Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menikam Senja dengan Asap Candu dan Aroma Kopi

11 Januari 2024   00:49 Diperbarui: 11 Januari 2024   01:05 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Gus Arya," Naya membalik, matanya berbinar. "Mungkin nanti, senja akan menemukan pendengar barunya. Mungkin, cerita-cerita lama akan dibungkus dengan warna-warna baru. Mungkin, kopi dan candu tak lagi dicap setan, melainkan dihargai sebagai saksi bisu kehidupan."

Gus Arya tersenyum tipis, guratan-guratan di wajahnya seolah meredup sejenak. Ia melihat secercah api harapan di mata Naya, sama seperti yang ia lihat puluhan tahun lalu di mata para pelaut, seniman, dan penyair itu.

"Mungkin kau benar, Naya," katanya, mendekatkan cangklongnya ke lilin sekali lagi. "Mungkin senja masih punya waktu untuk cerita. Dan mungkin, cerita-cerita itu akan ditulis dengan aroma kopi dan asap candu yang sama, tetapi dengan tinta dan cahaya yang berbeda."

Asap candu mengepul lagi, membaur dengan aroma kopi yang kian pekat. Senja di luar perlahan meleleh ke malam, tapi di kedai tua itu, kisah-kisah terus hidup, menunggu diceritakan dan dirasakan oleh pendengar-pendengar baru, di bawah langit yang sama namun dengan perspektif yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun