Sayangnya, Covid-19 justru menyerang kita di  "titik kumpul komunitas"  itu. Virus mudah menyebar dan membunuh sangat banyak orang apabila tanpa diketahui seseortang diantara yang berkumpul itu sudah terinfeksi.Â
Itulah sebabnya, kita harus menyikapinya dengan bijak. Â Bukan menghilangkan perkumpulan melainkan melakukannya untuk sementara dengan difasilitasi teknologi, yaitu pertemuan-pertemuan virtual. Â
Dengan itu, budaya gotong-royong ditransformasi ke zona virtual, yang berarti secara kultural kita dapat beradabtasi dengan teknologi tingkat tinggi. Ini justru menunjukkan elastisitas dan keunggulan budaya kita.Â
Maka, cara kita bergotong royong dalam arti kompak dan bahu membahu melawan virus mematikan ini adalah menjalani apa yang sebaiknya dilakukan dalam situasi darurat saat ini.
Lewat disiplin ketat dan ketaatan warga kepada protokol pemerintah, akhirnya penyebaran virus corona dapat dihentikan, bahkan lebih banyak kasus terobati sehingga sehat kembali.Â
Kini Wuhan sudah normal kembali, meski belum 100%. Tetapi disiplin dan taat pada satu komando, yaitu komando pemerintah itu benar-benar  sangat dibutuhkan.
Ada alasan lainnya juga. Yaitu, bahwa kita tidak cukup memahami secara teknis untuk membantu mengatasi penyebaran virus ini. Karenanya kita perlu tergantung kepada pemerintah dan para ahli medis.Â
Ketika masyarakat tidak disiplin, ikutan sibuk mem-bully, lalu terinfeksi corona, toh protokal kesehatan pemerintahlah juga yang akan menangani, bukan para tukang kritik yang selalu sibuk berkoar-koar itu.
Sikap terbaik dan berdampak besar mengatasi penyebaran Covid-19 adalah justru "sikap membantu diri sendiri," tidak usah terpengaruh dengan sumber-sumber yang tidak punya otoritas legal.Â