Mohon tunggu...
sendyakala16
sendyakala16 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok & Singkap Keburukan

13 Oktober 2016   08:46 Diperbarui: 13 Oktober 2016   09:24 2982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pantas jika kesalahan ahok sekecil apapun akan diplototi dan akan menjadi bahan bakar untuk ‘menyerang ahok’. Kebencian kepada ahok tentu saja api-nya mesti terus dinyalakan dan dipelihara. Semua senjata dan pelor tentu saja mesti diperbesar kapasitas dan daya hancurnya untuk menyerang ahok. Untuk itu gema perlawanan terhadap ahok tidak cukup berhenti pada wilayah Ibukota saja bila perlu di introdusir hingga sampai pelosok tanah air. Pantas jika banyak orang menyebut Pilkada DKI hari ini ‘rasa pilpres’, ketika sambutan dan gegap gempitanya hampir seimbang dengan gegap gempita pilpres.

Namun sekali lagi, sayang sungguh malang... Beberapa survei nasional masih saja membuktikan ‘kesaktian’ ahok. Seluruh survei masih saja memenangkan ahok dan menempatkan ahok pada posisi teratas. Bahkan hampir semua pengamata mengatakan bahwa ahok tak akan dapat dicegah untuk kembali menjadi Gubernur DKI periode 2017-2022. Harus diakui bahwa ahok hanya tinggal tunggu waktu saja dilantik kembali sebagai Gubernur untuk yang kedua kalinya.

Fakta inilah yang kembali menjadi ‘neraka’ bagi parpol dan ulama Islam sehingga sengatannya begitu panas dan membakar jiwa. Kondisi inilah yang terus dicari jawabannya dan dicari cara untuk menumpasnya sehingga tidak akan terjadi Ahok sebagai Gubernur DKI 2017-2022. Itu sebabnya para ulama membuat pilihan yang sangat menyeramkan, yaitu ‘bunuh ahok’, ‘potong tangan dan kakinya’ atau ‘usir dari Indonesia’. Inilah pernyataan terdahsyat yang dikeluarkan ulama Indonesia dalam suasana Pilkada yang semakin menjadi penanda bahwa politik Indonesia sudah dipenuhi oleh pemikiran-pemikiran yang ‘bersumbu pendek’ dan hanya mementingkan nafsu kuasa belaka.

Penutup

Andaikan pun Ahok tak ikut Pilkada...pertanyaannya ‘siapakah yang harus dipilih orang Islam DKI diantara Anis dan Agus?’ bukankah tidak ada dua kebenaran sekaligus? apakah dua kebenaran mesti di adu? Representasi siapakah Agus dan Anis?

Akhirnya, mestinya kita bersyukur pada Ahok. Dia datang dan masuk DKI untuk mengingatkan betapa buruknya citra kita ditengah masyarakat selama puluhan-puluhan tahun berlalu. Mestinya keberadaan ahok menjadi pelajaran dan introspeksi diri kita untuk hari ini dan masa yang akan datang. Mestinya dengan ahok kita belajar tentang beragama yang substantif. Benar ahok bukan pemuka agama, tapi kehadirannya menjadi bukti bahwa dakwah kita selama ini, tampilan kita selama ini masih jauh dari kemuliaan , masih jauh dari kebutuhan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun