Mohon tunggu...
Gema AisyiyahMasruri
Gema AisyiyahMasruri Mohon Tunggu... Lainnya - Alumni Mahasiswa

Penulis yang menyukai aroma hujan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Wolbachia dan Aedes Aegypti di Indonesia

30 November 2023   13:46 Diperbarui: 30 November 2023   20:25 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aedes egypti

Nyamuk adalah salah satu serangga yang tergolong dalam ordo Diptera dan famili Culicidae. Serangga yang satu ini selalu mendapatkan tepuk tangan untuk dihabisi, sebab ia selalu hinggap di tubuh manusia, menghisap darah, dan meninggalkan gatal akibat jarumnya sekaligus mengeluarkan cairan yang dapat mempermudahnya mendapatkan darah.

Tidak seperti saudara jauhnya lalat, yang hobi di tempat sampah dan bau, nyamuk ini suka mengintai orang-orang yang disebut masyarakat memiliki 'darah manis'. Sehingga, banyak inovasi yang dilakukan untuk menghabisi nyamuk, seperti semprotan dan juga obat bakar untuk menghasilkan asap serta aroma yang dibenci oleh nyamuk. 

Meskipun begitu, masih ada yang lupa untuk menghindari pengembangbiakannya, yaitu air yang tergenang, seperti bak mandi, ember, baskom, kaleng dan ban bekas yang tergenang oleh air hujan dan lembab.

Genangan air merupakan tempat yang sangat efektif bagi nyamuk untuk berkembang biak, tidak terkecuali nyamuk Aedes yang dapat menularkan virus dengue di Indonesia, diantaranya adalah: Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris, dimana A. aegypti berperan utama menularkan penyakit Demam Berdarah (DBD).

Selain genangan air, suhu optimal bagi perkembangbiakan nyamuk adalah saat pergantian musim hujan ke musim kemarau yang mana suhu udara berada pada kisaran 24C-28C, yang biasa ditemukan pada daerah iklim tropis. 

Sementara itu, ketika sudah benar-benar memasuki musim hujan berkepanjangan, maka pertumbuhan virus dari nyamuk ini akan menurun hingga mati, makanya ketika pergantian musim itulah saat-saat dimana kita harus waspada serta memerhatikan lingkungan di sekitar tempat tinggal.

Penanggulangan Modern

Tingginya penyakit DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti membuat masyarakat cemas, bahkan badan kesehatan mencoba berbagai cara dalam mengantisipasi dan menekan penyebaran virus. 

Dimulai dari penyemprotan dan pembersihan selokan, larutan untuk membunuh jentik yang akan menjadi nyamuk, gotong royong untuk membuang genangan air, pembersihan lingkungan dari sampah, dan lain-lain. 

Meskipun begitu, penyakit ini masih menjadi tantangan bagi badan kesehatan dan juga masyarakat, khususnya tingkat kesembuhan dari penyakit ini menjadi sebuah tantangan, serta obat dan vaksin untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit DBD masih terus dicari dan diperbarui.

Oleh sebab itu, banyak peneliti melakukan berbagai riset untuk menjawab dan melawan semua tantangan, agar tidak ada lagi korban akibat gigitan nyamuk Aedes penyebab DBD.

Salah satu penanggulangan secara modern yang sudah ditemukan, dan kini menjadi pusat pembahasan masyarakat, khususnya melalui media sosial, adalah dengan pengenalan strain pemendekan umur dari bakteri Wolbachia pipientis ke dalam populasi Aedes aegypti

Terdengar sedikit rumit ya? Maksudnya, Gimana caranya memendekkan umur melalui bakteri?

Sebagai seseorang yang awam, saya akan mencoba menjelaskan sejauh pemahaman saya, dan apabila ada seorang peneliti atau scientist yang lebih paham, bisa memberikan informasi untuk memudahkan pemahaman disini, melalui diskusi.

Mengenal Wolbachia

Wolbachia adalah bakteri yang diwariskan secara intraseluler yang mampu menginfeksi lebih dari 50% serangga secara alami melalui induksi sifat parasitisme reproduksi dan memengaruhi kebugaran inang. Sederhananya, ia adalah bakteri yang berbahaya bagi perkembangbiakan dan kesehatan serangga yang terserang.

Oleh karena kemampuannya tersebut, maka bakteri ini digunakan untuk menginfeksi nyamuk, agar penularan patogen atau virus Aedes aegypti dapat berkurang, khususnya bagi nyamuk betina yang bersifat suka menghisap darah, dan berperan dalam penyebaran virus tersebut.

Nyamuk yang membawa strain Wolbachia ini kemudian dilakukan penelitian, dan dijelaskan bahwa populasi mereka (nyamuk betina khususnya) mengalami penurunan umur sebesar 50% jika dibandingkan dengan nyamuk yang tidak terinfeksi. 

Penurunan umur ini berdasarkan penjelasan di atas, dimana bakteri ini akan memengaruhi kebugaran dari nyamuk yang terinfeksi, sehingga mereka tidak dapat bertahan hidup lama.

Cara yang dilakukan peneliti untuk menambahkan strain Wolbachia pada nyamuk adalah melalui telur yang nanti akan berkembang menjadi jentik sebelum akhirnya terbang menjadi nyamuk dewasa dengan membawa bakteri tersebut pada tubuhnya. 

Karena masa inkubasi ekstrinsik virus dan parasit dalam vektor nyamuk cukup lama jika dibandingkan dengan masa hidup serangga, maka infeksi dari Wolbachia yang dapat menginfeksi populasi nyamuk ini dan mengurangi masa hidup nyamuk Aedes aegypti dewasa diperkirakan dapat mengurangi penularan patogen tanpa harus membasmi populasi nyamuk.

Simpang Siur dan Ketakutan Terhadap Wolbachia

Informasi mengenai penyebaran nyamuk yang sudah memiliki strain Wolbachia, baik di Indonesia maupun negara-negara luar sudah menjadi sarapan bagi otak kita, yang mana berita ini menjadi pembahasan yang cukup membingungkan, dan juga asing, khususnya berita ini muncul ketika penyebaran nyamuk sudah cukup lama dilakukan.

Spekulasi seperti bakteri ini akan memengaruhi manusia setelah nyamuk yang membawa bakteri menggigit mereka, kemudian keresahan lain yang tidak kunjung henti, memberikan kecemasan bagi masyarakat, apalagi hal ini merupakan informasi yang tidak dapat dipahami secara instan bagi kita semua.

Bahkan, tidak jarang juga yang menyampaikan informasi tanpa mencantumkan sumber dan kebenaran, menjadi sebuah hoax yang menakut-nakuti masyarakat.

Oleh karena itu, saya akan coba menyampaikan informasi secara umum tentang Wolbachia dan nyamuk, serta pengaruhnya terhadap manusia, yaitu:

  • Wolbachia ditemukan pada lebih dari 50% serangga seperti kupu-kupu, lebah, capung, dan beberapa spesies nyamuk Aedes albopictus dan Culex quinquefasciatus.
  • Wolbachia tidak bisa bertahan hidup di lingkungan di luar tubuh inangnya.
  • Manusia dan hewan sudah ter-ekspos dengan Wolbachia, ketika bersentuhan dengan serangga, mengonsumsi serangga, atau memakan buah-buahan yang telah dimakan oleh serangga.
  • Ketika inangnya mati, maka Wolbachia juga turut terdekomposisi secara alami bersamaan dengan tubuh inangnya.
  • Ikan, kodok, cecak, laba-laba, atau predator pemakan nyamuk tidak pernah dilaporkan terinfeksi bakteri Wolbachia setelah mengonsumsi nyamuk dengan strain bakteri tersebut.
  • Studi menjelaskan, sukarelawan yang terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang membawa bakteri Wolbachia tidak menunjukkan respons kekebalan terhadap Wolbachia, yang mana bakteri ini tidak memberikan dampak negatif terhadap tubuh manusia, dan
  • Wolbachia tidak bisa berpindah melalui gigitan nyamuk.

Penutup

Informasi dan uji coba mengenai Wolbachia dalam menekan penyebaran virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti ini sudah dilakukan cukup lama, beberapa tahun silam. 

Bahkan, sudah ada yang sengaja menyebarkannya di tahun 2013 pada daerah 4 musim, untuk mengetahui karakter dan efeknya kepada nyamuk-nyamuk betina yang membawa strain bakteri tersebut. 

Oleh karena itu, informasi yang lebih dalam bisa dipelajari melalui jurnal penelitian yang sudah banyak dipublikasikan, baik yang hanya menjelaskan tentang bakteri ini, hingga hubungannya dengan RNA dan juga DNA pada nyamuk yang telah membawa strain Wolbachia.

Rasa takut akan sebuah rekayasa genetik, maupun hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan manusia adalah hal yang wajar. 

Akan tetapi, ada baiknya memanfaatkan rasa takut tersebut untuk mencari tahu kebenarannya lebih dalam, sehingga kita jadi tahu, semakin banyak ilmu, dan mampu memilah informasi yang bisa disampaikan pada banyak orang, dan tidak mudah percaya dengan hoax.

Saya sendiri pun juga masih belajar dan membaca riset para peneliti mengenai hal ini, agar saya tidak cemas berlebihan tanpa tahu apa pun dari Wolbachia dan hubungannya dengan penyebaran virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti.

Sumber:

Jurnal lainnya:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun