Kau begitu bermakna
Kaulah dinding kurambati
Tegak meninggi
Aku liana tak bersulur
Aku memucuk seulur-seulur
Kita bicara dalam bahasa akar
Tanam diri dalam sunyi
Pada tanah meredam bunyi
Biarkan akar yang mencari
Lalu nanti bunga yang bilang
Kami telah temukan diri kami
Aku tunas kecil pada pohon besar-Mu
Tumbuh dengan air yang kau kirim dengan akar-Mu.
Ternaung di dalam kerimbunan-Mu
Berdaun bersama dengan kehijauan-Mu
Kalau waktu kan mempertemukan kita
Kucapai tinggi puncak-Mu
Tak akan ada doa lagi
Ku t'lah berbatang di dinding-Mu
Daunku adalah daun-Mu!
Kaulah, makna yang menjadi harapan.
Harapan?
Harapan karena aku akan tetap menulis sajak
Yang mendaki terus dari bait ke bait
Agar aku melakukan sesuatu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H