Mohon tunggu...
Sendyakala
Sendyakala Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Kesudahan Agama & Demokrasi di Akhir Zaman?

13 Maret 2016   07:22 Diperbarui: 13 Maret 2016   08:34 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Survey secara umum membuktikan bahwa rakyat jelata, yang bukan ilmuwan apalagi agamawan sudah benci dan muak dengan sistem pemilihan yang penuh dengan tipu-tipu ini. Sistem yang mengagungkan persaingan, jual-beli, kebebasan serta individual dengan tujuan material. Sementara para pakar, ilmuwan menyebutnya sebagai sistem ilusi, sistem kebohongan, sistemnya kaum liberal-kapital yang mengagungkan material.

Anehnya, masih ada saja pemuka agama yang tergila-gila untuk masuk memelas pada sistem dajjal seperti ini. Masih saja ada orang yang dengan alas agama ingin merebut kuasa dengan cara sistem dajjal ini. Masih ada saja ulama dengan nafsu meledak-ledak siap perang untuk memenangkan pilkada. 

Masih saja ada orang diatas mimbar jumat mengatakan bahwa ikut pilkada dan memilih pemimpin yang seakidah adalah perintah Tuhan. Masih saja ada pemuka agama yang kesambet mengatakan memilih pemimpin wajib di negara yang mayoritas. Tampaknya ayat-ayat yang pernah dijual saat orde baru masih terus dilestarikan hingga saat ini.

Landasan moral manusia memang diambang pengeroposan. Cahaya keilahian sudah kelihatan redup, hitam dan putih kebenaran sudah bercampur menjadi satu. Segala sesuatu menjadi abu-abu. Tak tau lagi kita mana yang benar mana yang salah. Semua yang salah tampak sebagai kebenaran. Perbuatan yang benar dihujat dan dilaknat. Dunia wolak-walik kata Ronggowarsito.

Agama jelas tak sejalan dengan demokrasi. Satu datang sebagai ciptaan Tuhan, yang satunya datang dari ciptaan akal manusia. Satu untuk mengabdi kepada Tuhan, yang satu mengabdi kepada rakyat. Keduanya berseberangan seperti minyak dan air tak bisa disatukan, betapapun semua ulama coba mengelabuinya.

Dalam agama prinsipnya jelas, kekuasaan itu milik Tuhan. Manusia mendapat kuasa dari Tuhan, karena manusia sebagai wakil-Nya dan diestafetkan oleh para wakil Tuhan dengan musyawarah begitu seterusnya. Tak pernah ada sekalipun pemilihan sebab tak perlu ada yang mesti dipilih. Mana yang paling mulia dia yang dibaiat menjadi penggembala ummat. 

Guru Agama Akhir Zaman

Mungkin jawabannya ada pada waktu. Hari ini adalah zaman akhir, zaman pelapukan. Rumah yang dibangun para Nabi, orang yang benar (shiddiq), orang yang ikhlas (muchlis), para saksi Tuhan (syuhada), kini sudah termakan usia, lapuk dan bahkan telah rubuh. Singgasana kemuliaan yang dulu megah kini hilang tak tampak bekasnya. Sinar kebenarannya yang dulu bak mentari menyinari dunia kini sudah redup seiring dengan redupnya akhlak mulia manusia.

Tak ada lagi guru yang mengajarkan akhlak mulia, tidak gila kuasa, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh, tidak berdusta, tidak berbuat zalim terhadap sesama manusia. Tidak ada lagi guru yang dengan sabar mengajarkan membangun pondasi keimanan yang kokoh sebagai benteng menghadapi nafsu dunia. Tidak ada lagi guru yang mengajarkan fase-fase pembangunan bangsa seperti yang dilakukan zaman Rasul dahulu. Tidak ada lagi guru bijak yang menurunkan ilmu "siapa yang mengenal dirinya hendaklah dia mengenal Tuhannya".

Kalau ada guru yang mengajarkan bagaimana membangun peradaban yang haq, berdasarkan hukum Tuhan, mengajarkan bagaimana mengabdi kepada Tuhan maka pasti dialah guru yang sejati, guru yang sebenarnya. Sebagai bangsa yang sedang terpuruk puruk kita butuh figur penyelamat. Kita tak butuh guru yang bisa sekedar mendapat upah dengan menjual ayat.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun