Di jalanan berdebu, angin menerpa senyap,
Membawa bisik bayangmu yang samar-samar.
Jejak langkah kita dulu, kini terhapus kabut,
Hanyalah rindu yang setia, tinggal berjaga dalam samar.
Pohon-pohon tua bercerita tentang senyummu,
Daun-daun kering berdesir menyebut namamu.
Burung-burung berkicau mengiringi rinduku,
Mengusik kenangan manis yang kian redup.
Bintang-bintang di langit kelam berkedip pilu,
Menjadi saksi bisu hati yang merindu.
Sinarnya redup, tak sanggup menerangi malam,
Hanyalah jejak air mataku yang berkilau.
Di setiap hembusan napas, namamu terhembus,
Menyelusup relung hati, menusuk hingga menusuk.
Aku mencari bayangmu dalam kabut sunyi,
Namun hanya jejak rindu yang kutemui.
Tapi meski kau jauh, di batas cakrawala,
Cintaku kan tetap teguh, bagai bintang di angkasa.
Jejak rindu ini kan kujadikan jembatan hati,
Menghubungkan kita, meski terpisah jarak dan waktu.
Hingga suatu saat, kabut menghilang, dan kau tiba,
Menghapus jejak rindu dengan pelukan mesra.
Dan kita akan bersama, di bawah langit yang cerah,
Menatap jejak kenangan, sambil berbisik cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H