Mohon tunggu...
Senandung Harmoni
Senandung Harmoni Mohon Tunggu... Penulis - Freelance

Just a mom, yuk ke rumahku www.primahapsari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ternyata di Klaten Pernah Ada Kejadian Serupa dengan Pembunuhan Eno

19 Mei 2016   09:17 Diperbarui: 19 Mei 2016   09:37 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kesamaan dari dua kasus ini adalah pelakunya berusia antara 14 - 18 tahun, memperkosa dan membunuh.

Saya mengenal salah satu pelaku, dia sering nongkrong di fotokopian sebelah rumah dan saya ataupun adik saya sering bertemu dan ngobrol dengan dia. Dia tidak sekolah, badan tatoan dan sering berantem dan membantu gengnya tawuran. Begitupun dengan pelaku utama yang bukan anak sekolahan.

Mendengar berita itu saya bergidik, saya sering bertemu dengan pelaku bahkan adik saya bergaul dengan dia. Beberapa tahun kemudian pelaku sudah keluar dari penjara, dan beberapa tahun berikutnya membunuh seorang pemuda dan mengambil motornya. Lokasi pembunuhan hanya berjarak setengah kilometer dari rumah saya.

Saya benar-benar tidak habis pikir dengan orang seperti itu, dan cenderung merasa tidak bersalah. Salah asuhkah? Pergaulankah? HIngga ada orang berbuat liar. Para pelaku pembunuhan Eno ataupun Lestarimempunyai emosi di luar kewajaran. Faktor usia dan emosi yang labil menyebabkan keempat pelaku mudah mengubah rencana dalam waktu singkat. Perkosaan terjadi juga karena ada kesempatan, Eno membawa masuk pelaku ke kamar sedang Lestari berjalan di jalan sepi sendirian.

Mungkin juga pertumbuhan dan perkembangan moral para pelaku yang tidak lengkap, mempermudah mereka melakukannya, Pertimbangan moral mereka juga tidak bisa lagi membedakan secara jelas perbuatan baik dan buruk. Tanpa berpikir akibat selanjutnya, mereka dengan gampang melakukan kejahatan itu. Tanpa berpikir panjang , besok akan begini atau begitu.

Banyaknya tindakan asusila hingga pembunuhan yang dilakukan remaja membuat saya paranoid, takut dan kawatir menghadapi masa depan. Kedua anak saya laki-laki, bagaimana saya menjaga mereka dengan baik dan pola pendidikan seperti apa yang tepat agar anak tumbuh dengan baik, bisa mengeksplore dan tetap punya moral.

Selain pengaruh pendidikan dalam keluarga, pengaruh lingkungan, pertemanan, dan faktor eksternal  ternyata orang yang berperilaku liar, berkali-kali membunuh atau melakukan tindakan keji kemungkinan besar susunan otaknya berbeda dengan orang biasa. Beberapa hari yang lalu saya melihat suatu acara di Fox Crime dan ada penyelidikan pada beberapa narapidana yang sering membunuh dan tidak ada rasa penyesalan. Otak mereka di scan adn hasilnya susunan otak mereka berbeda dengan orang biasa dan ada kesamaan susunan otak antar penjahat. Ah, mengerikan jika mereka sudah terlahir dengan kecenderungan berbuat keji.

Saat ini saya hanya berusaha menjadi Ibu yang baik, menjadi teman, melindungi tapi tidak mengekang dan yang utama hanya bisa mendoakan mereka.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun