Memperhatikan polisi yang bekerja di Hong Kong sewaktu saya masih bekerja sebagai TKI, saya melihat polisi beroperasi di mana- mana bukan hanya di pusat keramaian, tetapi mereka ada untuk mengontrol kondisi dan situasi agar tetap stabil. Kalau maslaah kemacetan, Hong Kong termasuk anti macet, minimal keberadaan polisi untuk menjaga kestabilan terhadap kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Terus, seperti dua permasalahan diatas itu sangat lucu ya kalau terjadi di Hong Kong? Indonesia memang beda...
Yang Kedua, Sebagai Pengguna Jasa Angkutan di Ibu kota Kita Harus Paham Psikologis Sopir Angkot
Saya perhatikan antara sopir angkot Kopaja, Metromini, sopir angkot Mikrolet dan sopir bus TransJakarta mereka mempunyai psikologis yang berbeda.
Hal kecil ini perlu kita ketahui agar kita tidak kaget lagi dengan pelayanan mereka yang benar tidak sama. Maaf, biasanya sopir Mikrolet akan lebih kalem dalam mengemudi, kecuali jalananya lenggang dan penumpang sudah penuh. Untuk sopir bus Kopaja, Metro mini dan Koantas Bima, pada umumnya mereka mengemudi dengan keberanian sangat tinggi. Diantaranya berani mempercepat kelajuannya dan berani mendadak ngerem apabila ada penumpang yang mau naik dan turun sewaktu- waktu. Lha saya yang takut, sudah di bus- bus ini suara busnya lumayan keras dan kasar, tempat duduknya banyak dari besi saja terasa kaku pantat ini duduk di dalam bus ini.
Panas, karena tanpa AC, tetapi saya tidak senang jika melihat sopir- sopir bus ini direndahkan apabila mereka melakukan kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja.Bagi saya, kalau mereka  punya kebiasaan mengemdui dengan gaya seperti itu, adalah wajar bagi saya mungkin suara bus yang memusingkan telingaitu berpengaruh sama kejiwaannya untuk berusaha ngebut. Sehingga tak heranlah jika kecelakaan yang banyak terjadi sering dialami oleh bus kopaja yang nggak sengaja menabrak atau ditabrak.
Saya kasian sekaligus ingin tersenyum mengingat pernahnya saya naik Koantasbima, dimana sopirnya sengaja suka membelok kanan dan kiri arah busnya demi mencari cepat dan bukan amannya di jalan. Dalam keadaan macet, bus ini dengan enaknya melintang ke kanan kalau sisi kanan jalan ada yang kosong lalu tak lama kemudian bus ini melintang ke kiri sewaktu ada ruas kiri yang kosong sementara di depan dan belakang bus itu macet. Ada salah satu mobil mazda merah yang sopirnya terkejut akan ulah sopirKoantasbima ini,lalu sopir mobil mazda sengaja menabok dinding bus dengan tangan sangat keras! Ups, balada di jalan raya kenapa bisa ngenes begini ya...batin saya.
Bus Transjakarta dan APTB lebih kalem, dan adem soalnya ada AC. Dan saya yakin untuk menjadi pengemudi bus TransJakarta pasti dilakukan suatu proses atau seleksi sehingga pengemudi tersebut mempunyai inkredible dalam bekerjanya. Yah, begitulah sekiranya...
Yang Ketiga, Tarif Angkot Mikrolet Perlu Sorotan dan Standar yang Jelas
Untuk membayar angkot Kopaja dan Metromini dan koantasbima, saya tidak ada masalah karena standar mereka untuk jaraj jauh dan dekat adalah sama yaitu Rp. 4000,- saja. Untuk tarif bus TransJakarta, bagi saya juga tidak masalah. Akan tetapi, untuk angkutan Mikrolet saya agak merasa ganjil. Kenapa jarak jauh dan dekat tarifnya SEMBARANGAN.
Pernah saya ditarik dua belas ribu, sepuluh ribu, delpan ribu, enam ribu dan tidak stabil disetiap perjalanan jarak jauh dan dekatnya.
Dalam kesehariannya saya merupakan salah satu pengguna jasa angkutan yang tidak bisa lepas untuk terus menggunakannya setiap saya ingin menuju ke tempat- tempat tertentu di Jakarta. Yang saya tuliskan ini hanya sedikit opini pribadi yang saya harapkan dapat menjadikan Kota Jakarta menjadi kota yang terus berkembang baik, nyaman, aman dan indah. Kota Jakarta layak sebagai kota yang positif saja, menurut saya.