Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wifi Mati, Dunia Padam

3 Januari 2024   12:06 Diperbarui: 3 Januari 2024   12:14 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/benedictusadithia9482/6550635dedff76552e5cbfa2/caraku-sebagai-gen-z-dalam-meningkatkan-kesadaran-publik-dan-melestarikan-wa

Layar mati, sinyal ilang, wifi lemot bikin nangis

Dunia serasa kiamat, mati gaya, mati eksistensi

No story update, no (filter) aesthetic

FOMO meronta-ronta, narsistik teriak histeris

Baca juga: Selingkuh

Charger entah kemana, powerbank ngambek ketiduran

Bingung mau ngapain, scroll feed udah basi dan kelar

Buku tebal di pojokan, k collecting dust di kolong ranjang

Pikiran melayang-layang, bosan, suntuk, dan galau yang tak tertanggung

Baca juga: Petani 2024

Eh, tiba-tiba hening, sunyi menyapa telinga

Baca juga: Harapan 2024

Dengung notifikasi lenyap, diganti suara jangkrik nyanyi nyaring

Langit malam tiba-tiba terang, bintang-bintang pada nongol ngeriung

Ada bulan sabit ketawa-tawa, awan putih ngobrol riang

Tanpa wifi, dunia nyata jadi menarik tiba-tiba

Ada tetangga ngajak ngopi, ngobrolin hal-hal receh yang biasa

Ada anak kecil main petak umpet, kejar-kejaran penuh tawa

Ada bapak tua baca koran, di teras rumah sederhana

Tanpa wifi, aku tersadar dari hipnosis digital

Dunia nyata jauh lebih berwarna, tidak sekadar pencitraan virtual

Ada koneksi hangat antar manusia, ada tawa lepas tak perlu di-like

Ada langit luas dan semesta yang berbisik, "Hei, lihat aku, nikmatilah!"

Wifi mati, dunia padam? Enggak juga.

Kadang, mati sejenak, justru bikin kita hidup dan melihat.

Makna Puisi

Puisi ini menggambarkan pengalaman generasi Z yang sangat (dependent) pada teknologi, khususnya internet dan media sosial. Ketika koneksi terputus, mereka merasa kehilangan arah, bosan, dan bahkan mengalami FOMO (fear of missing out). Namun, puisi ini juga menunjukkan bahwa ada keindahan dan koneksi yang bisa ditemukan di dunia nyata tanpa teknologi. Dengan mematikan wifi dan keluar dari layar, kita bisa terhubung dengan alam, masyarakat sekitar, dan bahkan diri kita sendiri. Puisi ini mengajak generasi Z untuk tidak terjebak dalam dunia digital dan belajar menghargai hal-hal sederhana dalam kehidupan nyata.

Harapan

Dengan puisi ini, saya berharap generasi Z dapat lebih bijak dalam menggunakan teknologi dan tidak melupakan pentingnya koneksi dengan dunia nyata. Kita bisa memanfaatkan teknologi untuk hal-hal positif, namun jangan sampai kita menjadi budak teknologi yang kehilangan kemampuan untuk bersosialisasi dan menikmati keindahan dunia di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun