Penulis sejarah tentang peran Pemuda Kristen dalam kaitannya dengan pergerakan Nasionalisme dan Oikumenisme di Indonesia cenderung mendestruksi fakta-fakta hisoris. Peran vital pemuda Kristen dijadikan pilar-pilar utama bangunan narasi, namun kemudian dipinggirkan dalam kesimpulan.Â
Dengan menggunakan metode hermeneutika kritis dari Jurgen Habermas  penulis masuk ke dalam teks-teks sejarah yang legitim, menyelaminya dan melakukan rekonstruksi makna untuk menghadirkan perspektif yang lebih konkrit, dialektis, kaya dan hidup. Karena itu, buku ini berbeda dari buku-buku sejenis yg pernah ada.
Para penulis merupakan kolaborasi generasi X dengan Z, sebagaimana tujuannya, yaitu membangun kontinuitas sejarah yg menjembatani peran-peran pemuda Kristen di masa lalu dengan generasi masa depan (kaum milinial) untuk memandu pilihan-pilihan peran dalam mengemban tugas membangun sejarah masa depan.Â
Peran pemuda kristen dalam gerakan oikumene dan nasionalisme berada di arus utama yang tidak bisa disepelehkan. Jejak-jejak hisorisnya sejak awal konsolidasi nasionalisme etnis berbarengan dengan masuknya gerakan oikumenisme menyatu dalam perjuangan kemerdekaan terlalu kuat untuk diabaikan.Â
Buku ini diperuntukan bagi mereka yang ingin mempelajari peran pemuda kristen dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, sejarah gerakan Oikumenisme di Indonesia, dan bagaimana peran para pelopor oikumene dunia menanamkan bara api nasionalisme dalam dada para pemuda kristen untuk mengambil peran-peran vital dalam perjuangan kemerdekaan, maupun dalam membangun bangsa.
Diberi sambutan oleh Prof.Dr.Thomas Pentury (Dirjen Bimas Kristen Kemendag RI) dan General Secreatry WSCF (World Student Christian Federation), Necta Montes. Diendors oleh tokoh-tokoh nasional, antara lain Prof.Jimly Asshidiqie (akademisi dan Ketua Mahkamah Konstitusi 2003-2008), Pdt.Andreas A.Yewangoe (Dewan Pengarah BPIP), William Sabandar (Dirut PT.MRT Jakarta), Ahmad Basarah (Ketum Persatuan Alumni GMNI), Dr.Michael Wattimena, SE., MM (Ketum GAMKI 2011-2018), Raja Juli Antoni (Sekjend PSI), Pdt.WTP Simarmata, MA (Ephorus HKBP 2012-2016), Neil S.Rupidara, Ph.D (Rektor UKSW 2017-2022).
Buku ini diterbitkan atas inisiatif dan program dari Pengurus Pusat GMKI Periode 2016-2018 dibawah pimpinan Sahat M.P.Sinurat, S.T.,M.T. (Ketum) dan periode 2018-2020 dibawah pimpinan Corneles Galanjinjinay (Ketum). Tersedia di Sekretariat PP.GMKI Jl.Salemba 10 Jakarta, juga didistribusikan di toko buku Gramedia.
ENDORSMEN
Dr.T.B.Simatupang [N1] pernah mentipekan Dr. J.Leimena [N2] sebagai "titik temu" antara Oikoumenisme dan Nasionalisme. Hal itu diungkapkannya dalam obituari ketika Leimena[N3] wafat. Â Sesungguhnya demikianlah sifat dan peranan setiap pemimpin Kristen. Buku ini secara tepat memberi judul terhadap kajian terhadap mereka yang berperanan dalam masuknya Oikoumenisme dan Nasionalisme di negeri kita baik di dalam gereja maupun masyarakat pada umumnya. Saya berharap para pemuda Kristen dapat belajar banyak dari teladan para pendahulu kita
Pdt. Andreas A. Yewangoe, Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
Inilah jawaban atas pertanyaan sejarah pergulatan oikumene dan nasionalisme dalam perjuangan kaum muda Kristen di Indonesia. Transformasi identitas partikularistik yang primordial menjadi warga Negara Indonesia dengan landasan filosofis transendental Kekristenan menjadi kunci utama dari GMKI. Jelaslah buku ini adalah karya yang luar biasa.
Fritz Edward Siregar, Komisioner Bawaslu NKRI
Oikumenisme dan Nasionalisme adalah buku karya anak muda Kristen yang sadar terhadappartisipasi [N5] masyarakat Kristen Indonesia untuk membangun bangsa. Buku iniberupaya [N6] untuk mengungkapkan faktahistoris [N7] yang belum banyak dieksplor dalam tulisan-tulisan[N8] sebelumnya tentang partisipasi kolaboratif antarpemuda [N9] Kristen dan tokoh-tokoh[N10] Belanda lainnya di Hindia Belanda untuk kepentingan Oikumenisme dan Nasionalisme. Untuk memperkaya pengetahuan tentang Oikumenisme dan Nasionalisme, khusunya dikalangan [N11] pemuda, maka buku ini dapat dijadikan referensi oleh para pembaca sekalian.
Dr. Michael Wattimena SE. MM, Ketua Umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia Periode 2011-2014 & 2015-2018
Buku ini bicara tentang oikumenisme dan nasionalisme yang [N12] membaur dan menyatu dalam jatidiri Indonesia jauh sebelum bangsa ini lahir hingga ke masa depan. Â Leimena meletakkan kedua nilai ini sebagai dasar kelahiran GMKI ditahun 1950 yang kemudian menjadi penggerak utama bagi GMKI dan kader-kadernya dalam memainkan perannya membangun Indonesia. Saya menyarankan buku ini untuk dibaca oleh semua kalangan yangmerindukan [N13] Indonesia yang maju dan sejahtera dalam kebhinekaan
William Sabandar, Direktur Utama PT MRT NKRI Jakarta
Salah satu problem kebangsaan yang perlu dicarikan solusinya yang tepat adalah pola hubungan antara agama dan Negara konstitusional Indonesia berdasarkan Pancasila sebagai puncak kesepakatan tertinggi dalam perikehidupan berbangsa dan berNegara ditengah [N15] realitas kebhinekaan masyarakat Indonesia dalam semua aspeknya, terutama dalam [N16] suku, agama, ras dan golongan-golongan penduduk nusantara disepanjang [N17] sejarah. Â Menurut saya, pemikiran Dr. J. Leimena dapat dijadikan salah satu model titik temu dan sumber inspirasi yang [N18] memperkaya kita dalam [N19] mengikhtiarkan titik temu itu. Saya percaya dengan membaca pemikiran Dr. Leimena kita dapat mengambil banyak pelajaran untuk bekerja lebih baik dan semakin baik untuk Indonesia". [N20]
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Bangga dengan terbitnya buku ini terutama ditengah generasi millenial yang sering terputus oleh sejarah. Alur dalam buku "Oikumenisme dan Nasionalisme" ini memberikan pemahaman historis secara utuh bagaimana pergerakan pemuda sangat sentral dalam usaha mencapai, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Â Dan bagaimana nasionalisme dan spiritualitas bagaikan dua sisi dalam satu mata uang, menyatu utuh. Buku ini memberi contoh bagi pemuda zaman now[N21] untuk melihat sejarah pemuda dalam pergerakannya secara konkrit, dan sebagai akar untuk lebih berperan dalam menghadapi beragam tantangan dan persoalan kebangsaan saat ini yang semakin kompleks.
Daniel Johan, Anggota DPR RI -- Wakil Ketua Komisi IV DPR RI
Meluruskan sejarah adalah tugas yang sangat penting, walau di sisi yang lain tugas ini tidaklah mudah. Namun ternyata Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti 2016-2018 melewati rintangan itu dengan menyajikan pandangan masa lalu yang disebut sebagai sejarah itu dengan baik dan teliti. Â Itu terbukti dari penempatan topik dalam bab serta menganalisanya secara sistematis. Buku itu sendiri sejarah. Karena itu Buku ini sungguh layak menjadi panduan sejarah kebangsaan bagi siapa saja, apalagi generasi milenial.
Hinca I.P. Pandjaitan, Â Angggota DPR Komisi XIII
Persatuan menuju kemerdekaan merupakan cita-cita mulia, karena persatuan menghimpun seluruh elemen bangsa dalam perjuangan bersama dan tetap menghormati keragaman sebagai anugerah. Buku ini berhasil menggambarkan gerakan pemuda Kristen yang merupakan bagian dari elemen perjuangan bangsa Indonesia, melakukan konsolidasi kebangsaan dengan mengakomodasi segala sumber daya bangsa. Potret persatuan seperti inilah yang mesti menjadi landasan etis pemuda milenial membangun bangsa sebagaimana suri tauladan Soempah Pemoeda 1928.
Ahmad Basarah, Ketua Umum Persatuan Alumni GMNI
Buku ini adalah alasan pentingnya kampanye intelektualitas etis bagi pemuda diera milenial. Tiap kata-kata yang menyambung dalam buku ini merupakan cerminan bagi kaum muda sehingga mereka mengetahui seberapa pentingnya kehadiran mereka dalam Negara ini. Analisa dalam buku ini merupakan kompas bagi kaum muda, sehingga mereka tahu apa yang mesti dilakukan saat ini dan tidak hilang arah dalam meneruskan perjalanan bangsa dan Negara ini.
Raja Juli Antoni, Seketaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia
Salah satu impian saya dari sejak muda adalah agar pemuda gereja sungguh-sungguh membekali dirinya dengan jiwa nasionalis, demokratis dan oikumenis khususnya karena bangsa kita sangat majemuk dengan kekayaan kepelbagaian yang kita miliki. Hal itu pun kita lihat dalam jiwa dan pengabdian dari para senior kita bahkan melihat kemajemukan sebagai kekayaan yang diterima dari Tuhan. Adalah menjadi doa dan harapan kita agar kiranya para pemuda senantiasa berjuang dan menanamkan itu dalam hati sanubarinya demi NKRI yang Pancasilais. Buku ini membantu kita ke arah itu.
Ephorus Em Pdt WTP Sumarmata MA., Ephorus HKBP 2012-2016
Buku ini muncul pada waktu yang tepat ketika interpretasi-interpretasi sejarah kebangsaan terkesan hendak didominasi oleh wacana atau perspektif tertentu yang seolah menginginkan hanya dirinya yang mendominasi ruang sejarah keIndonesiaan. Indonesia adalah milik bersama dan memiliki banyak unsur pembentuknya. Kelompok Kristen salah satunya. Indonesia yang demikian karenanya tidak bisa direduksi ke dalam wacana mayoritas -- minoritas, salah satu wacana dominan dalam konteks kebangsaan kita. Indonesia adalah, dan harus dipahami sebagai mosaik indah dari ragam unsur pembentuknya itu. Hilangnya salah satu bagian pembentuk, sekecil apapun bagian itu, maka hilang pula keIndonesiaan sebagaimana yang dicita-citakan dan dibentuk secara kolektif oleh para pendiri bangsa. Buku ini karenanya perlu dibaca oleh kaum muda Kristen Indonesia maupun siapapun pendukung negara kebangsaan Indonesia dalam memahami Indonesia yang seutuhnya, terutama melihatnya dari perspektif dan kontribusi kaum muda Kristen di Indonesia.
Neil Semuel Rupidara,S.E.,M.Sc.,Ph.D., Rektor Universitas Kristen Satya Wacana
- Judul : Â Oikumenisme dan Nasionalisme, Kajian Hermeneutik Kritis terhadap Historitas Gerakan Oikumene Pemuda Kristen di IndonesiÂ
- Penulis: Semuel S.Lusi, Ricky A.Nggili, dkk
- Penerbit: BPK Gunung Mulia
- Tahun Terbit: 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H