Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Islam Nusantara perlu Reformasi Kemenag, Prof Sumanto Al Qurtuby Kandidat yang Tepat

10 Juli 2019   19:49 Diperbarui: 11 Juli 2019   23:18 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama pada Seminar Agama-agama PGI di UKSW Salatiga (Dokpri)

Ini menunjukkan bahwa kepedulian dan kecintaannya terhadap negerinya Indonesia tidak diragukan. Ia dapat saja duduk manis menikmati gajinya yang besar dari King Fahd University, namun itu bukanlah tipikal pria kelahiran Batang, Jawa Tengah yang mencintai negerinya, terutama profesinya sebagai aktivis perdamaian antar agama dan kemanusiaan.

Prof.Sumanto bersama ulama Syi'ah Saudi (Sumber: http://muslimedianews.rssing.com/chan-27602941/all_p142.html)
Prof.Sumanto bersama ulama Syi'ah Saudi (Sumber: http://muslimedianews.rssing.com/chan-27602941/all_p142.html)
Secara struktural, Prof.Sumanto Al Qurtuby juga pernah menjadi elit NU. Selama kuliah di Boston, tahun 2009 bersama sejumlah intelektual Muslim, termasuk Ulil Abshar-Abdalla, Achmad Tohe, Prof.Kustin Wibowo,Ph.D dan lainnya mendirikan  Komunitas Nahdlatul Ulama Amerika-Kanada dimana ia dipercayakan menjabat  Sekretaris Jenderal (Sekjen). Sementara Dewan Penasehat antara lain KH Mustofa Bisri, KH Masdar, Prof.Alwi Shihab, Prof.Dr.Abdurrahman Mas'ud dan lainnya.

Dengan pengetahuan, pengalaman dan aktivitas real yang komprehensip, tidak hanya di dalam negeri melainkan terutama di dunia Internasional, khususnya di Timur Tengah, akan menjadi modal unggul yang sulit dipenuhi kandidat lain.

Prof Manto bukan hanya figur akademisi dengan kredibilitas yang diakui dunia, melainkan juga aktivis kemanusiaan dan perdamaian, peneliti, penulis, dan pembicara (seminaris).  Semua itu membentuk profilenya sebagai akademisi kelas dunia  yang tergolong langka bagi Indonesia. Dengan usianya yang masih relatif muda (lahir 10 Juli 1975) membuatnya patut diakui sebagai aset bangsa yang sangat bernilai karena reputasi dan produktivitasnya dalam berkarya. 

Pengalaman dan pengetahuan keislaman yang dalam dan kaya, juga pengetahuan dan pergaulan yang intensif  dengan penganut agama lain serta beragam suku dan etnis di Indonesia maupun dunia, akan menjadi modal bagi Prof.Manto untuk  memodernisasi kementrian Agama sehingga memberi corak yang kaya dan ideal. Ini diperlukan ditengah anggapan atau kesan umum selama ini, bahwa seolah-olah kementerian agama hanya milik agama Islam dan lebih banyak mengurus Islam dan haji daripada mengurus agama-agama yang ada di Indonesia. Jangankan agama-agama Nusantara, agama-agama non Muslim pun terkesan kurang mendapatkan perhatian.

Hubungan ke dunia Internasional, dengan kompetensi yang komplit seperti itu memungkinkan Prof.Manto membangun citra kementrian agama di tingkat global, yang menggambarkan ciri unik Indonesia sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan,  yang mampu me-manage  keragaman agama-agama modern maupun lokal secara adil dan memungkinkan semua agama mengekspresikan keindahan etis dan moralnya untuk dikontribusikan bagi nasionalisme Indonesia sekaligus bagi kemanusiaan dunia. Seperti diketahui  kebanyakan konflik sosial dan perang  terkait dengan buruknya hubungan antar agama yang selalu pincang lalu menjadi pemicu konflik. Dengan demikian, keberadaan kementerian agama yang jarang ditemukan di negara lain, memberikan kontribusi besar bagi bangsa dan dunia.

Foto bersama pada Seminar Agama-agama PGI di UKSW Salatiga (Dokpri)
Foto bersama pada Seminar Agama-agama PGI di UKSW Salatiga (Dokpri)
Harapan lainnya, dengan keunikan keragaman agama yang ada di Indonesia yang mungkin tidak ada bandingnya lantaran bila dihitung dengan agama-agama asli Nusantara jumlahnya bisa mencapai ratusan, dibawah kepemimpinan yang mengenal dekat dan memahami kekayaan keragaman agama, etnis dan kekayaan kearifan lokal Nusantara itu, Indonesia kiranya dapat menjadi contoh untuk dunia dalam hal mengaktualisasikan nilai-nilai moral etis semua agama sekaligus berbagai kearifan lokal yang menjadi sumber spiritualitas masayarakat Nusantara.  Ditengah hubungan antar agama di berbagai belahan dunia, termasuk dalam negeri, yang cenderung mudah diadu domba, kepemimpinan kementrian agama yang ideal kiranya dapat membawa agama-agama kepada hubungan yang produktif dan benar-benar menjadi pengawal etika dan moral bangsa untuk diteladani. Sebuah model hubungan antara agama yang bisa menunjukkan harkat dan martabat agama sebagai 'organisasi sorgawi,' yang bisa dijadikan teladan   dalam memproduksi nilai-nilai kebaikan dan moralitas,  tidak hanya bagi Indonesia melainkan bagi kemanusiaan. 

Hal lain lagi yang sangat mungkin adalah, Islam Nusantara (bahkan semua agama menjadi "berbasiskan"  Nusantara) yang berciri toleran, moderat, gotong royong, dan ramah kemanusiaan itu dapat berkembang sehingga membawa Islam (pun agama-agama lain di Indonesia) menjadi salah satu arus utama 'aliran keislaman' yang bisa menjadi poros dunia,  menjadi pusat rujukan studi dan orientasi Islam dunia.  Aliran ini akan 'membersihkan' wajah Islam dari kesan kekerasasn dan terorisme yang ditularkan oleh aliran kesilaman garis keras, sekaligus menawarkan wajah sejatinya yang menghadirkan rahmat bagi umat manusia dan alam semesta (rahmatan lil 'alamin).

Atas pertimbangan-pertimbangan di atas, saya mengusulkan Profesor Sumanto Al Qurtuby sebagai  Menteri Agama RI untuk periode 2019-2024 karena meyakini kompetensi dan kapasitasnya.  Bila Presiden terpilih Joko Widodo dan Wapres KH Ma'ruf Amin menginginkan figur yang kaya terobosan dengan visi menjadikan Indonesia 'poros moral agama-agama'  dan menghadirkan Islam yang rahmatan lil 'alamin, saya yakin, Profesor Sumanto Al Qurtuby adalah figur yang tepat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun