Mohon tunggu...
Seneng Utami
Seneng Utami Mohon Tunggu... lainnya -

an ordinary woman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keep On Running!

30 Oktober 2018   01:36 Diperbarui: 30 Oktober 2018   02:55 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Dengan kekuasaan Tuhan ternyata aku lulus Ujian Nasional SMA. Selepas SMA hingga sekarang kuhabiskan waktu dan energiku untuk keluar dari zona ekstra- aneh nan "stuck". Dari yang mulanya pendiam sekarang kalau ketemu orang malah tidak bisa diam. Dari mulanya yang suka menyendiri sekarang jadi bisa menyeimbangkan sudah tahu kapan harus sendiri dan kapan harus bergaul. Dari mulanya yang penakut kini pelan- pelan sudah agak berani dibandingkan sebelumnya. Dari mulanya yang berpikiran serabutan kini menjadi lebih terarah.

Beberapa alasan inilah kenapa aku bisa membebaskan diri dari belenggu perasaan "stuck";

1). Kesadaran untuk menumbuhkan rasa hormat terhadap diri sendiri serta menerima kekurangan dan kelebihan diri.

2). Tumbuh motivasi dari dalam, kemauan untuk mengembangkan diri.

3). Aku punya visi hidup = selagi hidup akan ku gunakan tenaga, pikiran dan energi utuk hal yang bermanfaat.

4). Berani membuang malu dan fokus terhadap jangka panjang.

Dari keempat poin di atas aku tertarik untuk mengulas kalimat terakhir sebab kupikir perasaan "stuck" itu mudah dihilangkan ketika kita ingat apa impian dan harapan kita dalam jangka panjang.

Hanya orang- orang yang mau memikirkan jangka panjangnya saja lah yang kuat menghadapi perasaan "stuck". Filosofiku dalam menghadapi keadaan "stuck" terinspirasi oleh seorang guru Biologi di SMP dan lomba lari di SMA.

Guru Biologi tersebut pernah menyarankan demikian; "Rajin- rajinlah belajar. Kalau pahammu harus membaca dan mengulangi sampai sepuluh kali ya lakukan. Kemampuan dari kita memang berbeda- beda". Dari sini aku belajar menjadi orang yang tekun. Ditambah lagi,  entah kenapa biar pun kurang cerdas dalam bidang akademik di sekolah tetapi setiap lomba lari aku selalu menjadi pemenangnya. Dari SD hingga SMA. Masih kuingat betul tepat saat aku terengah- engah mempertahankan lari- lari kecilku diantara temanku yang kuanggap lebih pintar, hatiku mengatakan sesuatu yang isinya kalau mau menang ya bertahan. Tetap berlari (walau lari kecil) mana kala orang lain memilih diam atau berhenti dan mental harus kuat melebihi fisik.

Perjalanan hidupku dalam menghadapi masa sulit lumayan banyak. Duduk di bangku depan kelas itu merupakan satu diantara sekian dari sekumpulan pengalamanku merasakan keadaan "stuck". Kembali pada kelanjutan cerita akan duduk di bangku paling depan, ketika aku menuliskan ini sepasang mataku sempat basah. Sebab sekarang bukan aku menaruh benci terhadap guru Kimia lagi melainkan aku kini tersadarkan untuk berterimakasih sebanyak- banyaknya kepada beliau yang telah membukakan pikiranku bahwa ketika dulu aku merasa "stuck", setiap beliau mengajar di kelas ... baru kuingat jika keberadaannya lebih sering didekat bangku yang ku duduki walaupun aku tidak berani memandangi langsung ruman mukanya. Posisi dulu aku tidak akrab dengan teman jadi merasa seorang diri. Istimewanya sekalipun aku di Hong Kong dan beliau di Indonesia, dalam satu tahun terakhir kami menjadi akrab mengobrol melalui telepon. Beliau telah banyak membantuku berpikir lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun