Mohon tunggu...
Gema AisyiyahMasruri
Gema AisyiyahMasruri Mohon Tunggu... Lainnya - Alumni Mahasiswa

Penulis yang menyukai aroma hujan.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Threads: Media Sosial dari Meta yang Menyaingi Twitter

8 Juli 2023   15:24 Diperbarui: 15 Agustus 2023   15:33 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Threads menjadi bahan perbincangan bagi penggiat media sosial, khususnya setelah mengetahui kebijakan Twitter yang membuat para pengguna media sosial Twitter merasa tidak nyaman. Kedatangan Threads dari Meta bagaikan Oasis di tengah gurun pasir. Meskipun baru beberapa hari diluncurkan, beberapa pengguna Threads sudah mulai melakukan aksi-aksinya demi menaikkan jumlah pengikut, sama dengan media sosial mereka lainnya. Tetapi, alasan orang-orang mengunduh Threads, apakah sekadar melarikan diri dari Twitter, FOMO, pencari pengikut hingga melupakan beberapa hal yang harus diperhatikan antara Threads dan Twitter, sebelum memutuskan untuk pindah ke aplikasi di bawah naungan Meta ini?

Mengenal Twitter

Twitter adalah media sosial yang bisa digunakan untuk mengirim foto, video, link berita, atau sekadar menuliskan sesuatu sesuai dengan perasaan di kala itu. Banyak orang yang menyukai Twitter sejak pertama kali diluncurkan, sebab media sosial ini praktis, khususnya dalam mendapatkan berita yang cukup up to date. Selain itu, para 'warga' Twitter juga bisa saling re-tweet, dan membalas postingan dan utas yang dikirimkan seseorang. Bahkan, akhir-akhir ini Twitter digunakan dalam memviralkan sesuatu demi membantu korban yang sedang mengalami musibah seperti bencana alam dan lain-lain. Akan tetapi, seperti media sosial lainnya, Twitter juga digunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab untuk menipu, pun hal-hal yang sudah dianggap sebagai 'sarangnya' di platform tersebut.

Meskipun begitu, masih banyak warga Twitter yang menggunakannya dengan nyaman, sebab terdapat fitur yang dapat menghilangkan sebuah topik maupun sebuah kata yang berhubungan dengan topik yang tidak kita sukai tersebut di pengaturan. Walaupun terdapat pembatasan kata di Twitter, orang-orang jadi mampu menyampaikan sesuatu hal dengan singkat dan padat, atau menggunakan beberapa utas jika harus menjelaskan sesuatu secara rinci.

Akan tetapi, perbincangan negatif terhadap Twitter seperti tidak bisa berakhir, justru topiknya jauh lebih dalam lagi. Sebab, semenjak Twitter dibeli oleh Elon Musk, banyak kebijakan yang disampaikan olehnya justru banyak ditentang oleh para warga Twitter yang merasa keberatan akan kebijakan tersebut.

Kebijakan-Kebijakan Twitter yang Ditentang Diantaranya:

  • Centang biru tidak hanya dimiliki oleh orang-orang dengan pengikut tertentu, namun setiap pengguna bisa mendapatkannya dengan cara membayar Rp150.000 per bulannya,
  • Dilarang menggunakan aplikasi pihak ketiga saat menggunakan Twitter,
  • Pembatasan jumlah postingan yang bisa dilihat berbeda antara pengguna baru dan belum terverifikasi, akun lama yang belum diverifikasi, dan akun lama yang sudah diverifikasi.
  • Jumlah kalimat diperbanyak sampai 280 karakter,
  • Durasi video selama 2 menit 20 detik, dan
  • Pengguna harus membayar bukan hanya untuk centang biru, namun juga untuk melakukan penyuntingan, membaca lebih banyak postingan hingga 6000, memposting foto dan video dengan durasi yang lebih lama.

Kebijakan-kebijakan tersebut seolah membuat pengguna yang notabene sebagian besar adalah warga sipil layaknya sapi perah yang harus mengeluarkan sejumlah uang terlebih dahulu demi mendapatkan sesuatu pada media sosial tersebut. Akibatnya, banyak yang melakukan protes di Twitter itu sendiri, hingga menjadi pusat perbincangan skala internasional. Meskipun begitu, Elon Musk menjelaskan, bahwa kebijakan tersebut akan berdampak positif bagi manusia kelak. Sebab, perbatasan konsumsi media sosial akan membuat manusia kembali berinteraksi maupun melakukan kegiatan sosial secara langsung, tidak menggunakan handphone secara berlebihan, dan meluangkan waktu keluar untuk menikmati udara segar dan berolahraga.

Selain itu, Elon Musk juga menjelaskan, sebab pihak ketiga yang dilarang juga berdampak buruk bagi berbagai macam pihak, sehingga pengguna terpaksa mengunduh dan sign in melalui aplikasi Twitter itu sendiri.

Jika kita baca kembali kebijakan serta alasan dari diajukannya kebijakan tersebut, kita bisa mengambil sudut pandang baru, bahwa kebijakan tersebut memiliki dampak positif bagi pengguna Twitter secara garis besar, khususnya yang hanya menggunakan Twitter sebagai media sosial.

Tetapi, bagi orang-orang yang memanfaatkan Twitter sebagai ladang promosi karya mereka, maka akan sulit dan kemungkinan postingan mereka akan ditemukan bagi penggiat media sosial lainnya, sehingga hal ini akan memengaruhi pendapatan dan juga engaged dari pembeli. Meskipun begitu, ada juga penggiat Twitter mengeluhkan hal yang sama jauh sebelum kebijakan ini dikeluarkan, sebab persaingan dengan akun-akun 'yang-kita-tahu' jauh lebih dikenal.

Tak lama berselang, dunia dihebohkan dengan aplikasi Threads, dengan tampilan yang sama dengan Twitter, hanya didominasi warna hitam-putih tersebut yang mampu mencapai jumlah pengguna lebih dari 5 juta. Alasannya sederhana, pengguna media sosial 'lelah' dengan semua drama yang terjadi di Twitter.

Threads Sebagai Alternatif Media Sosial Dari Meta

Threads merupakan aplikasi berbasis teks yang berposisi sebagai kompetitor Twitter, yang bertujuan sebagai micro-blogging bagi penggunanya. Aplikasi ini secara dipublikasikan secara resmi pada 5 Juli 2023 silam, yang mempersilakan penggunanya untuk mengembangkan profil mereka, mencari teman (dari atau luar Instagram), dan mengirim posting berbasis teks.

Kelebihan Threads dibandingkan dengan Twitter

Meskipun baru saja diluncurkan, sudah banyak pengguna yang merasakan kelebihan yang disajikan oleh Threads, yang kemudian dibandingkan dengan Twitter. Berikut adalah kelebihan yang diberikan Threads kepada penggunanya:

  • Postingan berbasis teks yang panjangnya mencapai 500 karakter,
  • Melampirkan foto dan video dengan durasi hingga 5 menit,
  • Verifikasi dengan Instagram,
  • Teks yang dikirimkan di Threads bisa langsung dibagikan ke Instagram tanpa harus di screenshot, sehingga pengguna lain dapat mengikuti akun Threads yang kita miliki,
  • Pengikut yang ada di Instagram akan diimpor langsung ke Threads sehingga tidak harus mengulang dari awal, dan
  • Pengguna bisa membuat daftar kata dan frasa khusus yang secara otomatis akan disembunyikan dalam balasan pada kiriman kita.

Dengan adanya konektivitas aplikasi ini dengan Instagram, pengguna bisa membagikan kiriman mereka ke akun Instagram, sebagai feed, instastory yang lebih menarik pengguna lainnya. Ditambah, 2 kelebihan terakhir akan sangat disukai oleh pengguna bisnis.

Kendati demikian, Threads ini layaknya bayi yang baru saja dilahirkan. Maka, akan banyak pengembangan-pengembangan yang akan ditingkatkan, dan berubah seiring berjalannya waktu. Bahkan, belum genap seminggu, Threads sudah menjadi pusat perbincangan yang lebih serius. Pasalnya, ada beberapa penggiat media sosial menyampaikan terkait kebijakan yang bertuliskan bahwa, "Akun Threads tidak bisa dihapuskan kecuali jika Anda menghapus akun Instagram yang tersambung dengan aplikasi ini."

Ada beberapa penjelasan juga yang mengatakan, bahwa kita tetap bisa menggunakan Threads tanpa harus terhubung dengan Instagram, namun sesuai dengan apa yang dijelaskan di atas, verifikasi Threads ini melalui Instagram, sehingga pengguna memang harus memiliki aplikasi tersebut terlebih dahulu.

Layaknya aplikasi yang dinaungi Meta lainnya, kita sadar ketika membuka Instagram dan hendak membagikan foto dan video kita di feed dan instastory, terdapat logo Facebook yang menandakan bahwa foto dan video kita bisa disebarkan ke lama Facebook, sekalipun kita sangat jarang membuka aplikasi tersebut, yang membuat pengguna merasa terganggu dan tidak nyaman dengan kebijakan itu. Bahkan, Whatsapp yang berada di naungan Meta juga mendapatkan kritikan yang cukup pedas akibat kebijakan-kebijakan yang dituturkan setelah bergabung dengan Meta. Oleh sebab itu, banyak yang akhirnya berspekulasi bahwa aplikasi Meta akhirnya hanya bertujuan yang sama seperti dengan aplikasi sebelum-sebelumnya.

Threads mungkin tidak akan pernah menjadi Twitter, sama seperti Instagram yang mungkin tidak akan pernah menjadi TikTok, yang memiliki reels menyaingi fitur Tiktok, namun diharapkan Threads menjadi wadah yang jauh lebih ramah untuk berdiskusi. Sampai saat ini, postingan di Threads sebagian besar menunjukkan panggung yang sebenarnya. Tetapi, hal-hal ini harus diperhatikan, sebab bagaimanapun akan ada pengguna tidak bertanggungjawab yang pada akhirnya akan melakukan hal yang sama mereka lakukan pada aplikasi sebelumnya, dan diharapkan bahwa Meta yang menaungi Threads mampu membatasi hingga melarang pelanggaran-pelanggaran yang sudah dihadapi aplikasi lainnya. Selain itu, diharapkan juga aturan Threads bisa memberikan kenyamanan bagi penggunanya secara utuh.

Sumber:

https://medium.com/re-verb/what-you-need-to-know-about-threads-ec5d33b3cc87

https://bumzylifestyle.medium.com/how-threads-could-kill-twitter-46bbd9cc83f

https://medium.com/@paavansingh96/threads-is-it-worth-create-content-b0578698ecc2

Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun