Ilham mengangguk. "Saya juga pernah kehilangan orang yang saya sayangi," katanya. "Jadi, saya bisa memahami perasaan ibu."
Sri dan Ilham pun mulai mengobrol. Mereka bercerita tentang anak-anak mereka yang telah meninggal dunia. Mereka juga bercerita tentang harapan mereka untuk masa depan Indonesia.
Saat itu, Sri merasa seperti menemukan teman baru. Ilham adalah orang pertama yang benar-benar mengerti perasaannya.
"Terima kasih," kata Sri kepada Ilham. "Karena ibu bertemu denganmu, ibu merasa tidak sendirian lagi."
Ilham tersenyum. "Sama-sama, ibu," katanya. "Kita semua harus saling menguatkan."
Sri dan Ilham pun bertukar nomor telepon. Mereka berjanji untuk tetap berhubungan.
Malam itu, Sri pulang ke rumah dengan perasaan yang lebih baik. Ia masih sedih, tapi ia tidak merasa sendirian lagi.
Sri tahu bahwa Dimas akan selalu ada di dalam hatinya. Ia juga tahu bahwa ia harus terus berjuang untuk masa depan Indonesia, agar tidak ada lagi anak-anak yang menjadi korban terorisme.
Cerpen ini memiliki akhir yang mengharukan, karena Sri akhirnya menemukan teman baru yang bisa memahami perasaannya. Ilham juga memberikan harapan baru bagi Sri untuk masa depan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H