Seorang pemuda berinisial P(23) menjadi korban penipuan seorang oknum akademisi, sebut saja Bro S, dengan modus penawaran jasa perbaikan IMEI iPhone. Pelaku diduga telah melakukan penipuan dengan iming-iming keuntungan besar dari bisnis servis iPhone. Kasus ini membongkar sisi gelap lain dari sosok Bro S yang seharusnya menjadi panutan.
Awal Kerja Sama
Pada 3 Oktober 2024, Kejadian bermula ketika Bro S menghubungi P untuk membahas peluang bisnis, karena P kebetulan memiliki koneksi dengan teknisi iPhone, yang membuat Bro S tertarik untuk menjalin kerja sama. Bro S menawarkan kerja sama besar memperbaiki IMEI untuk 500 unit iPhone yang kabarnya berasal dari Tanjung Pinang.Â
Iming-iming keuntungan besar membuat P tertarik. Sistem layanan ini dilakukan secara jarak jauh, di mana Bro S hanya memberikan nomor IMEI yang kemudian diurus oleh teknisi P untuk diregistrasikan. Dalam proses ini, P dan teknisinya sama sekali tidak memegang unit HP tersebut.
Bro S pun mengajak P untuk bertemu guna membahas bisnis lebih intens. Pertemuan antara Bro S dan P berlangsung empat kali, tiga kali di antaranya hanya berdua, dan pertemuan terakhir dihadiri lima orang, termasuk teman-teman P dan teknisi.
Kesepakatan awal terjadi pada 7 Oktober 2024 saat keduanya bertemu di sebuah kafe. Gaya bicara persuasif Bro S, ditambah dengan kepercayaan yang ia bangun dengan menyerahkan foto KTP, membuat P yakin. Disepakati bahwa 7 unit iPhone akan dijadikan tester dengan biaya perbaikan Rp600.000,- per unit.
Pada 10 Oktober 2024, Bro S memberikan uang muka sebesar Rp1.050.000 dari total Rp4.200.000. Proyek perbaikan IMEI berjalan lancar, dan hasilnya selesai sesuai jadwal. Namun, masalah mulai muncul ketika P meminta pelunasan.
Dalih dan Indikasi Penipuan
Pada 11 Oktober 2024, P menghubungi Bro S untuk meminta pelunasan. Namun, Bro S berkelit dengan alasan bahwa perangkat yang telah diperbaiki mengalami kerusakan. Klaim ini tidak masuk akal karena pengubahan IMEI tidak memengaruhi perangkat keras iPhone.
Upaya untuk membodohi pun tercium ketika untuk kedua kalinya Bro S mencoba memberikan bukti palsu seolah-olah P yang melakukan kesalahan dan harus mengganti kerugian. Namun, P melakukan cross-check dan menemukan bahwa nomor IMEI yang berbeda dengan nomor IMEI iPhone yang dia urus, sehingga jelas bahwa itu bukan iPhone yang P servis.
Kecurigaan P semakin kuat setelah ia mencoba menelusuri latar belakang Bro S melalui informasi yang sudah P dapatkan . Hasilnya mengejutkan Bro S diduga kerap melakukan penipuan dengan berbagai modus, seperti meminjam uang dari mahasiswa dengan dalih kebutuhan mendesak.
Menurut P, Bro S bukan tipe penipu yang langsung menghilang begitu saja, karena dia tahu jika dia menghilang, P bisa dengan mudah mencarinya, mengingat P sudah memegang foto KTP Bro S. Oleh karena itu, Bro S lebih memilih untuk berkelit dan memutarbalikkan keadaan, sehingga P merasa lelah dan kesulitan untuk menuntut pertanggungjawaban.
Proses Penagihan yang Berlarut-larut
Dalam rentang 11-28 Oktober 2024, P terus mencoba menagih sisa pembayaran. Namun, Bro S terus mengulur waktu dengan berbagai alasan, menunjukkan kepiawaiannya dalam bersilat lidah. Sementara itu, P harus menanggung kerugian dengan mencicil pembayaran kepada teknisi yang telah menyelesaikan perbaikan.
Pelajaran Berharga
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya kehati-hatian dalam menjalin kerja sama, bahkan dengan seseorang yang terlihat meyakinkan. Sosok seperti Bro S menunjukkan bahwa gelar akademik dan kedudukan tidak selalu mencerminkan integritas pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H