Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Candu dan Kopi

4 Januari 2024   12:45 Diperbarui: 4 Januari 2024   16:46 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://karawangbekasi.disway.id/read/5957/yang-suka-ngopi-wajib-tahu-begini-bahaya-minum-kopi-setiap-hari

Dalam cawan hitam pekat, aroma candu berbisik

Mengajak jiwa tersesat, pada mimpi yang terusik

Secangkir kopi pahit, menemani sunyi malam

Menepiskan gelap realita, dengan pelukan kehangatan

Candu, oh candu, ratu malam berbalut kabut

Menjanjikan nirwana, meski nestapa menunggu di sudut

Kopi, oh kopi, pelipur lara setia teman

Membangkitkan semangat, meski lelah tak tertahankan

Candu menari di ujung saraf, membius dengan nikmat sesaat

Kopi mengalir di sela urat, memacu kesadaran tepat

Candu membuai di pelukan ilusi, kopi mendekap di pelukan logika

Dua kutub rasa beradu, dalam harmoni yang paradoksa

Candu, candu, candu, candu, candu, candu, candu, candu

Racun yang memikat, candu yang menipu

Kopi, kopi, kopi, kopi, kopi, kopi, kopi, kopi

Pahit yang membangunkan, kopi yang menyadarkan

Makna Puisi

Makna di balik puisi ini adalah tentang dualitas candu dan kopi, dua zat yang memiliki efek berlawanan namun sama-sama memabukkan. Candu, dengan efeknya yang menenangkan dan membius, menawarkan pelarian dari realitas pahit. Kopi, dengan efeknya yang pahit dan membangkitkan, memaksa kita untuk menghadapi realitas tersebut. Puisi ini menggambarkan pergulatan batin seseorang yang terjebak di antara dua pilihan: tenggelam dalam candu ilusi atau bangkit dengan pahitnya kopi.

Selain makna tersebut, puisi ini juga dapat diartikan sebagai metafora untuk berbagai hal dalam kehidupan. Candu bisa melambangkan kecanduan apa pun, seperti cinta yang obsesif, pekerjaan yang menyita waktu, atau kebiasaan buruk yang sulit dilepaskan. Kopi, sebaliknya, bisa melambangkan hal-hal yang membangunkan kita, seperti tanggung jawab, kesadaran diri, atau perjuangan untuk meraih mimpi.

Pada akhirnya, puisi ini mengajak kita untuk merenungkan pilihan-pilihan yang kita buat dalam hidup. Apakah kita akan menyerah pada godaan candu dan tenggelam dalam ilusi, atau apakah kita akan memilih pahitnya kopi dan menghadapi realitas dengan kepala tegak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun