Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jempol Beraksara, Hati Bermetafora

4 Januari 2024   19:47 Diperbarui: 5 Januari 2024   07:30 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com

Layar sentuh kotak pipih, jendela dunia genggaman jemari.

Notifikasi berdansa riang, menyita atensi tanpa henti.

Status singkat pencuri kisah, pencitraan diri penuh warna.

Likes dan komen jadi bara, hangatkan ego di zona maya.

Hashtag merangkai mimpi-mimpi, filter poles wajah fana.

Story berputar bagai kincir, pamer bahagia tiada tara.

Trendi dikejar bak angin lalu, viral diburu bak harta karun.

Jari telusur tanpa jeda, tenggelam eksis di lautan sunyi.

Di sela pencet dan geser, adakah ruang untuk hening?

Di balik tawa emoji, adakah jejak cinta sejati?

Di balik layar penuh warna, adakah luka yang disembunyi?

Generasi digital, tersesat di rimba koneksi.

Jempol beraksara, hati bermetafora, bahasa virtual penuh dusta.

Layar menyala, jiwa meredup, lupa arti sentuhan nyata.

Bangunlah dari mimpi maya, tataplah dunia dengan jernih.

Bersuara bukan sekadar komen, beraksi bukan hanya pencet like.

Keluarlah dari kotak pipih, peluklah semesta yang sejati.

Rasakan angin yang menerpa wajah, dengarlah detak jantung bumi.

Bercakaplah dengan tatapan mata, berbagi kisah dengan sentuhan jiwa.

Generasi digital, jadilah cahaya, bukan bayangan semu semata.

Makna Puisi:

Puisi ini menggambarkan kehidupan generasi Z yang erat kaitannya dengan dunia digital. Layar smartphone menjadi jendela dunia mereka, di mana mereka mengekspresikan diri, mengejar tren, dan mencari validasi sosial. Namun, di balik kemeriahan dunia maya, puisi ini mempertanyakan apakah mereka benar-benar terhubung dengan dunia nyata dan dengan sesama manusia. Puisi ini mengajak generasi Z untuk keluar dari ketergantungan terhadap dunia digital dan kembali membangun koneksi yang lebih otentik dengan lingkungan sekitarnya.

Beberapa simbol dan maknanya dalam puisi:

  •  Layar sentuh kotak pipih Menggambarkan smartphone sebagai jendela dunia digital.
  •  Notifikasi Aliran informasi dan stimulus yang terus-menerus diterima generasi Z.
  • Status singkat Cara mengekspresikan diri dan mencari validasi sosial di media sosial.
  •  Hashtag dan filter Alat untuk menciptakan citra diri yang ideal di dunia maya.
  •  Trendi dan viral Keinginan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang populer.
  •  Jempol beraksara, hati bermetafora Ekspresi diri di dunia digital yang terkadang tidak mencerminkan perasaan yang sebenarnya.
  •  Layar menyala, jiwa meredup Bahaya ketergantungan terhadap dunia digital yang dapat mengurangi interaksi sosial dan koneksi dengan dunia nyata.
  • Keluarlah dari kotak pipih Ajakan untuk keluar dari ketergantungan terhadap smartphone dan dunia maya.
  •  Peluklah semesta yang sejati Ajakan untuk kembali terhubung dengan alam dan lingkungan sekitar.
  • Bercakaplah dengan tatapan mata Ajakan untuk membangun komunikasi yang lebih otentik dengan sesama manusia.

Dengan memahami makna di balik simbol-simbol ini, diharapkan pembaca dapat merenungkan hubungan mereka dengan dunia digital dan mencari cara untuk hidup yang lebihseimbang antara dunia maya dan dunia nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun