Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Putihkan TPS dengan Nurani, Jangan Berprasangka pada KPU dan Pihak Lain!

16 April 2019   11:11 Diperbarui: 17 April 2019   23:11 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosalisasi ke Pemilih Pemula (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)

Mungkin banyak yang tidak tahu, kalau target penyelenggara pemilu, khususnya KPU untuk partisipasi peserta pemilu serentak 2019 ini 77,5%. Ini target yang tidak mudah. Pada pilpres 2014 ditargetkan 75% tetapi terealisasi hanya 69.58%. Negara-negara yang sudah lebih tua usia demokrasinya, misalnya Amerika Serikat, partisipasi masyarakat dalam pilpres 2016 hanya 57,6%.

KPU lalu membentuk Relawan Demokrasi (RELASI) di semua kabupaten/kota, dengan status sebagai mitra dalam menginformasikan dan mensosialisasikan kegiatan kepemiluan, dalam hal ini adalah Pemilu Serentak Tahun 2019. 

Sosialisasi di komunitas (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Sosialisasi di komunitas (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Sejak proses seleksi saja sudah cukup ketat, terutama terkait persyaratan bukan anggota atau pengurus partai politik, atau memiliki afiliasi dengan partai politik. Rekruitmen juga transparan karena diumumkan di media dan website KPU sehingga semua warga negara berhak ikut menjadi relawan.

Dengan demikian, yang memenuhi syarat dan terseleksi sudah pasti berasal dari ragam latar, baik secara preferensi politik, latar sosial, etnis, agama, komunitas, gender, hobi dan sebagainya. Jadi, kalau ada yang membangun opini, misalnya "disetir dan diarahkan untuk mendukung partai atau paslon tertentu," sudah pasti itu hoaks alias kebohongan besar.

Sosialisasi ke pasar-pasar (Dok.WAG Relasi Salatiga)
Sosialisasi ke pasar-pasar (Dok.WAG Relasi Salatiga)
Setelah itu, anggota RELASI yang sudah lolos seleksi DIWAJIBKAN mengikuti bimbingan teknis (bimtek). Selain materi-materi terkait teknis kepemiluan dan pencoblosan, penekanan soal etika, yaitu netralitas, kejujuran dan edukasi masyarakat menjadi perhatian. Ini dilakukan untuk menjamin integritas proses sehingga kualitas demokrasi benar-benar bisa meningkat ke taraf ideal.

Para relawan lalu disebar dalam 10 kelompok basis untuk melakukan tugas sosialisasi. Kesepuluh basis dimaksud yaitu Basis Keluarga, Basis Pemilih Pemula, Basis Pemilih Muda, Basis Pemilih Perempuan, Basis Pemilih Penyandang Disabilitas, Basis Pemilih Berkebutuhan Khusus, Basis Pemilih Marginal, Basis Komunitas, Basis Keagamaan, dan Basis Warga Internet (Netizen).

Lewat 10 basis ini, boleh dikatakan hampir semua kalangan di masyarakat disasar untuk mensosialisasikan tentang pemilu serentak 2019, mulai dari edukasi seperti pentingnya menggunakan hak politik berdemokrasi dalam memilih pimpinan negara, pemilu demokratis sebagai satu-satunya cara pergantian pemimpin, undang-undang kepemiluan, menjunjung tinggi sikap untuk menciptakan pemilu beintegritas, hingga hal-hal teknis pencoblosan.

Sosialisasi ke komunitas (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Sosialisasi ke komunitas (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Setiap basis terdiri dari lima  orang, yang diupayakan representasi dari berbagai kalangan, misalnya mempertimbangkan latar belakang agama, suku, gender, dan basis sosial atau hobi. Dengan demikian, setiap basis diisi oleh orang-orang dari latar belakang berbeda, termasuk, tentu saja preferensi politik. 

Karenanya, tidak akan mungkin dalam sosialisasi terjadi pelanggaran etis, misalnya penggalangan dukungan atau kampanye untuk kandidat capres atau partai politik tertentu. Disamping karena keanggotaan basis berasal dari ragam latar belakang, juga setiap sosialisasi dihadiri oleh unsur Bawaslu/panwaslu sehingga mencegah kemungkinan keberpihakan. 

Berdasarkan pengalaman saya terlibat sebagai RELASI di kota Salatiga, KPU sejak bimtek dan bahkan dalam setiap kesempatan, selalu mengingatkan untuk bekerja dengan integritas demi memastikan penyelenggaraan pemilu serentak 2019 berlangsung sesuai prinsip-prinsip demokrasi yang bermartabat. 

Sosalisasi ke Pemilih Pemula (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Sosalisasi ke Pemilih Pemula (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Ketua KPU Kota Salatiga bersama Pemkot sendiri menargetkan tingkat partisipasi di pemilu serentak 2019 ini jauh diatas target nasional, yaitu 82%. Itulah sebabnya, para komisioner KPU Salatiga, dibawah "komando" Syaemuri, S.Ag., meski sudah ada RELASI yang membantu ke komunitas-komunitas tidak berarti tinggal diam. 

Mereka menciptakan program-program kreatif seperti KPU Goes to Campus untuk sosialisasi di kampus-kampus di Salatiga, KPU Goes to Factory (sosialisasi ke pabrik-pabrik dan industri), dan lainnya.

Sosialisasi basis Perempuan (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Sosialisasi basis Perempuan (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Juga, ada kegiatan Pemilu Fun Run yang menyediakan berbagai hadiah menarik, kegiatan nonton bareng debat capres, lombi selfie ikut nyoblos dan sebagainya. Untuk berbagai program sosialisasi ini, komendan lapangannya Abd.Rochim, komisioner KPU Salatiga yang menggawangi divisi Sosialisasi. Tetapi, tidak berarti tiga komisiner lain yang menangani divisi lain tidak terlibat sosialisasi pemilu. Para komisioner saling bantu bergotong royong dalam upaya kerja keras mensukseskan Pemilu Serentak.

Dari proses yang berjalan, nampaknya target KPU Kota Salatiga tidak mustahil untuk diraih. KPU Kota sudah bekerja keras dan didukung oleh semangat para relawan yang sangat tinggi. Mereka melakukan sosialisasi sampai ke komunitas-komunitas di pasar, LGBT, difabel, pemilih pemula (siswa SLTA), santri dan mahasiswa, pasien-pasien di rumah sakit, warga perumahan, komuntas hobi, lapas, perkumpulan RT/RW, komunitas etnis, agama (jemaat gereja Protestan dan Katolik, kelompok pengajian, vihara), dan sebagainya. 

Sosialisasi untuk Mahasiswa (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Sosialisasi untuk Mahasiswa (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Mereka bekerja siang malam, bahkan juga hari Minggu dan hari libur, menyesuaikan dengan waktu luang dari kelompok sasaran. Bahkan, ketika 'jatah' bantuan akomodasi dari KPUD sudah habis, basis-basis relawan demokrasi tetap bekerja dengan tanpa akomodasi.

Melihat semangat juang teman-teman relawan saja saya sudah optimis target partisipasi pemilu di kota Salatiga akan tercapai. Tapi, lebih dari itu, daya juang dan ketulusan kerja kaum Relawan bersama KPU Kota Salatiga benar-benar mengagukan. Prospek demokrasi Indonesia dapat dilihat dari potret semangat itu.

Sosialisasi ke kelompok difabel (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Sosialisasi ke kelompok difabel (Dok.WAG Relasi KPU Salatiga)
Berdasarkan pengalaman langsung dengan Relasi dan KPU Kota Salatiga itu, saya yakin KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara Pemilu bekerja serius dengan menjunjung tinggi integritas.  Visi untuk menciptakan Pemilu serentak yang memenuhi prinsip-prinsip langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil benar-benar dihayati dan dijadikan pedoman dalam bekerja. Semangat itu pun berhasil ditularkan ke para relawan demokrasi. 

Kegiatan sosialisasi dalam berbagai variasi, termasuk yang bersifat hiburan, serta partisipatif melibatkan berbagai komponen masyarakat, menciptakan kesan kuat Pemilu benar-benar sebuah pesta rakyat yang menggembirakan. Sikap gotong royong, saling bertoleransi, kerja keras dan sabar, jujur dapat terekspresikan lewat pekerjaan besar ini. Kesatuan tekat untuk menyukseskan pemilu serentak sebagai pemilu berintegritas dengan kualitas demokrasi yang tinggi melampaui perbedaan-perbedaan pilihan politik individual. Ini contoh yang seharusnya ditiru para elit tingkat atas, dimana perbedaan pilihan politik itu nicaya dan bisa kehilangan arti dibanding kepentingan bersama mensukseskan pesta demokrasi.  

Sosialisasi basis Perempuan (Dok.WAG.Relasi KUP Salatiga)
Sosialisasi basis Perempuan (Dok.WAG.Relasi KUP Salatiga)
Karena itu, jangan pernah ragukan kinerja KPU dan Bawaslu. Datanglah ke TPS, gunakan hak politik Anda untuk memilih presiden dan wakil-wakil Anda. Bantu juga awasi dan kalau melihat kejanggalan, termasuk praktik politik uang, pemaksaan untuk mengalihkan pilihan, tekanan, penyebaran kabar bohong dan bentuk pelanggaran lainnya, laporkan saja ke petugas. 

Di setiap TPS unsur-unsur Panwaslu dan KPU ada, juga dari polisi. Karena itu, jangan ragu untuk membuat laporan, tentu dengan bukti-bukti yang mendukung. 

Sosialisasi di Vihara (Dok. pribadi)
Sosialisasi di Vihara (Dok. pribadi)
Tidak usah ragukan netralitas penyelenggara Pemilu. Putihkan saja TPS-TPS dengan hati nurani yang putih suci, bukan sekadar seragam putih yang menciptakan ketakutan. 

Semua unsur pelaksana Pemilu (KPU, BAWASLU dan DK), juga masyarakat dan pendukung kedua kubu capres/cawapres sama-sama berkepentingan terhadap penyelenggaraan Pemilu yang jujur dan adil serta berintegritas. Jangan jadikan itu seolah-olah monopoli kepentingan pihak tertentu saja, sambil menyudutkan pihak lain, apalagi KPU dan Bawaslu di kursi prasangka. 

Selamat mencoblos dengan hati nurani bersih, demi Indonesia yang bermartabat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun