Tak berbalut marmer atau berlapis kaca,
Rumahku berwajah dedaunan dan senja,
Temboknya tembok tanah, atap rumbia,
Lantai bambu berdendang di bawah telapak kaki.
Pagi hari, cahaya matahari mencuri-curi masuk,
Menyelusup di sela-sela dedaunan,
Menyulam lantai dengan bintik-bintik keemasan,
Baca juga: Puisi: Alam
Irama burung gereja menjadi alarm alami yang membangunkan.
Angin sepoi-sepoi menjadi konduktor orkestra alam,
Memkan dedaunan untuk bersahutan,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!