Di atas perahu rapuh, sayap mimpi terkembang,
Mengadu nasib di negeri awan yang tak pernah terang.
Angin kencang berbisik, membawa harum harapan,
Menepis gurat takut, menuju gerbang keagungan.
Laut awan bergulung, ombak bintang menerpa,
Perahu mimpi bergegas, bintang pandu sebagai peta.
Cahaya rembulan temaram, menerangi jejak buram,
Bisikan doa terurai, mengusir gurat perih malam.
Para pengadu nasib, dengan kerinduan penuh,
Memegang erat impian, meski rintangan penuh.
Meteor berjatuhan, membawa kisah kelam,
Tapi semangat membara, menolak untuk padam.
Di kejauhan terlihat, istana megah nan perkasa,
Dihiasi permata harapan, dijaga penjaga sangkasa.
Para pengadu nasib, dengan tekat yang kuat,
Mencoba mengetuk pintu, walau dihadang gerbang muat.
Perjuangan berliku, menguras tenaga dan hati,
Banyak yang menyerah, kembali ke bumi sunyi.
Tapi sang pemimpi sejati, takkan pernah goyah,
Pantang mundur selangkah, walau badai menerpa hilir mudik.
Akhirnya, pintu istana terbuka lebar,
Mimpi disambut meriah, bak pahlawan nan gagah.
Mereka yang tak menyerah, kini hidup sejahtera,
Menjadi penguasa awan, kisah sukses mengudara.
Oh, pengadu nasib di atas awan, ingatlah selalu,
Jalan terjal ini, hanya ditempuh hati yang teguh.
Raihlah bintangmu dengan tanganmu sendiri,
Sukses menanti di ujung mimpi, menyapa di hari ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI