbarui: 28 Maret 2024   12:41 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: petapixel.com

Keluarga Clarke

Bagi teman-teman yang suka membuka TikTok, membaca cerita Reddit, atau menonton video YouTube, kurasa pernah mendengarkan misteri hilangnya Keluarga Clarke dari rumahnya secara misterius. Keluarga itu terdiri dari Ayah yang bernama Jonathan, kemudian istri dan anaknya yang bernama Melissa dan Bobby.

Satu keluarga ini hilang secara misterius, membuat para polisi kemudian mengunjungi kediaman keluarga tersebut untuk mendapatkan petunjuk. Saat itulah mereka menemukan sebuah kubus yang terbuat dari bata. Para polisi dijelaskan, pada awalnya mereka tidak terlalu mencurigai kubus tersebut, hanya menganggap bahwa ini hanyalah proyek yang belum selesai karena hilangnya kepala keluarga Clarke, yang bernama Jonathan, bersama dengan anak dan istrinya.

Sampai suatu ketika, sang polisi menemukan kertas sketsa dari proyek kubus bata tersebut, dan mereka melihat bahwa sketsa tersebut dibuat oleh sang suami.

Singkat cerita, para polisi pun akhirnya memutuskan untuk membongkar kubus tersebut dan menemukan satu keluarga Clarke yang sudah meringkuk tidak bernyawa di dalamnya. Para polisi menganggap, bahwa sebenarnya rencana ini disusun oleh Jonathan sendiri, untuk menghabisi dirinya bersama dengan keluarganya.

Meskipun demikian, masih banyak teka-teki yang belum terjawab, seperti alasan sang ayah melakukan hal tersebut, kemudian pengaruh dan juga latar belakang yang membuat Jonathan mengambil keputusan demikian.

Selain tidak adanya penyerangan, perampokan, sekte, dan hal-hal lain yang bisa menjadi alasan kematian keluarga Clarke dalam kubus bata tersebut, para polisi hanya bisa mengatakan bahwa hanya Jonathan, dan/atau istrinya yang tahu kronologi dibalik kematian mereka sekeluarga, yang turut membawa serta anaknya, meringkuk di dalam kubus, sampai kehilangan nyawanya.

Setelah akhirnya mayat keluarga Clarke diamankan, berita dari kasus ini pun juga merajalela. Banyak orang yang mulai membahas, memiliki konspirasi teori, bahkan mulai mencari lokasi-lokasi yang berhubungan dengan masing-masing anggota keluarga Clarke. Sosial media dipenuhi dengan berita keluarga Clarke, khususnya yang biasanya mencari dan berinteraksi dengan kisah misteri, kasus, dan hal-hal berbau mistis.

Penyebaran Informasi

Ribuan video dan foto, serta konspirasi teori bersebaran di platform seperti TikTok, Instagram, sampai akhirnya terjawab sudah dari misteri keluarga tersebut.

Keluarga Clarke itu tidak pernah ada, mereka tidak nyata. Ayah, Ibu, dan anak laki-laki itu tidak pernah meninggal dalam sebuah kubus bata. Semuanya hanyalah karangan yang ditulis dengan bantuan AI, kemudian dipublikasikan melalui salah satu platform bernama Reddit.

Meskipun begitu, banyak yang akhirnya memutuskan untuk tetap mempublikasikan kisah fiksi ini melalui platform lainnya, khususnya di wilayah AS (Amerika Serikat). Alasan utamanya untuk hiburan dan juga penambah konspirasi lainnya. Tetapi, pengguna TikTok di wilayah AS, dan wilayah yang membayar konten kreator lainnya, memanfaatkan fiksi ini untuk mendapatkan engagement, perhatian, dengan banyaknya orang yang akan tertarik mendengarkan sampai akhir penjelasan dari kisah tersebut, kemudian mulai mengikuti akun kreator tersebut agar tidak ketinggalan berita.

Asal Usul Keluarga Clarke

AI, memang bisa dimanfaatkan sebagai ladang uang terbaru, apalagi orang-orang yang bisa memanfaatkan keadaan dan juga sosial media. Tetapi, perlu diingat, AI juga bisa menjerumuskan orang sangat jauh, salah satu contohnya adalah penulis yang meniru semua kisah yang ia dapatkan menggunakan AI kemudian diterbitkan.

Para penerbit yang tahu kemudian melaporkan dan penulis itu pun mendapatkan sanksi, sampai akhirnya muncullah peraturan batas dan persentase AI yang boleh ikut campur dalam karya seperti tulisan, lukisan dan lain-lain.

Maka dari itu, mari kita masuk dalam pembahasan lainnya mengenai AI, sebab saya juga sudah pernah menuliskan pembahasan AI pada topik sebelumnya.

Kecemasan oleh AI

Oktober 2023 lalu, Pemerintah Inggris mempublikasikan laporan bahwa AI kedepannya dapat dimanfaatkan oleh para hacker untuk membuat kekacauan, baik dalam peretasan akun pemerintah, maupun penyebaran berita hoaks.

Mengenai aturan yang disinggung sebelumnya, beberapa negara yang bergabung dalam European Union, Inggris, Amerika Serikat, dan China telah menandatangani pernyataan tentang masa depan AI yang disebut dengan Deklarasi Bletchley, yang mengakui adanya risiko dari canggihnya AI dapat disalahgunakan, dan memastikan mereka akan bekerja sama agar AI dapat dipercaya dan aman digunakan.

Alasan mengapa adanya kata 'dapat dipercaya dan aman digunakan', adalah karena perkembangan AI yang sangat pesat, sampai akhirnya bisa memberikan visual 'nyata' terhadap gambar dari insiden Keluarga Clarke, bersamaan dengan kisah fiksi yang terasa asli. AI memanfaatkan foto-foto yang tersimpan abadi di internet, kemudian menggabungkannya menjadi karakter baru. Selain itu, insiden-insiden, dan kasus apa pun juga bisa dikumpulkan oleh AI untuk kemudian menjadi sebuah cerita baru.

Bayangkan, jika kita lengah sedikit saja, bisa saja kita terjebak dalam informasi hoaks, dan menyebarkannya melalui sosial media yang dimiliki, padahal tujuannya adalah sebagai peringatan, namun berakhir menjadi sebuah ancaman hanya karena ulah dari AI, atau orang yang menggunakan AI dengan tidak bertanggung jawab.

Bahkan, survei yang diadakan pada tahun 2023 lalu, para ahli AI menemukan sebanyak 36% orang takut dengan perkembangan AI dapat mengakibatkan "bencana tingkat nuklir" saking berbahayanya. Selain itu, ter data hampir 28.000 orang sudah menandatangani surat terbuka yang ditulis oleh Future of Life Institute, termasuk Elon Musk, Steve Qozniak, CEO beberapa perusahaan AI, serta banyak ahli teknologi terkemuka lainnya, yang menginginkan adanya jeda selama 6 bulan atau moratorium dalam pengembangan AI tingkat lanjut.

Sebelum menutup artikel ini, saya akan memberikan beberapa risiko terbesar dari AI, dilansir dari Forbes:

  • Kurangnya Transparansi
  • Bias dan Diskriminasi
  • Masalah Privasi
  • Dilema Etika
  • Risiko Keamanan
  • Ketergantungan terhadap AI
  • Pergantian Kerja (manusia digantikan oleh AI)
  • Ketimpangan Ekonomi
  • Tantangan Hukum dan Peraturan
  • Perlombaan Senjata AI
  • Hilangnya Hubungan Kemanusiaan
  • Misinformasi dan Manipulasi
  • Konsekuensi yang Tidak Diinginkan
  • Risiko Eksistensial

Tentu saja risiko ini tergolong banyak, mengingat AI baru saja berkembang beberapa tahun lalu. Tidak dapat terbayangkan risiko baru yang akan muncul jika tidak adanya tindakan pencegahan terhadap perkembangan AI, dan pembatasan pemanfaatan AI untuk kebutuhan pribadi maupun komersial.

Penutup

Perkembangan teknologi memang tidak bisa dihindari, namun kita bisa menyeimbangkan perkembangan tersebut dengan memahami manfaat teknologi tersebut agar bisa hidup berdampingan dengan damai, dan menyadari kerugian dan risiko apabila hidup terlalu bergantung, atau abai dengan hal tersebut.

Sumber:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun