Menurut Ainsworth (1969) attachment adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalan suatu attachment yang bersifat kekal sepanjang waktu,attachment (kelekatan) pertama kali dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby ,kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969, menurut Ainsworth (1969) juga attachment adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik,mengikat mereka dalan suatu attachment yang bersifat kekal sepanjang waktu,Attachment merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut (Durkin, 1995),Attachment merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya,biasanya orang tua(Mc Cartney dan Dearing, 2002).Â
Menurut Bowlby (dalam Santrock 2002) attachment adalah adanya suatu relasi atau hubungan antara figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik relasi yang unik,Attachment akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu.
Perkembangan Kelekatan Bayi yang baru lahir telah memiliki perasaan sosial,yakni kecenderungan alami untuk berinteraksi dan melakukan penyesuaian sosial terhadap orang lain,hal ini berkaitan dengan kondisi bayi yang sangat lemah pada saat lahir, sehingga ia membutukan pengasuhan dari orang lain dalam mempertahankan hidupnya. Oleh sebab itu, tidak heran jika bayi dalam semua kebudayaa mengembangkan kontak dan ikatan sosial yang kuat dengan orang yang mengasuhnya, terutama ibunya.
menurut Myers (1996) pada saat bayi memasuki 3 atau 4 bulan, mereka semakin memperlihatkan bahwa mereka mengenal dan menyenangi anggota keluarga yang dikenalnya dengan senyuman, serta tetap dapat menerima kehadiran orang asing,tetapi, pada usia kira-kira 8 bulan, muncul "obyek permanen" bersamaan dengan kekhawatiran terhadap orang yang dikenal, yang disebut dengan stranger anxiety (perasaan malu terhadap orang yang tidak dikenal). Pada masa ini bayi mulai memperlihatkan reaksi ketika didekati oleh orang yang tidak dikenalnya.Â
Kagan (1984) juga mengemukakan bahwa setelah usia 8 bulan,Seorang bayi dapat membentuk gambaran mental tentang orang-orang atau keadaan,gambaran ini disebut skema, yang disimpan dalam memori dan kemudian diingatnya kembali untuk dibandingkan dengan situasi sekarang,diantara skema terpenting yang dimiliki bayi usia 8 bulan adalah skema tentang wajah baru dalam skema ingatan ini, mereka akan menjadi sedih.
Menurut Myers (1996) pada usia 12 bulan umumnya bayi yang mempunyai attachment erat pada orang tuanya, mereka akan ketakutan saat mengira akan ditinggalkan,Ketika mereka bersama kembali, mereka akan mengumbar senyuman dan memeluk orang tuanya,Tidak ada tingkah laku sosial yang lebih mencolok dibanding dengan kekuatan ini, dan perasaan saling cinta antara bayi dan ibu ini disebut dengan attachment.Â
Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh J.Bowlby tahun 1958 untuk menggambarkan pertalian atau ikatan antara ibu dan anak (Johnson & Medinnus, 1974). Bayi-bayi manusia mula-mula mengalami attachmentdengan ibunya dan tidak lama kemudian dengan orang dekat selain ibu (significant other) dalam pertengahan kedua usia mereka yang pertama.Â
Menurut J.Bowlby (1958),pentingnya attachment dalam tahun pertama kehidupan bayi adalah karena bayi dan ibunya secara naluriah memiliki keinginan untuk membentuk suatu attachment. Secara biologis,bayi yang baru lahir diberi kelengkapan untuk memperoleh perilaku attachmentdengan ibunya. Bayi menangis, menempel, merengek, dan tersenyum. Kemudian bayi merangkak, berjalan perlahan-lahan, dan mengikuti ibunya,semua tingkah laku ini adalah mempertahankan agar ibu selalu dekat dengannya.Â
Bowlby (1958), lebih jauh menjelaskan bahwa attachment berkembang melalui serangkai tahap, yang sebagian ditentukan oleh perubahan-perubahan kognitif dan sebagian oleh interaksi yang benar-benar alami antara bayi dan pengasuhnya.
John Bowlby dan Dasar Teori Keterikatan sebelum Mary Ainsworth, John Bowlby, seorang psikiater Inggris, adalah tokoh yang pertama kali memperkenalkan konsep keterikatan sebagai kebutuhan biologis dasar,Bowlby berpendapat bahwa keterikatan adalah mekanisme evolusi untuk melindungi anak dari bahaya, Anak-anak secara naluriah mencari kedekatan dengan pengasuh utama untuk mendapatkan rasa aman dan perlindungan.
Pengaruh Keterikatan dalam Kehidupan Dewasa :
Mary Ainsworth dan John Bowlby sepakat bahwa pola keterikatan yang terbentuk sejak dini akan memengaruhi kehidupan seseorang di masa dewasa. Misalnya, individu dengan keterikatan aman cenderung mampu membangun hubungan yang sehat, penuh kepercayaan, dan stabil secara emosional. Sebaliknya, individu dengan keterikatan tidak aman, seperti pola menghindar atau resistan, sering kali menghadapi tantangan dalam membangun hubungan yang memuaskan,keterikatan juga memengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi stres, menyelesaikan konflik, dan membangun hubungan romantis. Misalnya, orang dewasa dengan pola keterikatan aman biasanya lebih terbuka dan mampu menghadapi masalah dengan pasangan secara konstruktif.
Dari penelitian ini, Ainsworth mengidentifikasi tiga pola utama keterikatan:
1.Keterikatan Aman (Secure Attachment):
Anak dengan keterikatan aman merasa nyaman menjelajahi lingkungan saat pengasuh hadir. Mereka akan menunjukkan tanda-tanda kecemasan ketika pengasuh pergi, tetapi cepat tenang setelah pengasuh kembali. Pola ini biasanya terbentuk ketika pengasuh memberikan perhatian yang konsisten dan responsif terhadap kebutuhan anak.
2.Keterikatan Menghindar (Avoidant Attachment):
Anak dengan keterikatan ini cenderung menghindari pengasuh. Mereka tampak tidak terpengaruh oleh kehadiran atau ketidakhadiran pengasuh, tetapi sebenarnya mereka menahan emosi dan kebutuhan mereka. Pola ini sering muncul karena pengasuh tidak responsif atau cenderung mengabaikan anak.
3.Keterikatan Ambivalen/Resistan (Anxious-Resistant Attachment):Â
Anak dengan pola ini menunjukkan ketergantungan yang berlebihan pada pengasuh, sering kali tampak sangat cemas bahkan sebelum perpisahan terjadi. Ketika pengasuh kembali, anak sulit ditenangkan dan menunjukkan perilaku campuran antara mencari dan menolak kedekatan. Pola ini umumnya muncul akibat respons pengasuh yang tidak konsisten terhadap kebutuhan anak.
Berdasarkan respons bayi terhadap situasi ini, tiga gaya keterikatan utama diidentifikasi:
a.Keterikatan aman,anak merasa nyaman menjelajah saat pengasuhnya hadir dan menunjukkan rasa tertekan saat pengasuhnya pergi. Anak dengan keterikatan aman mudah merasa tenang saat pengasuhnya kembali.
b Keterikatan tidak aman--menghindar,anak bersikap acuh tak acuh terhadap kehadiran pengasuh dan menghindarinya saat kembali, yang menunjukkan adanya keterputusan emosional.
c.Keterikatan tidak aman--ambivalen/resisten,anak merasa cemas sebelum berpisah dan menunjukkan ambivalensi atau resistensi terhadap pengasuhnya saat mereka kembali
Cooke et al. (2019) mengidentifikasi contoh-contoh berikut:
1).Faktor genetik seperti variasi pada gen reseptor oksitosin dapat memengaruhi kemampuan anak untuk membentuk ikatan yang aman dengan memengaruhi perilaku kepercayaan dan ikatan.
2).Faktor lingkungan seperti lingkungan yang penuh tekanan (misalnya rumah tangga dengan ketidakstabilan keuangan atau konflik orang tua) dapat menyebabkan pola keterikatan yang tidak aman pada anak.
3).Faktor budaya seperti yang terlihat dalam budaya kolektivis, seperti Jepang, menekankan saling ketergantungan, sementara dalam budaya individualistis, seperti Amerika Serikat, kemandirian sering diprioritaskan dalam pengasuhan, membentuk keterikatan secara berbeda.
Penelitian telah menemukan bahwa anak-anak mengembangkan keterikatan melalui serangkaian empat tahap sejak masa bayi hingga awal masa kanak-kanak (Bowlby, 2018):
1.Pra-keterikatan (lahir hingga 6 minggu): Bayi tidak menunjukkan keterikatan khusus kepada pengasuh tertentu tetapi terlibat dalam perilaku seperti menangis atau tersenyum untuk mendorong respons pengasuhan.
2.Pembentukan keterikatan (usia 6 minggu hingga 6--8 bulan): Bayi mulai menunjukkan preferensi terhadap pengasuh utamanya tetapi tidak protes saat dipisahkan darinya.
3.Keterikatan yang jelas (usia 6--8 bulan hingga 18--24 bulan): Bayi menjadi lebih terikat dengan pengasuh utamanya dan mungkin menunjukkan rasa cemas akan perpisahan saat pengasuhnya meninggalkannya.
4.Pembentukan hubungan timbal balik (usia 18--24 bulan dan seterusnya): Anak-anak tumbuh dan menjadi lebih mandiri serta memahami bahwa pengasuh akan kembali. Pemahaman ini menghasilkan penurunan tingkat kecemasan selama perpisahan.
Dampak jangka panjang dari keterikatan dini pengalaman keterikatan dini sangat memengaruhi hubungan di masa depan dan kesejahteraan emosional (Thompson, 2000). Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki keterikatan aman tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih mampu membentuk hubungan yang sehat dan saling percaya (Groh et al., 2017). Mereka cenderung menunjukkan harga diri yang tinggi dan memiliki regulasi emosi yang lebih baik (Cooke et al,2019),sebaliknya,anak-anak dengan keterikatan yang tidak aman mungkin mengalami kesulitan dalam hubungan, mengalami kecemasan, atau kesulitan mengelola emosi (Doyle & Cicchetti, 2017),dalam kasus yang parah, gangguan keterikatan pada anak usia dini dapat menyebabkan gangguan keterikatan, yang dapat bermanifestasi sebagai penghindaran, agresi, atau ketergantungan emosional yang ekstrem (Kochanska & Kim, 2012).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI