Mohon tunggu...
Seneng Utami
Seneng Utami Mohon Tunggu... lainnya -

an ordinary woman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kekuatan Sebuah Mimpi

17 November 2018   09:39 Diperbarui: 17 November 2018   12:57 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan sampai kita kehilangan rasa percaya diri dan menarik diri dari orang sekitar sebab kita merasa kurang bernilai. Miskin atau kaya bukan takaran bernilai atau tidaknya seseorang. Nilai seseorang yang sebenarnya terletak pada sopan santun dan tingkah lakunya.

Kemudian kata selanjutnya yaitu bodoh. Makna kata bodoh, cenderung orang menilainya dari seberapa besar kemampuannya dalam berpikir dan apa yang sanggup dilakukan dari usahanya serta lebih seringnya kita melihat orang dikatakan bodoh atau tidak hanya dari nilai yang dihasilkan dari sekolahan. 

Pada kenyataannya murid- murid yang bernilai buruk bukan karena mereka kurang cerdas tetapi orang tua mereka kurang harmonis. Kemudian berpengaruhlah ketidak-bahagiaan itu terhadap konsentrasi belajar yang mengakibatkan nilai di sekolahnya jatuh.

Dulu saya sering mendapati posisi sebagai anak yang bodoh di sekolah, meskipun tidak kudengar terang- terangan dari siapa yang sebenarnya ingin memberitahu  bahwa saya ini kurang cerdas, tetap saja kebodohan yang saya alami tidak dapat disembunyikan. 

Kini saya tidak peduli dengan perkataan orang atau penilaian orang lain apabila ada yang mengatakan bodoh lagi. Sebab cara berpikir seseorang bisa diperbaiki seburuk apapun cara berpikirnya dulu. Kita perlu berhati- hati menyebut siapa kita ini, kalau bisa omongan orang lain kita pilih mana yang baik saja. 

Jika dalam hati kita menganggap diri kita bodoh tidak bernilai, dampaknya kita akan menjadi orang yang rendah diri. Pemimpi yang tinggi akan menghormati dan menerima siapa dirinya dengan segenap kekurangan dan kelebihannya. Sang pemimpi sejati sangat tahu segala kesempurnaan dan kepandaian hanya milik- Nya.

Tidak sekolah, SD saja, SMP saja, SMA saja dan gagal kuliah
Saya agak geregetan setiap dengar orang yang menyatakan dirinya merasa tidak mampu berbuat lebih dan kurang pandai sebab mereka merasa kurang menganyam pendidikan formal. Sepertinya kita perlu sama- sama menumbuhkan kesadaran bahwa belajar itu bukan didapat dari sekolahan saja tetapi bisa didapat dari mana pun.

Jika kita perhatikan kenapa kehidupan masyarakat sekitar kita yang berkembang maju mereka semakin tambah maju dan yang monoton juga tidak sedikit itu disebabkan karena kebanyakan berpikir kalau sudah tidak berada di bangku sekolahan itu tandanya sudah tidak ada kewajiban lagi untuk menyentuh buku atau mengumpulkan pengetahuan, mereka sibuk mengurusi urusannya yang baru yang mungkin sudah punya anak sibuk mengurus anaknya serta sibuk berbaur dengan kehidupan sosial. Lingkungan yang biasa- biasa saja mempengaruhi orang- orangnya untuk menjadi biasa saja pula.

Sebaiknya mau sampai mana pun dulu kita pernah menggali ilmu, dalam penggalian ilmu pengetahuan tidak ada batasannya. Mau lulusan apapapun bahkan belum pernah sekolah pun yang paling utama jangan buat alasan kita tidak bisa berbuat ini atau itu hanya karena kita merasa diri kita rendah mengingat kemampuan dalam menempuh pendidikan lewat jalur formal kita kurang maksimal. Dengan semangat belajar yang baru mari bangkitkan ketidak percayaan diri menjadi keyakinan terhadap hal- hal yang mungkin.

Pembantu
Memiliki image pembantu rasa- rasanya saya sangat bahagia bisa memerdekakan pikiran dan penilaian diri terhadap diri saya sendiri. Bagi saya menjadi pembantu boleh saja kebebasan dibatasi, tidak dengan cara berpikir. Mau bagaimana pun juga pikiran harus diberdayakan dan dikembangkan. 

Barangkali beberapa orang masih kurang nyaman menyebut satu jenis profesi ini, tetapi saya bersyukur walaupun sampai saat ini masih menjadi pembantu yang hidup di bawah kekuasaan orang lain saya bisa mengkondisikan menghadapi keadaan sulit. Orang boleh mengatakan bodoh, kurang berpendidikan atau apa saja tidak akan menyurutkan rasa semangat saya dalam meningkatkan kualitas diri sebab kekuatan sebuah mimpi itu telah merasuk di dalam jiwa- raga saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun