Dari Polisi Lalu Lintas yang Kurang Sigap Beroperasi, Psikologis Sopir Angkot dan Ada Tarif Harga Angkot yang Sembarangan di Jakarta!
Mohon maaf sebelumnya apabila dari judul yang saya tulis itu bisa menimbulkan kemarahan atau kontravesri khususnya untuk pihak polisi lalu lintas yang saya anggap kurang berani beroperasi. Ijinkan saya untuk mengutarakan pendapat saya terlebih dahulu. Kemudian sekiranya apa yang saya tulis ini benar terjadi di masyarakat kita, mohon jangan salahkan saya ya. Terimakasih sebelumnya saya ucapkan kepada pembaca yang bersedia membaca tulisan sederhana saya.
Saya termasuk orang yang suka mengamati dan memperhatikan apa yang ada di depan mata saya, tak terkecuali lalu lintas yang ada di lapangan beserta aktivitasnya. Bagi siapa saja yang pernah ada di Jakarta atau mungkin sedang bertempat tinggal di kawasan Jakarta, terpikirkan nggak sih bagaimana indahnya jika kota jakarta ini tanpa macet, lalu kemana- mana tidak terdapat banyak masalah karena kondisinya yang baik dan aman.
Kita, sebagai pengguna jasa angkutan di Jakarta tentunya tidak punya pilihan lain untuk tetap harus menggunakan jasa angkutan yang lebih sering macet di Jakarta ini untuk menuju tempat- tempat yang ingin kita kunjungi termasuk ke tempat kerja, bukan? Dari judul diatas terdapat tiga poin pokok pembahasan yang ingin saya uraikan.
Yang Pertama, Polisi Lalu Lintas yang Kurang Sigap Beroperasi
Bukan bermaksud untuk membuat panas pihak polisi lalu lintas, tapi di sini saya ingin para polisi yang bertugas memberi pengayoman terhadap ketertiban lalu lintas menjadi lebih sadar diri akan tugas dan fungsinya. Bercermin pada tiga kejadian nyata yang pernah saya lihat.
Kejadian pertama, suatu malam di sebuah gang di mana saya dulu pernah bekerja di Jakarta dalam kondisi macet, disengaja atau tidak ada bus Kopaja menabrak pengemudi sepeda motor. Terdengar sepeda motor itu jatuh dengan kerasnya. Menjadikan banyak orang tersentak kaget. Lalu, berhentilah kopaja itu dengan dibarengi oleh turunnya para penumpang kopaja dengan ketakutan. Sebab, pengemudi sepeda motor langsung melempar sesuatu ke kaca bus kopaja. Maka pecahlah kaca bus itu, bukan hanya melemparkan sesuatu ke kaca itu sekali tetapi dua dan tiga kali. Sopir bus kopaja pun turun, mengenaskannya dalam keadaan seperti itu si sopir kopaja langsung ditempiling mulutnya tanpa melakukan perlawanan. Berdarah- darahlah mulut dan bibir sopir bus kopaja itu. Ada luka di bagian lehernya, terkena pecahan kaca. Sopir itu dipukuli bertubi- tubi. Akhirnya, bus kopaja itu dikemudiakan ke tempat lain untuk sejenak diparkirkan oleh seorang warga.
Dari sini, saya melihat ada permainan hakim sendiri diantara warga kita. Mereka seperti enggan mengadukan permasalahan ini kehadapan polisi tetapi mereka ingin kebenaran berpihak pada mereka. Ynag saya herankan, lamanya kekisruhan terjadi yaitu lebih dari setengah jam tetapi tidak ada warga kita yang melapor ke polisi, juga dari pihak kepolisian sendiri tidak ada yang mau datang ke lokasi sebab mereka tidak tahu kalau ada kejadian semacam ini. Barangkali lain waktu perlu juga tuh di pasang CCTV di sepanjang jalan utama. Pemandangan ini bagi saya adalah pemandangan yang kurang nyaman.
Kejadian kedua, suatu malam di tengah kemacetan saya naik angkot Koantas Bima, nah di sengaja atau tidak bus itu menyenggol sebuah mobil mewah. Memang sih, sedikit kecerobohan sopir bus itu ingin mencari cepat di tengah kemacetan dan kurang sedikit berhati- hati dengan keamanan. Maka turunlah si sopir mobil mewah sambil marah- marah sama sopir bus. Beruntung pemilik mobil mewah tidak langsung memainkan tangannya kepada sopir bus untuk memukul atau kekerasan yang lainnya. Tetapi percek- cokan diantara mereka sempat berlangsung lebih dari setengah jam. Dan itu menjadi sorot pasang mata para penumpang  bus yang ada.
Terlalu mewahnya mobil itu, pemilik mobil mewah ingin minta ganti rugi berupa uang. Si sopir bus tidak mau mengaku salah, akan tetapi pemilik mobil mewah ngotot ingn diganti rugi pakai uang. Tak dapat dielakkan, uang yang seharian tadi dikumpulkan dari keliling jalur yang sama, kepanasan dan penuh perjuangan semuanya habis diberikan kepada pemilik mobil mewah. Sebelum mereka bubar cek- cok, ada satu hal yang tidak saya sukai terhadap si pemilik mobil mewah yaitu ia menerima uang itu lalu memukulkan uang itu di depan kepala sopir bus seperti merendahkannya. Beginilah sekiranya potret dari main hakim sendiri.
Kejadian ketiga, sedikit cerita yang agak menjengkelkan sebenarnya. Pernah saya naik transjakarta dalam keadaan kehujanan dan penumpang penuh, mau tidak mau saya harus berdiri. Kaki saya basah, saya kedinginan sama AC, lalu dihadapkan sama macet hampir ada satu jam setengah dan boleh dibulatkan juga sampai dua jam lamanya, aduh berasa ingin pinsan deh. Apa yang menjadi sumber kemacetan, ternyata ada satu ruas jalan yang perlu dikendalikan minimal sama bapak polisi lalu lintas untuk membantu melancarkan kendaraan- kendaraan yang saling berebut kecepatan tersebut. Nah, kemana deh polisi yang bertugas menertibakan kendaraan itu.
Memperhatikan polisi yang bekerja di Hong Kong sewaktu saya masih bekerja sebagai TKI, saya melihat polisi beroperasi di mana- mana bukan hanya di pusat keramaian, tetapi mereka ada untuk mengontrol kondisi dan situasi agar tetap stabil. Kalau maslaah kemacetan, Hong Kong termasuk anti macet, minimal keberadaan polisi untuk menjaga kestabilan terhadap kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Terus, seperti dua permasalahan diatas itu sangat lucu ya kalau terjadi di Hong Kong? Indonesia memang beda...
Yang Kedua, Sebagai Pengguna Jasa Angkutan di Ibu kota Kita Harus Paham Psikologis Sopir Angkot
Saya perhatikan antara sopir angkot Kopaja, Metromini, sopir angkot Mikrolet dan sopir bus TransJakarta mereka mempunyai psikologis yang berbeda.
Hal kecil ini perlu kita ketahui agar kita tidak kaget lagi dengan pelayanan mereka yang benar tidak sama. Maaf, biasanya sopir Mikrolet akan lebih kalem dalam mengemudi, kecuali jalananya lenggang dan penumpang sudah penuh. Untuk sopir bus Kopaja, Metro mini dan Koantas Bima, pada umumnya mereka mengemudi dengan keberanian sangat tinggi. Diantaranya berani mempercepat kelajuannya dan berani mendadak ngerem apabila ada penumpang yang mau naik dan turun sewaktu- waktu. Lha saya yang takut, sudah di bus- bus ini suara busnya lumayan keras dan kasar, tempat duduknya banyak dari besi saja terasa kaku pantat ini duduk di dalam bus ini.
Panas, karena tanpa AC, tetapi saya tidak senang jika melihat sopir- sopir bus ini direndahkan apabila mereka melakukan kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja.Bagi saya, kalau mereka  punya kebiasaan mengemdui dengan gaya seperti itu, adalah wajar bagi saya mungkin suara bus yang memusingkan telingaitu berpengaruh sama kejiwaannya untuk berusaha ngebut. Sehingga tak heranlah jika kecelakaan yang banyak terjadi sering dialami oleh bus kopaja yang nggak sengaja menabrak atau ditabrak.
Saya kasian sekaligus ingin tersenyum mengingat pernahnya saya naik Koantasbima, dimana sopirnya sengaja suka membelok kanan dan kiri arah busnya demi mencari cepat dan bukan amannya di jalan. Dalam keadaan macet, bus ini dengan enaknya melintang ke kanan kalau sisi kanan jalan ada yang kosong lalu tak lama kemudian bus ini melintang ke kiri sewaktu ada ruas kiri yang kosong sementara di depan dan belakang bus itu macet. Ada salah satu mobil mazda merah yang sopirnya terkejut akan ulah sopirKoantasbima ini,lalu sopir mobil mazda sengaja menabok dinding bus dengan tangan sangat keras! Ups, balada di jalan raya kenapa bisa ngenes begini ya...batin saya.
Bus Transjakarta dan APTB lebih kalem, dan adem soalnya ada AC. Dan saya yakin untuk menjadi pengemudi bus TransJakarta pasti dilakukan suatu proses atau seleksi sehingga pengemudi tersebut mempunyai inkredible dalam bekerjanya. Yah, begitulah sekiranya...
Yang Ketiga, Tarif Angkot Mikrolet Perlu Sorotan dan Standar yang Jelas
Untuk membayar angkot Kopaja dan Metromini dan koantasbima, saya tidak ada masalah karena standar mereka untuk jaraj jauh dan dekat adalah sama yaitu Rp. 4000,- saja. Untuk tarif bus TransJakarta, bagi saya juga tidak masalah. Akan tetapi, untuk angkutan Mikrolet saya agak merasa ganjil. Kenapa jarak jauh dan dekat tarifnya SEMBARANGAN.
Pernah saya ditarik dua belas ribu, sepuluh ribu, delpan ribu, enam ribu dan tidak stabil disetiap perjalanan jarak jauh dan dekatnya.
Dalam kesehariannya saya merupakan salah satu pengguna jasa angkutan yang tidak bisa lepas untuk terus menggunakannya setiap saya ingin menuju ke tempat- tempat tertentu di Jakarta. Yang saya tuliskan ini hanya sedikit opini pribadi yang saya harapkan dapat menjadikan Kota Jakarta menjadi kota yang terus berkembang baik, nyaman, aman dan indah. Kota Jakarta layak sebagai kota yang positif saja, menurut saya.
Semoga apa yang saya tulis ini sedikit banyak bisa menjadi pemahaman kita bersama, bahwa keamana dan ketertiban berlalu lintas itu penting, jika sekiranya ada kecelakaan atau kegaduhan antar warga janganlah lagi saling bermain hakim sendiri dan sebisa mungkin segeralah para polisi keamanan lalu lintas kita beroperasi. Kemudian, perbedaan jenis bus atau mobil benar sekiranya jika berpengaruh terhadap bagaimana kebiasaan sopir mengemudi ini perlu diketahui oleh kebanyakan penumpang untuk tidak panik sewaktu berada di angkot yang penuh sensasi. Dan teruntuk besarnya tarif jasa angkot Mikrolet, dari pihak pemda atau gubernur DKI semoga lekas diberikan ketegasan terhadap sopir- sopir yang biasa mematok harga tarif sendiri. Terimakasih!
Salam Kompasiana
---
Ilustrasi:Â www.news.com.auÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H