Mohon tunggu...
Senja Trie
Senja Trie Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Ibu yang senang menulis dan masih terus Belajar

Menulis adalah Sebuah perjalanan, Menulis adalah kebahagiaan. *Belajar memaknai arti hidup dari ilmu dan pelajaran pelajaran yang di dapat setiap hari dari sekolah kehidupan...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sebuah Sms Seorang Sahabat Yang Membuatku Tersentak Dan Merenung

10 Juni 2015   19:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu saya sedang serius mengerjakan Deadline di tempat kerja, tiba tiba saja ponsel saya berbunyi, saya alihkan pandangan dari monitor menuju layar ponsel , tertulis sebuah pesan masuk dari seorang sahabat yang sudah cukup lama tak bersua , saya terdiam sejenak, tiba tiba saja hati saya merasa tak enak , seperti ada sesuatu yang terjadi di balik pesan masuk itu. Akhirnya saya pun mencoba membukanya perlahan.

Tertulis sebuah pesan singkat “ Assalamualaikum, Senja, mama aku udah ga ada, mama udah di panggil sama allah, doakan ya nja biar mamaku bahagia di alam sana….

Bergetar rasanya hati ini membacanya, mata saya mulai berkaca kaca , Baru saja rasanya seminggu yang lalu sahabat lama saya yang tinggal di kota yang berbeda dengan saya itu bercerita melalui pesan singkatnya tentang ibunya yang masuk UGD, sedangkan mereka tinggal berbeda kota. Dan malam malam ia pun bergegas pulang ke kampung halamannya menggunakan Bis.

Dan besok besoknya, ketika ia sudah sampai kampung halamannya yang nan jauh disana , saya mencoba menanyakan kembali bagaimana perihal keadaan ibunya, dan ia menjawab “ Alhamdulillah, kondisi mama sudah membaik Senja. Doakan terus ya biar mamaku bisa pulih kembali ”

Dan saya pun ikut senang mendengarnya. Dengan terus tetap mendoakannya, agar sembuh dan sehat seperti sedia kala.

Dan tiba tiba saja , ia mengabarkan kembali bahwa mamanya sudah berpulang ke Rahmatullah, Tersentak rasanya mendengarnya. Cepat cepat saya balas smsnya. Namun pada saat saya coba kirim, pesan itu tak sampai sampai….baru saya sadar ternyata pulsa saya habis….hm, Konsentrasi saya buyar seketika, Sejenak saya alihkan pandangan saya pada jam dinding yang terpampang disudut ruangan, “ Astaghfirullah….” Terkejut rasanya ketika saya lihat waktu begitu cepat berputar,dan baru saya sadari kalau saya belum menunaikan shalat Dzuhur, saya terlalu tenggelam dengan pekerjaan.

Cepat cepat saya tinggalkan Deadline itu dan berbegas mengambil Wudhu. Terbayang dan seakan tergiang giang ditelinga bisikan tentang kata “ Kematian ” “ Bagaimana Senja jika sebentar lagi kamu yang akan di jemput malaikat maut ? sedangakn kamu belum menunaikan kewajibanmu ?!? ”   Bisikan bisikan yang begitu menggetarkan nalar saya.

Setelah shalat Dzhuhur, saya pun segera membeli pulsa, dan mencoba menghubungi kembali sahabat saya itu.

Ia mengatakan sedih dan sakit rasanya hatinya di tinggalkan oleh ibunda tercintanya.Saya sebagai sahabat hanya bisa menasehatinya agar ia bersabar dan harus bisa menerima semuanya dengan ikhlas dan lapang. Semua sudah menjadi ketetapan dari sang Maha Kuasa, Semua hanyalah titipan dan kita sebagai manusia harus siap jika suatu hari titipan milikNya akan di minta kembali oleh-Nya. Mungkin Tuhan memiliki rencana indah dan sayang pada ibunda sahabat saya itu.

Begitu mudah rasanya berkata kata menasehatinya, saya pun tak tahu mungkin jika saya berada di posisinya pun, mungkin saya takkan kuat dan akan sedih terus. Tapi inilah kenyataan hidup yang harus diterima dengan hati yang ikhlas dan juga lapang. Semoga allah memberi kekuatan, ketabahan dan kesabaran pada sahabat saya itu, aamiin,

Sejenak saya jadi teringat dengan ibu, berharap Beliau baik baik saja di rumah….saya harus bersyukur dan terus bersyukur masih mempunyai kedua orang tua yang masih lengkap, mempunyai ibu dan ayah yang masih sehat, dan mundah mundahan akan terus selalu sehat, aamiin.

Ibu begitu banyak pengorbananmu yang dilakukan untukku, kasih sayang dan kebaikan mu takkan terbalas oleh apapun….Sebagai anak belum cukup rasanya aku membahagiakan dan membalas semua kebaikanmu, bahkan mungkin terlalu banyak dosa ku padamu….mungkin sebagai anak aku belum benar benar menjadi anak yang berbakti sepenuhnya. Semoga ibuku selalu sehat, bahagia,dan diberi umur yang panjang, aamiin…Beri kesempatan pada ku untuk membahagiakannya ya allah….Jadikan aku menjadi anak yang berbakti dan patuh pada kedua orang tua ya allah,,aamiin… Jangan jadikan cintaku pada mahluk-Mu yang lain melebihi cintaku pada-Mu dan pada kedua orang tuaku ya allah,aamiin…”

Begitu banyak dan tak terhitung rasanya pengorbanan seorang ibu untuk kita, seorang ibu rela tak makan demi anaknya, seorang ibu rela bekerja banting tulang siang malam juga demi anaknya, rela melakukan apa saja demi anaknya, jika kita sakit ia adalah orang pertama yang nampak cemas dan khawatir, segera melakukan apa saja demi kesembuhan kita, sedangkan apa yang sudah kita beri untuk ibu kita ? sejenak marilah kita sama sama renungkan…..terkadang mudah rasanya kata kata yang pedas terucap dari lisan kita, membantahnya, mengomelinya jika ada sesuatu yang tak sesuai dengan keinginan kita, yang tanpa kita sadari ucapan ucapan kita hanya membuat hatinya terluka. Namun ibu tak pernah menaruh dendam pada kita sebagai anaknya, ia tetap menerima kita dan tetap mendoakan kita.

Ibaratnya jika kita sebagai anaknya jatuh ke ke dalam sumur, mungkin tanpa pikir panjang lagi Ia akan segera loncat ke dalam sumur untuk menolong kita, tapi mungkin jika kita sebagai anak melihat ibu kita yang berada di dalam sumur, mungkin kita akan mencari tangga terlebih dahulu.

Inilah ibarat kasih sayang seorang ibu untuk kita….. Kasih yang begitu tulus tanpa pamrih, kasih yang takkan terganti dan takkan terbalas oleh apapun…..

Sayangilah kedua orang tua kita, terutama ibu kita…..rawatlah mereka dengan penuh kasih sayang, berikan perhatian lebih untuk orang tua kita….sebelum semuanya terlambat…..kita pun tak tahu siapa yang akan terlebih dahulu di panggil Tuhan, apakah orang tua kita atau mungkin kita terlebih dahulu? Semua adalah misteri-Nya….Berikan dan Persembahkanlah yang terbaik untuk kedua orang tua kita. Karena Ridho allah ada dalam Ridho orang tua kita.

Semoga sedikit cerita ini bisa memberi pelajaran untuk kita semua, terutama untuk diriku sendiri,,aamiin…..

 

*Sebuah tulisan sederhana yang saya tujukkan khususnya untuk mengingkatkan diri saya sendiri.

Salam :)

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun